PART 14

13.7K 1K 24
                                    

Selmaat membaca.

***

“Saya tidak setuju jika Savier harus menikah sekarang!” Suara keras disertai dengan amarah itu terdengar ditelinga Savier.

Itu suara kakeknya, lelaki tua itu pasti sudah mendengar kabar ini dari papanya.

Ia masuk dengan perlahan ke dalam rumah. Ia harus bersikap setenang mungkin menghadapi pria tua ini.

“Vier.” Suara mamanya yang lembut dan terdengar serak itu membuat tatapan Savier mengarah kepada wanita paruh baya itu. Mamanya sedang menangis saat ini.

Terisa ingin berjalan menghampiri anaknya. Namun langkahnya terhenti ketika Igo menarik tangannya.

“Aku ingin menghampiri, Savier.” Terisa berucap lirih. Ia tidak ingin anaknya terluka.

“Nanti saja, ya?” Igo melirik ke arah David, lelaki tua itu sedang tersenyum lembut kepada Savier. Hal itu bukan pertanda baik.

“Savier, apa kabar cucu kesayanganku?”

“Ah, Kakek ... saya baik-baik saja. Bagaimana dengan anda? Saya rasa anda masih bisa bertahan hidup lebih lama lagi.” Savier memasang senyum lembutnya. Persis seperti lelaki tua yang ada dihadapannya ini.

“Wah ... saya sangat tersanjung atas pujianmu itu.”

Sebuah tongkat melesat cepat ke arah Savier. Membuat lelaki itu menghindar secepat yang ia bisa. Nyaris saja kepalanya terhantam tongkat kayu itu.

“Tua bangka, sialan!” Ia berdesis pelan.

“Bawa kemari tongkat saya!” Perintah itu membuat Savier jengkel. David selalu seperti ini, berwatak keras dan tidak kenal ampun kepada lawannya. Meskipun itu darah dagingnya sendiri.

Savier berjalan menuju tongkat yang terjatuh tidak jauh dari tempatnya berdiri.

“Tongkat sialan.” Setelah tongkat itu berada di dalam genggamannya, ia berjalan menuju ketempat David berdiri.

Tangannya terulur menyerahkan tongkat itu kepada David. Namun sialnya, lelaki tua itu malah meninju pipinya. Membuat Savier tersungkur ke lantai.

Terisa memekik histeris melihat anaknya. Ia berusaha melepaskan diri dari Igo, namun lelaki itu semakin mengeratkan cengkramannya. “Tenanglah!”

“T—tapi Vier—” Igo menggeleng pelan.

“Apa kau sudah gila, Deril? Apa yang ada di otakmu itu, hah?” Suara teriakan David kembali terdengar. Panggilan Deril yang diucapkan lelaki tua itu menandakan bahwa sekarang dia sangat marah.

“Kau masih kecil, Deril! Memperkosa seorang gadis dan membuat dia hamil itu adalah tindakan yang memalukan!”

“Saya bukan anak kecil dan saya mencintai dia!” Savier berusaha membela diri. Dia hanya sangat mencintai wanita itu.

“Bukan anak kecil?” David terkekeh sinis. “Lihatlah dirimu Deril, kau sama seperti 4 tahun lalu.”

“Tidak! Saya bukan anak kecil seperti dulu. Saya sudah berubah.” Savier menggeram marah. Ia tidak terima dikatai seperti itu.

“Apa yang membuatmu berbeda Deril? Kau sama seperti sebelumnya. Selalu berbuat ceroboh. Bahkan membuat seorang wanita bunuh diri.”

Savier menatap datar ke arah kakeknya. Ia tersenyum miring. “Jangan mengungkitnya lagi! Saya tidak membuat dia bunuh diri! Saya sudah membalaskan semua perbuatan biadab mereka.” Savier berbicara dengan tenang. Dia tahu, David hanya ingin memancing dirinya. Tapi itu tidak akan terjadi, sudah ia katakan bukan? Dia sudah berbeda dari masa lalu.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang