PART 40 || Mari Pulih

2.3K 238 12
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.
.
.


Hari demi hari berlalu, setelah kejadian sedih itu terlewati, kini Rasya sudah mulai membaik, kembali seperti semula. Walaupun sekarang  akan banyak sekali perbedaan.

Seperti Rasya yang di rumah nya selalu berdua bersama Papa, kini harus sendirian. Dan jujur, dia tidak sekuat itu, setiap malam Rasya masih selalu saja menangis. Mengenang sosok Papa yang menjadi primadona bagi dirinya sendiri.

Menerima kehilangan itu memang bukan suatu hal yang mudah, akan tetapi setiap orang pasti akan merasakan kehilangan. Dan cara menyikapinya, cukup dengan menerima nya dengan ikhlas dan tabah. Kehidupan itu masih terus berjalan, jika kita terlalu larut dalam kesedihan karena kehilangan, itu bukan suatu hal yang bijak.

Orang-orang yang berani bangkit dari keterpurukan adalah orang-orang yang hebat. Oleh karena itu, Rasya mulai membiasakan diri. Ia cukup mengenang dan tersenyum getir atas kehilangan. Hidupnya masih panjang, ia harus bisa mencapai semua mimpinya agar dirinya bisa membuat yang di sana bangga padanya.

"Selesai, Sya?" Rasya mengangguk.

"Selesai." Jawabnya.

"Pulang sekarang?" Tanyanya lagi.

Rasya memberikan anggukkan nya lagi. "Iya sekarang aja, udah sore juga ngapain lama-lama di sekolah?"

Dia terkekeh renyah. "Takut aja kamu mau nangis lagi kayak kemarin." Jelas nya. Ah, itu membuat Rasya sedikit malu juga. Sebenarnya kemarin itu Rasya sedang mengenang Papa nya, tetapi tidak menempat. Sampai-sampai dirinya menangis di sekolah sore-sore di bawah pohon belakang.

"Sttt malu, ih!" Rasya hendak mencubit perut nya namun tidak sampai. Dan ia malah terkekeh lebih keras.

"Iiiii." Rasya merengek kesal.

Ia menghembuskan napasnya. "Rasya, kalau kamu sedih, nangis aja. Tumpahin semuanya, jangan dipendam karena itu emang, gak enak. Tumpahin semau kamu, se leluasa kamu hingga kamu tenang. Kamu berhak mengekspresikan kesedihan kamu, Rasya."

Rasya terdiam beberapa saat. Kemudian ia melukis senyum di bibirnya. "Makasih, ya, Gus." Balasnya.

Laki-laki itu mengangguk. "Jangan pernah sedih lagi, Rasya. Mari pulih!" Kata Bagus pada Rasya. Sehingga Rasya merasakan ketenangan pada dirinya.

**

Sampai diparkiran sekolah, Bagus segera memarkirkan motor be4t miliknya. Dan itu di tunggu oleh Rasya yang tidak jauh berdiri dari posisi Bagus sekarang.

"Udah sepi banget, ya?" ujar Rasya pada Bagus.

"Biasanya juga gini, kalau sore 'kan emang cuma tinggal siswa yang ikut ekstrakurikuler sama yang belajar tambahan, jadi, gak akan serame biasanya." Jawab Bagus.

"Oh, iya 'kah?"

"Iyaaaa," balas Bagus.

"Lo, kok, gak tremor lagi deketan sama gue, Gus?" Tanya Rasya sedikit terkekeh.

"Emang harus terus tremor, ya?" Tanya balik Bagus.

Rasya berpikir sesaat. "Sebenarnya enggak juga, sih, tapi aneh aja."

"Kalau, gue, gak ngerasa aneh gimana?"

Rasya langsung membulatkan bola mata nya sempurna. Sedangkan Bagus hanya terkekeh renyah. "Kenapa? Aneh lagi?" Tanyanya pada Rasya.

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang