• Rasa Bersalah

99 17 2
                                    

"Shandy kenapa sih? Gue masuk klub salah, mau keluar juga salah gue suruh kasih alasan dia malah gagap dan akhirnya pergi gitu saja, aneh kan?" tutur Farhan membuat Gilang yang mendengarnya hanya terkekeh.

"Gak usah dipikirin, intinya lu jangan keluar Han. Gue bakal kecewa kalau lu keluar," jawabnya sembari memeriksa kameranya.

"Tapi tuh anak buat gue frustasi terus. Gue sudah berusaha sabar selama ini gak selamanya gue bisa diam saja sama tingkah kekanak-kanakan dia," omel Farhan yang diangguki Gilang.

"Abaikan saja kalau gitu. Dengan lu abaikan dia semua bakal baik-baik saja," usul Gilang yang bangkit dari duduknya.

"Eh lu mau ke mana?" tanya Farhan.

"Mau jalan, ada urusan. Gue pergi dulu bos," pamit Gilang sembari berlari.

"Apasih kenapa gue ditakdirkan untuk mengalah, kalau mereka yang tahu tetap bungkam maka gue gak akan bisa mengerti keadaannya. Gue juga punya batas kesabaran," dengus Farhan tanpa mengetahui Shandy mengintip.

Shandy menghela nafasnya, berpikir apakah dia harus diam saja mulai detik ini? Karena mulutnya terlalu pedas sehingga banyak yang tersinggung. Apa kalau dia bisu semua orang akan nyaman bersamanya?

"Kak Shan main catur yuk," ajak Fajri membuat Shandy menoleh ke arahnya. Ia menggeleng dan memilih untuk pergi membuat Fajri kebingungan.

"Kak Shandy kenapa yah?"

***

"Memangnya kamu bisa nari? Sudahlah jangan urus hal yang begitu," ujar Paman Ricky membuat sang empu menundukkan kepalanya.

"Aku bisa nari kok, Paman tenang-"

"Papa kamu sudah menitipkan kamu ke saya Ricky. Jadi kamu harus patuh toh kamu sendiri yang bilang badanmu pegal-pegal setelah nari," tegas Paman Ricky.

"Tapi Pak, nantinya tim Ricky akan mewakilkan sekolah kalau menang. Jangan membuat mereka semua kecewa Pak," bela Pak Andy membuat Ricky tersenyum senang.

"Haah kalau Pak Andy yang bicara saya jadi tidak bisa berkutik, tapi Ricky jangan buat malu. Kalau memang tidak bisa jangan dipaksa," pasrah serta pesan Paman Ricky membuat sang empu bersorak senang.

"Makasih Paman, aku janji semua bakal baik-baik saja. Makasih juga yah Pak Andy," syukur Ricky membuat Pak Andy tersenyum lega.

"Gak apa-apa kalau kalah, yang penting kalian kalah dengan terhormat," pesan Pak Andy seraya bangkit mengusak sayang surai Ricky.

Ngomong-ngomong Pak Andy dan Paman Ricky alias Pak Zian sang Kepala Sekolah adalah teman akrab sejak Sekolah Dasar. Sangking dekatnya mereka Pak Andy direkomendasikan untuk kerja di sana. Ya, Pak Zian juga selalu percaya dengan semua gagasan dari temannya itu maka apa yang temannya tekuni dia selalu mendukungnya.

Kembali lagi pada Ricky yang senang telah diizinkan, ia kemudian pamit keluar untuk menemui teman-temannya. Ia dengan riang menuju kelasnya. Tapi anehnya ia tidak menemukan teman sekamarnya.

"Mereka pada ke mana? Masa di ruang latihan?" gumamnya bertanya-tanya.

Sementara itu di ruang latihan keadaan cukup sunyi. Canggung. Padahal Fajri salah langkah tapi tidak dimarahi Gilang. Malah pria itu tersenyum tipis, yang buat kaget lagi Shandy cuek dan berlatih sendirian. Jika ada yang salah dia hanya akan mengulang tanpa membuka suaranya.

"Shan istirahat dulu, sambil nunggu Ricky juga," tegur Gilang yang langsung diangguki Shandy.

Yang lain tampak cengo saat Shandy kalem dan duduk di sebelah Fajri yang memang selalu saja mengajaknya bicara sedaritadi.

Adolescence [Un1ty]Where stories live. Discover now