PART 03

20.7K 1.4K 26
                                    


Selamat membaca ^^
Btw part ini agak sedikit vulgar.

••••••••

Malam ini, hujan deras sedang mengguyur kota Jakarta. Suara gemuruh saling bersahutan, membuat wanita yang tengah berbaring di kasurnya yang kecil ini dibuat tidak nyaman. Ia bergerak gelisah sedari tadi.

Fio tidak menyukai hujan, apalagi suara petir. Ia takut, sendirian di kost-an membuat ia merinding ketika hujan turun.

Fio memejamkan matanya, terus memaksa supaya tertidur. Namun sia-sia, seperti biasanya, ketika hujan turun ia tidak akan bisa tidur.

Fio harus menunggu hujan berhenti baru dia akan tidur.

Tok tok tok.

Fio tersentak kaget ketika ia mendengar suara pintu diketuk dengan keras. Siapa yang datang bertamu di jam setengah satu malam?

Dengan jantung yang berdegub kencang, ia bangkit dari tidurnya menuju ruang tamu. Sedikit membuka tirai jendela untuk melihat siapa yang datang.

Ia semakin ketakutan ketika melihat seorang lelaki yang tengah berdiri di depan pintu.

Segera ia menutup kembali tirai jendela ketika lelaki itu melihatnya.

“Fio!”

Suara teriakan disertai dengan ketukan itu, semakin membuat Fio gemetar ketakutan.

Tapi tunggu, kenapa lelaki itu mengetahui namanya. Suara itu, sepertinya ia pernah mendengarnya.

Untuk memastikan bahwa pemikirannya benar, Fio memutuskan untuk melihat kembali lelaki itu.

Fio kembali memutuskan untuk membuka tirai jendela. Wanita itu terpekik pelan. Ia kaget ketika melihat lelaki itu sudah berdiri di depan jendela.

“Ini saya, Savier! Buka pintunya, Fio! Saya kedinginan.” Lelaki yang mengaku Savier itu sedikit meninggikan suaranya.

Fio mengernyitkan dahinya, sedikit bingung karena lelaki di hadapannya ini tidak mirip dengan Savier. Rambut yang basah, memakai jaket hitam serta tidak ada kacamata yang menghiasi matanya, membuat Fio sedikit ragu. Lagipula, darimana Savier tahu tempat tinggalnya. Mereka bahkan tidak sekelas. Mereka hanya saling kenal sejak kejadian itu. Mereka juga tidak begitu dekat. Bahkan lelaki bernama Savier ini juga sudah menyatakan cinta kepada dirinya setelah seminggu berkenalan. Aneh sekali bukan? Tapi tentu saja dirinya tolak. Mengingat bahwa tujuan dia bersekolah itu untuk belajar bukan pacaran.

“Please, Fio! Saya kedinginan.”

Meskipun dilanda kecemasan dan was-was, Fio tetap membuka pintu. Kasihan juga jika dibiarkan kedinginan di luar.

Ketika pintu di depannya dibuka, lelaki itu  segera masuk ke dalam. Dengan bibir yang bergetar, Savier mengucapkan terima kasih. Yang dibalas anggukkan oleh Fio.

Fio segera menutup pintunya kembali.

Lelaki di hadapannya ini berbeda sekali ketika di sekolah. Apakah benar ini Savier si anak cupu? Tampan, kata itu yang terlintas di kepala Fio.

“Tu—tunggu di sini! Aku akan ambilkan handuk.” Sedikit terbata ia mengucapkan itu.

Savier menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Ia sudah sangat kedinginan.

Ia duduk lesehan di lantai yang sudah ada tikarnya. Di sini tidak terdapat sofa ataupun kursi.

Dilihatnya Fio yang kembali dengan membawa handuk serta segelas teh panas.

“Terima kasih, Fio.” Savier segera meminum teh hangat itu.

Sepertinya handuk dan teh saja tidak cukup membuat lelaki yang berada di hadapannya ini menjadi hangat. Bajunya sangat basah. Apa perlu ia meminjamkan bajunya. Tapi, apakah tidak kekecilan. Lagipula, ia tidak memiliki baju yang cocok untuk dipakai laki laki.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang