Part 14

3.2K 87 1
                                    

Kejadian itu telah terjadi beberapa hari yang lalu. Liam serta Liana berinteraksi bagaikan tidak terjadi sesuatu hal yang aneh.

Liam dan Liana kini duduk saling berhadapan di ruang keluarga, tepatnya di sofa dengan televisi yang biasa mereka gunakan untuk menonton.

"Tadi sore aku telah mengirimkan kamu e-ticket untuk keberangkatan ke Bali" Liam memulai pembicaraan.

Liana hanya melirik pria itu tanpa berniat berkomentar, ia cukup kesal dengan apa yang dilihatnya di tadi sore itu.

Beberapa jam sebelumnya.

Liana saat ini sedang sibuk mengurusi pesanan gaun pelanggannya, akhir-akhir ini banyak orang yang menikah dan kebetulan mereka memesan gaun di butik milik Liana.

Wanita itu sangat bersyukur dengan pesanan gaun yang ia terima walaupun sebagai konsekuensi nya dirinya harus bekerja ekstra untuk membereskan seluruh gaun pesanan itu.

Liana merenggangkan ototnya setelah beberapa jam berkutat dengan seluruh pekerjaan nya.

Ting.

Suara notifikasi dari handphone nya membuat Liana melirik benda itu, ternyata notifikasi itu berasal dari pesan singkat yang dikirim oleh Liam.

"Tumben sekali pria itu" Liana cukup kaget melihat siapa yang mengirimkannya pesan singkat. Pria itu jarang ataupun mungkin tidak pernah mengirimkan pesan singkat terlebih dahulu setelah menikah.

Liana membuka handphonenya untuk mengecek apa yang pria itu kirim. Ternyata Liam sedang mengirimkan dirinya sebuah file yang berisikan e-ticket penerbangan mereka ke Bali.

Liana kemudian mengunduh file itu, tidak lupa ia berterimakasih kepada Liam. Setidaknya pria itu ingin direpotkan dengan memesankan dirinya ticket.

Senyum yang terpancar di wajah Liana perlahan redup ketika melihat ternyata file itu berisikan 3 e-ticket.
Liam, Rissa, dan dirinya.

Apakah Liana tidak salah lihat? Acara bulan madu mereka terdiri dari 3 orang? Dan salah satu dari mereka merupakan selingkuhan dari pasangan suami istri ini.

Rasanya Liana ingin menarik kata terimakasih yang telah ia ucapkan ke Liam, namun ternyata pria itu lebih dulu membaca pesannya.

Liana tidak menyangka kalau Liam itu tidak sama sekali memikirkan dirinya, apakah pria itu tidak sadar kalau perbuatannya itu membuat hati Liana nyeri? Apakah pria itu sengaja mengirimkan ini untuk membuat Liana menjadi cemburu? Kalau iya, berarti perbuatan pria itu telah tepat.

Liana menaruh handphone nya dengan sedikit keras ke atas meja, wanita itu seketika tidak mood untuk melanjutkan pekerjaannya. Sepertinya pekerjaannya ini akan ia lanjutkan ketika moodnya kembali membaik

___

"Apakah kau tuli?" Ucap Liam jengkel, pria itu kesal di diamkan oleh Liana.

"Ck, aku sudah melihatnya Liam" Liana menjawab dengan malas.

"Kau jangan sampai telat di hari keberangkatan itu, aku tidak ingin ketinggalan pesawat" titah Liam. Pria itu berkata dengan serius.

"Pasti, aku tidak mungkin telat. Seharusnya kau mengingatkan kekasihmu itu untuk tidak telat, jangan aku. Kekasihmu itu kan kalau berdandan pasti lama" sindir Liana, ia masih kesal dengan kenyataan kalau Rissa ikut dalam acara liburannya kali ini.

"Kau tau kalau Rissa bakal ikut dengan kita?" Liam menyerngit heran, pria itu merasa tidak memberi tahu Liana perihal Keikutsertaan Rissa dalam liburan ke Bali ini.

"Kau sengaja ingin memancingku atau bagaimana? Kau sendiri yang mengirimkan e-ticket itu ke aku dan disana juga ada ticket milik Rissa" Liana memutar matanya malas, sebenarnya ia tidak ingin membahas soal ini karena hal ini dapat membuat moodnya menjadi buruk lagi seperti tadi.

"Owh, sepertinya aku lupa untuk memisahkannya. Tapi tak apa, jadi aku tidak perlu memberi tahu mu mengenai keberangkatan Rissa yang ikut dengan kita" ucap Liam tanpa dosa, pria itu berkata bagaikan Rissa itu bukan selingkuhannya yang harus di jauhkan dari istri sahnya.

"Kenapa dia ikut? Bukannya liburan ini hanya kita berdua saja? Maksudku, bukannya bulan madu itu hanya untuk sepasang suami istri ya?" Sudah cukup. Sepertinya Liana harus menunjukkan aksi protesnya atas kehadiran Rissa.

"Kau keberatan? Kalau kau keberatan mending tidak usah ikut. Rissa ikut karena dia juga ingin pergi liburan ke Bali, kenapa tidak sekalian saja?" Liam berbicara tanpa penuh dosa.

Liana yang mendengar itu rasanya ingin memukul Liam pakai tongkat sapu yang ada di ujung ruangan ini, wanita itu tidak habis pikir dengan pola pikir suaminya.

"Terserah kau saja, berbicara denganmu sama saja dengan memancing emosiku" ucap Liana sebelum wanita itu meninggalkan Liam sendirian di sofa itu.

Liana berjalan menuju ke kamarnya, ia malam ini tidak berniat untuk menangis seperti biasanya. Besok ada pertemuan penting, ia tidak ingin kliennya merasa risih dengan matanya yang bengkak akibat menangis.

Liana menghempaskan tubuhnya ke atas kasur setelah wanita itu memasuki kamar miliknya, ia tidur dengan terlentang sambil menatap langit-langit kamarnya.

Ia bingung dengan tujuan pernikahannya ini, rasanya ia ingin lepas dan bebas dari jeratan hubungannya dan Liam. Namun, melihat kedekatan mama dan mama mertuanya yang sangat dekat membuat Liana harus memikirkan keputusannya kembali.

Sepertinya Liana harus menguatkan mental dan hatinya selama di Bali, mungkin nasibnya tidak akan jauh-jauh dari nasib dirinya saat disini.

____________

Hallo semuanya! Wah maaf ya lama nggak update, soalnya aku lagi ada ujian jadi nggak bisa update.

Doain semuanya lancar ya supaya aku bisa update lebih cepat dan panjang.

Oh iya, jangan lupa untuk memberikan vote ya!!

LIAM ADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang