PART 08

15.9K 1.1K 0
                                    

Selamat membaca

                                       •••

Fio duduk termenung di kelasnya. Dia tidak fokus mendengarkan guru yang sedang menjelaskan materi di depan.

Sudah dua bulan sejak kejadian mengerikan itu berlalu. Tapi masih sangat membekas di dalam benaknya.

Ia tersentak kaget dan meringis kesakitan ketika merasakan benda keras menghantam dahinya.

Ia mengambil spidol yang mengenai dahinya tadi. Tatapannya beralih kepada guru yang sekarang tengah menatapnya tajam.

“Kamu tidak mendengarkan saya?” Suara guru itu sedikit meninggi. Kesal dengan murid yang ada dihadapannya ini.

“Sudah berapa kali saya memanggil kamu! Kalau tidak menyukai pelajaran saya, silahkan keluar!”

Teman-teman sekelasnya menatap tajam kearahnya. Ditatap seperti itu, Fio hanya bisa menundukkan kepalanya.

Berjalan pelan menuju gurunya, ingin mengembalikan spidol tadi.

Perlahan ia mendongakkan kepalanya. Menatap takut ke arah guru yang ada dihadapannya.

“Sa—saya minta maaf, Bu.” Suaranya terdengar lirih. Ia menyodorkan spidol yang ada di genggamannya.

Guru itu menghela napas pelan.

“Yasudah, sekarang tulis jawaban yang ada di papan tulis!” Fio menganggukkan kepalanya. Segera mengisi pertanyaan yang diberi gurunya.

•••

Savier menghembuskan napas pelan. Menyender ke bangku panjang yang didudukinya sekarang. Ia membenarkan letak kacamatanya. Udara di taman sekolah memang benar benar membuat ia tenang untuk sejenak.

Dua bulan sudah ia tidak menemui Fio. Setelah kejadian di rumah sakit waktu itu menjadikan ia pengecut untuk menemui wanita yang telah ia perkosa. Ia terlalu malu untuk menampakkan wajahnya dihadapan wanita itu.

Bukan karena dia ingin lari dari tanggung jawab. Tapi ia tidak ingin melihat Fio histeris lagi.

Yang dia lakukan hanya memandang wanita itu dari kejauhan. Tubuhnya semakin kurus, raut wajahnya selalu murung. Bahkan penampilannya lebih mengenaskan dari saat pertama kali ia mengenal wanita itu.

Astaga, dia benar-benar akan jadi gila jika terus-terusan begini. Ia harus menemui wanita itu nanti. Meminta maaf dan segera menikahinya.

•••

Fio memegang kepalanya, rasanya seperti berputar. Ia memegang ujung meja yang ada di restoran tempatnya bekerja.

Mendudukkan sejenak dirinya di atas kursi yang berada di ruangan ini. Sekarang sudah jam 22:01, dia harus segera membersihkan ruangan ini dan pulang.

Baru saja hendak berdiri rasa pusing itu kembali datang. Bahkan sekarang ia merasakan mual. Fio kembali memegang ujung meja dihadapannya ini.

“Fio!” Tepukan di bahunya membuat Fio tersentak kaget.

Ia menoleh ke sumber suara. Dion, pemilik restoran ini telah berdiri di sampingnya.

“Kenapa?”

Fio hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kamu sakit?” Dion meletakkan telapak tangannya ke dahi perempuan itu. Lelaki berusia 27 tahun itu mengernyit samar. Tidak panas, tapi wajah wanita ini pucat sekali.

Diperlakukan seperti itu membuat Fio gugup. Jantungnya berdegub kencang, bosnya ini perhatian sekali.

“Saya antar kamu pulang sekarang, ya?” Suara lembut itu menyadarkan Fio dari lamunannya.

SAVIER : HE'S A GOOD PAPA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang