• Semua bakal baik-baik saja

198 41 2
                                    

"Memangnya siapa?"

"Lupakan, gue mau keluar cari makan. Oh, iya gue bakal nginap di rumah teman gue jadi kunci saja asramanya," ujar Shandy yang sudah melangkah menuju luar.

"Terserah lu, intinya gue gak tanggung lu ketahuan pak Andy," jawab Farhan melangkah berlawanan arah dengan Shandy.

Ricky yang melihat itu berencana menghampiri Shandy namun Farhan menahannya. Ia menarik Ricky masuk ke ruang tengah di mana anak-anak sedang sibuk berbincang.

"Di antara kalian semua ada yang tidak menginginkan Shandy? Siapa yang punya masalah sama dia?" tanya Farhan tiba-tiba membuat semua menoleh ke arahnya.

"Perasaan gak ada yah, di sekolah kita nonton basket bareng juga," jawab Fiki yang diangguki Fajri.

"Kenapa lagi tuh si gondrong?" tanya Fenly membuat Farhan menghela nafasnya.

"Dia bilang ada yang gak suka sama dia, apa dia saja yang terlalu sensitif?"

"Yaiyalah, lu kan juga gak akrab sama dia Han gak perlu di pikirkan nanti juga dia tenang sendiri," ujar Gilang mendapat tatapan dari Zweitson dan Gilang sadar akan hal itu.

"Kenapa Son?"

"E-engga kak," jawab Zweitson kembali menatap ponselnya.

"Gue mau nyusulin dia, lu kan tahu gue paling akrab sama Shandy," kata Ricky mendapat tatapan tajam dari Farhan.

"Sudah biarin, besok bisa di urus kak. Ingat yah kak jangan ganggu Shandy di saat dia seperti ini," pesan Fiki bangkit dari duduknya. Ia meninggalkan teman-temannya dan kakak kelasnya ke kamar.

23. 00

Gilang memakai jaketnya, ia melirik ke arah Farhan dan Fiki yang sudah terlelap. Dengan langkah pelan ia keluar dari kamarnya. Saat ia sudah keluar ia dikagetkan dengan keberadaan Ricky yang masih duduk di sofa ruang tamu.

"Lho kenapa lu belum tidur?" tanya Gilang sembari menghampiri Ricky yang hanya menyengir mendengarnya.

"Belum ngantuk, terus ngapain malam-malam gini pakai jaket?" selidik Ricky.

"Mau keluar sebentar, tadi teman gue nelepon dia ada di depan asrama jadi gue keluar dulu yah," pamit Gilang yang diangguki Ricky.

"Kalau lihat kak Shandy suruh dia pulang yah. Bilang ke dia kalau Pak Andy akan menghukumnya," ujar Ricky berjalan gontai menaiki tangga membiarkan Gilang menatapnya dalam diam.

"Iya," singkat Gilang lalu ia keluar dari asrama.

***

Tak

Shandy menoleh saat sebuah susu pisang di letakkan di sampingnya. Ia mendengus menatap pria yang kini mendudukan dirinya tepat di sampingnya.

"Kenapa nyuruh gue ke sini?" tanya orang itu langsung ke intinya membuat Shandy berdecak.

"Lu yang kenapa hari ini? Lu tersinggung sama ucapan gue tentang Fajri itu yah? Ngerasa lu?" ketus Shandy mendapat helaan nafas dari Gilang, iya pria tersebut adalah Gilang.

"Lu kekanakan gak sih San? Masa ngambek karena gak gue ajak? Gak paham gue," jawab Gilang menatap kesal Shandy yang sedang menatap datar susu pisang di genggamannya.

"Debat sama orang yang kurang peka itu susah. Kalau lu salah, pasti akan kalah dan jika lu benar pun lu akan tetap kalah, benar kan?" Gilang semakin tidak paham dengan ucapan Shandy barusan.

"Jadi, lu merasa gue gak suka sama keberadaan lu gitu? Shan-"

"Jujur saja kali, omonga gue nyinggung lu kan. Gue gak suka sama orang munafik Lang," ujar Shandy yang lagi-lagi mendapat helaan nafas kasar dari Gilang.

"Hati-hati kalau ngomong, karena begitu lu ngomong, perkataan lu cuman bisa dimaafkan, tapi tidak bisa dilupakan," jawab Gilang tiba-tiba membuat Shandy tersenyum miring.

"Kenapa bertele-tele gitu? Tinggal ngaku saja, kalau lu gak suka gue bakal menjauh kok dari teman-teman lu," ujar Shandy bangkit dari duduknya.

"Engga, gue sama yang lain itu teman lu juga. Gue mohon deh jangan bersikap begini San," mohon Gilang.

"Masa bodoh dengan pertemanan. Aku memang mau punya banyak musuh. Paling tidak mereka jujur kalau tidak menyukaiku, benar bukan?" final Shandy pergi meninggalkan Gilang yang mengusak surainya frustasi.

"Kenapa sih sensitif banget itu manusia, padahal gue sudah nurunin ego malah responnya begitu," keluh Gilang membiarkan Shandy meninggalkannya.

Keesokkan harinya Shandy sibuk berlari mengeliling lapangan. Bahkan teman satu asramanya hanya menatap iba Shandy yang di hukum Pak Andy selaku Guru Asrama di Sekolah mereka.

"Lu sudah bicara sama dia?" tanya Fajri pada Fiki yang menatap lurus Shandy yang terlihat menikmati hukumannya.

"Gue saja baru ketemu dia di sini Ji, tenang saja gue bakal ngomong sama dia kok," jawab Fiki sekenanya, ia melangkah mendekati Shandy yang terhenti di tengah lapangan, mungkin sudah lelah.

"Gimana bang? Enak kan di hukum," celetuk Fiki membuat Shandy mendongkak dengan senyuman tipisnya.

"Sialan lu, kenapa gak bilang kalau gue nginap di tempat lain?" tanya Shandy yang kini mendudukan dirinya di tengah lapangan. Melihat itu Fiki ikut mendudukan dirinya di samping Shandy, yang lain hanya memperhatikan mereka dari kejauhan.

"Justru karena lu nginap di tempat lain makanya Pak Andy ngehukum. Cape gak?"

"Ya menurut lu gimana?" ketus Shandy merebut kasar botol minuman yang di pegang Fiki.

"Oke santai dong, bang lu kayaknya akhir-akhir ini terlalu sensitif deh," ujar Fiki membuat Shandy menghentikan acara minumnya.

"Hmm, gue cuman gak suka saja sama orang yang munafik," jawab Shandy menoleh ke arah teman-temannya yang lain.

"Bang Gilang yah?" tanya Fiki yang diangguki Shandy.

"Fik lu mau gue beritahu sesuatu? Ke siniin telinga lu!" Fiki menurut dan Shandy membisikkan sesuatu ke adik kelasnya tersebut.

"Semua bakal baik-baik saja."








"Cuman itu? Anak itu benaran lagi puber kayaknya," celetuk Farhan yang diangguki Ricky.

"Kalau dia sudah ngomong gitu berarti gak ada yang perlu di khawatirin kan?" tanya Fenly.

"Mungkin bang Shandy butuh waktu, mendengar cerita Fiki waktu itu kita tahu dia punya trauma sama masalah pertemanan makanya dia sesensitif itu," ujar Zweitson yang diangguki mereka semua.

"Jadi gue harus gimana?" tanya Gilang yang berada di depan pintu kelas.

"Ya gak gimana-gimana, kalau lu gak suka sama perkataan gue tinggal bilang dong," kata Shandy yang muncul di belakang Gilang membuat semuanya terkejut.

"S-shandy?"

Hari itu, untuk kesekian kalinya mereka mulai intropeksi diri masing-masing. Saling mengenal agar tidak terjadi kesalahpahaman lagi.

Bersambung ...

Kayaknya ini fanfic debat mulu, maaf yah awokawok

7 Januari 2022

Adolescence [Un1ty]Where stories live. Discover now