23. Regret

1.2K 279 116
                                    

Jangan lupa vote atau komen ya temen-temen, terima kasih:)

*

Jaemin menatap wajah damai Lia yang sedang terlelap lalu sesekali menatap monitor yang memperlihatkan detak jantung Lia yang masih stabil walaupun sempat melemah.

Setelah semua noda darah dibersihkan, banyak luka-luka kecil yang terlihat. Apalagi lebam ada di mana-mana. Di wajah saja, ada beberapa goresan kecil yang terlihat.

Jaemin mengembuskan napas berat dan beranjak duduk di samping ranjang sembari menggenggam tangan Lia, sesekali mengelusnya perlahan.

“Bangun, ku mohon bangun. Aku ingin meminta maaf padamu dan berjanji tidak akan pernah meninggalkanmu lagi walaupun satu detik. Jadi, ku mohon bangun,” bisik Jaemin sambil merapikan anak rambut Lia.

Sementara di sofa, Jeno juga sedang kesal karena Tuan Choi tak kunjung mengangkat panggilannya. Dia ingin mengabari kalau Lia kecelakaan. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam dan itu artinya Tuan Choi sudah pulang dari kantor. Apakah sesulit itu untuk mengangkat panggilan yang hanya beberapa menit saja.

“Apa yang terjadi sebenarnya? Katakan dengan jujur supaya aku tidak memukulmu,” sahut Jeno dari arah sofa.

“Aku sempat bertengkar dengannya dan meninggalkannya. Itu sebabnya dia pulang sendiri,” jawab Jaemin dengan jujur.

“Kau tahu..” Jeno beranjak dan mendekat ke arah Jaemin, dia berdiri di seberang sambil menatap wajah Lia dengan lekat. “Dari awal sebenarnya aku ingin merekomendasikanmu pada Tuan Choi untuk jadi bodyguardnya. Tapi waktu itu kau masih bergabung dengan Paman Lee. Menurutku, kau adalah orang yang tepat untuk menjaganya karena kau kompeten. Kau bisa melindunginya dari segala bahaya yang ada karena aku tahu bagaimana sepak terjangmu. Intinya, aku merasa Lia akan sangat aman bersamamu. Dan ternyata, itu memang benar. Setelah kau mau dan setuju, Lia benar-benar aman. Mungkin mereka segan padamu dan tidak berani mengusik Lia karena kau bersamanya. Tapi, kau tahu.. Sekejap mata saja dia ditinggalkan dan dibiarkan sendiri maka orang-orang akan langsung bertindak. Seperti kejadian hari ini.”

Jaemin terdiam setelah mendengar penjelasan Jeno. Penyesalan memang datang kemudian. Tadi itu, Jaemin benar-benar dikuasai emosi. Itu sebabnya dia langsung marah-marah.

“Lia.. Pasti akan bangun, kan?” gumam Jaemin.

“Berdoa saja dengan khusyuk supaya Tuhan mendengar permohonanmu. Tapi kalau waktunya untuk pergi, ya sudah, ikhlaskan.” Jeno mengembuskan napas pelan dan meraih jasnya yang tersampir di atas kursi. “Aku pergi, nanti aku akan terus mencoba untuk menghubungi Tuan Choi dan mengabarinya. Kalau kau ingin pulang, pulang saja. Nanti kalau Lia sadar pasti pihak rumah sakit akan mengabari.”

“Aku tidak akan pernah meninggalkannya lagi,” balas Jaemin tanpa menatap Jeno. Dia terus menatap wajah Lia, berharap Lia akan segera membuka mata.

Hm.. Aku pergi.”

Setelah Jeno pergi, Jaemin kembali menunduk dalam diam. Menyatukan kedua tangannya dan berdoa dengan khusyuk, semoga kali ini Tuhan mendengarnya.

“Bangun, ya.. Ku mohon,” bisik Jaemin pelan di samping telinga Lia. “Biarkan aku meminta maaf dengan benar padamu. Maaf karena aku tadi membentakmu. Maaf karena aku meninggikan suara di depanmu. Maaf karena aku akhirnya pergi dan mengabaikanmu. Maaf, Lia.. Maaf, ya, sayang. Ku mohon..”

“Ya Tuhan, tolong selamatkan Lia. Aku berjanji akan memperlakukannya dengan lebih baik lagi, aku akan melindunginya dalam segala bahaya. Banyak hal yang ingin ku lakukan dengannya, banyak hal yang belum sempat terealisasikan. Jadi, ku mohon.. Selamatkan Lia. Beri Lia kekuatan untuk melawan sakitnya. Amin.” Jaemin mengakhiri doa dalam hatinya dengan embusan napas pelan.

BODYGUARD [JAELIA✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang