PART 41 || Hantaran

2.3K 245 22
                                    

HAPPY READING ALL!

_________________,,,,,__________________
_________

Note : Kalau ada typo tandain, yah, sobat. 🙏

.
.
.

Kita pernah sedekat laut dan samudera sebelum kini sejauh bumi dan angkasa.

ALBARASYA

Sesampainya di rumah Rasya. Bagus langsung mematikan motornya. Sesuai dengan permintaan Rasya juga, laki-laki itu mengantar  Rasya hanya sampai gerbang ruang.

"Mampir?" Tawar Rasya pada Bagus.

Laki-laki itu mengibaskan rambutnya kebelakang.

Anjayyy ternyata Bagus punya jidat paripurna! Spontan Rasya berucap dalam hatinya.

"Gak usah, deh, lagian di rumah kamu cuma ada kamu doang 'kan sekarang? Bibi kerjanya setengah hari 'kan?"

"Iya." Jawab Rasya.

"Jadi, gak usah aja." Sambung Bagus.

Rasya mangut-mangut mengerti.

"Aku pulang. Tapi sekarang kamu dulu yang masuk ke dalam rumah, aku liatin dari sini, terus jangan lupa langsung bersih-bersih, solat, sama makan. Inget, makan jangan lupa."

"Iyaaaaa. Terima kasih Bagus sudah mengingatkan Rasya." Balas Rasya dengan senyum yang dibuat-buat.

Karena gemas, Bagus tiba-tiba saja mengacak-acak rambut Rasya dengan lembut.

"Kalau kayak gini, kayak bukan anak emas tapi kayak anak seumur jagung." Celetuk Bagus.

"Masa seumur jagung!" Ucap Rasya tidak terima.

"Soalnya gemesin."
"Jangan sedih lagi, ya?" Pinta Bagus.

Rasya diam tak bergeming. Ucapan Bagus itu memang membuat dirinya terasa mengingat nya lagi. Papa, Rasya mengingat sosok itu lagi, dan ia kembali merenung.

"Nggak." Jawab Rasya dengan saliva yang terasa tercekat di pangkal lidah.

Pernah ia berpikir, apa lebih baik melupakan? Karena mengenang itu sesuatu yang sangat tidak baik untuk jiwa yang pernah rapuh. Tetapi dengan cara melupakan juga, semua memori itu malah merekat lebih erat.

Rasya merindukan pelukan Papa. Rasya merindukan suara Papa yang memanggilnya dengan lembut, Rasya merindukan elusan dipuncak kepalanya oleh tangan sejuk Papa. Rasya merindukan semua itu.

Ingin rasanya jika tidak bisa melupakan maka Rasya bertemu. Tetapi untuk semua itu, Rasya akan menjadi manusia yang terlalu naif. Menyakitkan sekali.

"Gue masuk, ya?"

Bagus menganggukkan kepalanya.
"Iya. Jangan lupa makan."

Rasya balas mengangguk. "Makasih, Bagus."

"Iyaaa. Udah, jangan makasih terus! Cepet kamu masuk rumah." Titah Bagus pada Rasya.

Rasya pun segera mendekati pintu rumahnya, kemudian membuka kunci dan masuk. Sebelum itu, ia sempat melambaikan tangan kepada Bagus sambil memberi sedikit senyuman.

Setelah memastikan Rasya masuk kedalam rumah, Bagus langsung memakai helmnya lagi dan melajukan motornya meninggalkan rumah Rasya.

Dibalik jendela ternyata Rasya masih mengintip. Dengan lelah gadis itu bergumam. "Gus ... Lo terlalu baik buat gue yang gak bisa bales kebaikan, lo ...."

Albarasya || Lee Jeno √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang