PART 01

24.3K 1.7K 14
                                    

Hai semua, jangan lupa buat vote dan komen ya hehe

•••

Sambil bertopang dagu, Savier terus memandangi wanita yang berkuncir kuda itu dari jendela kelasnya.

“Cantik sekali.” Ia bergumam pelan.

Savier tersenyum tipis dan melambaikan tangannya, ketika melihat wanita itu mendongakkan kepala dan menatap ke arahnya.

Bisa Savier lihat keterkejutan dari wajah wanita itu. Ada binar bahagia yang terpancar dari manik cokelat wanita yang mengenakan seragam olahraga itu.

“Cepat Fio! Ngapain diam di sana?” Tersentak oleh teguran itu membuat Fio menjadi salah tingkah dan segera melempar bola voli yang sejak tadi ia pegang.

Memandang takut-takut ke arah teman-temannya yang sudah memberikan tatapan sinis ke arahnya.

Savier terkekeh kecil melihat tingkah gadis mungil tersebut. Ia membetulkan letak kacamatanya dan kembali fokus menghadap ke papan tulis dimana guru matematika sedang menjelaskan rumus-rumus.

Dituntut untuk selalu mendapatkan juara 1 umum, Savier tidak boleh ketinggalan satu pelajaran pun.

•••

Fioala berjalan dengan tergesa sambil membawa nampan berisi makanan dari kantin khusus siswa yang membayar ke tempat Gestraf berada.

Akibat tidak memperhatikan jalan, ia menabrak orang yang ada di hadapannya. Makanan beserta minuman itu tumpah mengenai pakaian siswi di hadapannya ini.

Seperti biasa, siswa-siswi HSN segera berkumpul di tempat terjadinya keributan itu.

“Kalau jalan pakai mata, bodoh!” Suara teriakan penuh emosi itu berasal dari Amelia—Primadona di HSN. Wajahnya sudah memerah karena menahan emosi.

Tarikan kuat di rambutnya membuat Fio mendongak dengan mata berkaca-kaca. Sungguh, tarikan ini membuat rambutnya serasa ingin copot. Sakit sekali.

“Sa—sakit, Lia!” Fio berucap lirih, air matanya sudah tumpah mengenai pipinya yang sudah memerah.

Plak!

Fio mendesis pelan ketika rasa panas dan perih itu menghampiri pipinya.
Tamparan kuat menambah rasa sakit dan pening di kepalanya. Demi Tuhan, ia sudah ketakutan oleh Gestraf, sekarang ia harus berhadapan juga dengan Amelia.

“Ampun, Lia! A—aku minta maaf.” Fio terisak pelan.

“Enak banget ya, lo tinggal minta maaf. Ini baju gue basah, sialan!”

Fio mendesis ketika genggaman di rambutnya semakin kencang.

“A—aku gak sengaja.”

“Halah! Alasan, lo!” Amelia memutar bola matanya “Lagian lo ngapain kesini, hah? Lo itu gak pantas masuk ke sini! Tempat makan lo itu bukan di sini! Udah miskin belagu lagi lo. Gue laporin ya lo, kalau lo udah masuk ke tempat ini!” lanjutnya. Amelia menyeringai ketika melihat wajah kalut dari wanita ini.

Fio menjadi panik dengan ancaman Amelia. Sungguh, ia tidak mau jika dihukum. Ia hanya menjalankan perintah Gestraf untuk mengambilkan makanan dan membawanya ke kelas lelaki itu.

“Jangan, Lia! Aku hanya disuruh Gesrtaf untuk mengambil makanan dia.” Fio menggeleng pelan, ia memegang tangan Amelia, memohon supaya tidak dilaporkan ke pihak sekolah.

Bukannya merasa iba, Amelia justru bertambah geram ketika nama kekasihnya disebut oleh wanita ini.

“Emang jalang ya, lo! Ngapain lo dekat-dekat sama Gestraf? Mau cari perhatian, hah?”

Amelia tidak akan membiarkan satu wanita pun mendekati kekasihnya. Meskipun Fio hanya dijadikan budak oleh lelaki itu, tapi Amelia tidak akan pernah suka dengan hal itu. Urusan membully dan menyuruh wanita adalah urusan dia. Kekasihnya tidak boleh melakukan hal itu.

Biar saja orang mau bilang dia pencemburu akut, ia hanya ingin melindungi miliknya.

Meringis pelan ketika rambutnya digoyangkan ke kanan dan kiri dengan kuat. Isakan Fio semakin kuat dan memilukan.

“A—-ampun, Lia!” Susah payah ia berucap meminta ampun, tapi wanita di hadapannya ini seolah enggan untuk melepaskan.

“Tambah emosi gue ngelihat lo, bangsat! Udah miskin sok cantik lagi lo.”

Amelia mengangkat tangannya, bersiap untuk menampar kembali wanita yang ada di hadapannya ini.

Belum sempat tamparan itu mendarat ke pipi Fio, gerakan Amelia tertahan, wanita itu menoleh untuk melihat siapa yang berani mengganggu dirinya.

“Jangan tampar dia lagi!” Suara serak bernada lirih itu membuat Amelia berdecak kesal.

Merasa sakit di lengannya membuat Amelia berusaha melepaskan cengkraman kuat itu.

“Apaan sih lo cupu! Lepasin tangan gue, sialan!”

Amelia terus memberontak, cengkraman tangan Savier kuat sekali. Tulang tangannya serasa remuk.

“Hm?” Bukannya melepaskan, lelaki itu justru menguatkan cengkramannya sembari tersenyum hingga matanya tertutup.

Amelia berteriak kencang ketika  tangannya bertambah sakit.

Savier mengalihkan tatapannya kepada Fio yang masih sesegukan, mengelus pelan surai hitam yang berantakan itu. “Jangan menangis lagi!”

Usapan lembut itu membuat Fio mendongak. Dengan mata yang sembab, bibir yang bergetar serta hidung dan pipi yang memerah, Fio menatap balik Savier yang tengah menatap sendu ke arahnya.

“Lepasin tangan gue, sialan!”

Savier kembali mengalihkan tatapannya ke arah Amelia yang terus memberontak.

Wanita itu segera melayangkan telapak tangan kirinya hendak menampar Savier, namun segera ditahan oleh lelaki itu.

Bitch!” Dihempaskan nya tangan itu, sehingga membuat Amelia terjungkal ke belakang.

Wanita itu mendesis pelan ketika bokongnya menyentuh lantai dengan keras.

Savier segera berbalik, menghadap sepenuhnya ke arah Fio. Tanpa kata, ia menarik tangan wanita itu dengan lembut, membawanya pergi dari manusia-manusia berhati busuk itu menuju ke halaman belakang sekolah.

Sesampainya di sana, Savier segera mendudukkan Fio di kursi panjang yang menghadap hamparan bunga.

Di belakang sekolah ini memang terdapat tanaman bunga. Bermacam-macam bunga memenuhi bagian belakang HSN.

“Tunggu di sini sebentar!”

Fio hanya mengangguk sebagai jawaban. Ia sudah tidak punya tenaga lagi untuk membuka suara.

Mengusap pelan rambut Fio, Savier segera berlalu pergi dari sana.

Fio hanya menatap kosong hamparan bunga di depannya.

•••

Tbc

       Semoga kalean suka ya gaes.

                                                              09-12-2021


SAVIER : HE'S A GOOD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang