Part 34

2.2K 93 6
                                    

"Biar aku yang antar" Liam menarik tas Liana sebelum wanita itu bisa menolaknya.

Liana yang tak menyangka kehadiran Liam pun dibuat kaget dengan aksi pria itu. Ia menatap Liam dengan tatapan mengintimidasi.

"Tak usah repot-repot, seluruh badanku masih berguna dengan baik. Jadi kau tak perlu membantu ku" Wanita itu mencoba mengambil tasnya dari genggaman Liam, tapi dirinya tak bisa mengambil tas nya karena tinggi mereka yang jauh berbeda.

"Sudahlah, kamu ikut denganku saja. Biar aku yang mengantarmu ke butik. Kita telah menikah sejak lama, tapi aku tak pernah mengantarmu sekali pun" Liam berjalan menjauhi istrinya, pria itu berjalan menuju ke arah mobil yang akan ia kendarai pagi ini.

Liana terdiam sejenak, ia memandang ke arah Liam yang sepertinya benar-benar ingin mengantarnya ke butik. Wanita itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya, ini masih pagi dan ia telah dibuat jengkel oleh sikap 'baik' yang mungkin saja itu palsu.

Kita ikuti saja permainannya, sampai mana ini semua berlanjut. Liana berjalan dengan santai menuju mobil itu, ia pun duduk tepat di samping Liam.

Suasana hening menyelimuti mobil itu, Liana tak ada niatan untuk memulai obrolan bersama Liam. Ia masih siaga seperti kemarin, dirinya tak boleh lengah dengan kebaikan Liam pagi ini.

Liana memalingkan wajahnya ke arah jendela, ia sibuk melihat gedung-gedung tinggi yang mereka lewati sebelum sampai ke butik miliknya.

Tuk..

Liam membuka kunci untuk seluruh pintu di mobil itu, mereka telah sampai di butik milik Liana. Segera wanita itu mengambil tas nya yang Liam taruh dibelakang. Ia turun tanpa berterima kasih kepada pria itu.

Liam tersenyum sinis, pria itu juga ikut turun bersamaan dengan Liana. Ia mengikuti Liana hingga ke dalam butik, hal itu mencuri perhatian seluruh pegawai butik itu.

"Itu suami Bu Liana? Aku baru melihatnya setelah mereka menikah" Salah satu pegawai itu berbisik ke temannya yang dibalas anggukan oleh pegawai lainnya.

Liana berjalan tanpa peduli dengan aksi bisik-bisik yang pegawainya lakukan. Ia tetap memasuki ruang kerjanya yang ada di butik tersebut.

"Hai beb!" Sapa Salsa, wanita itu sedari tadi sudah ada di dalam ruang kerja milik sahabatnya.

Salsa tertegun melihat siapa yang berada dibalik tubuh Liana, wanita itu tanpa sadar mengunci mulutnya hingga tak bisa mengucapkan satu kata pun.

Liam. Salsa hanya bisa berbicara dalam hatinya, ia sangat terkejut dengan kehadiran pria itu hingga ia tak bisa berbicara sama sekali.

Liana terheran melihat ekspresi sahabatnya seperti orang yang sedang melihat setan, ia juga bingung melihat Salsa yang tak melanjutkan bicaranya.

"Kamu kenapa?" Liana berbalik badan untuk melihat apa yang dilihat oleh Salsa. Wanita itu pun cukup terkejut melihat Liam yang ternyata sedari tadi ikut masuk ke dalam butiknya.

"Liam?" Hanya itu yang bisa Liana katakan.

"Kenapa? Aku hanya mengikuti istriku masuk ke dalam tempat kerjanya. Dan semua orang melihat ku seperti setan, apakah ada yang salah jika seorang suami ingin mengunjungi tempat kerja istrinya?" Tanpa rasa bersalah, Liam menyandarkan dirinya ke dinding ruang kerja milik Liana. Ia ingin melihat jawaban dari dua sahabat ini yang sepertinya masih kaget akan kehadiran dirinya.

"Baiklah aku akan pergi, sepertinya semua orang tak ingin aku disini. Sebentar aku akan menjemputmu" Liam berjalan ke arah Liana dan mencium kening wanita itu, hal itu semakin membuat suasana di ruangan itu semakin canggung.

Cup.

"Sampai jumpa" pria itu pergi meninggalkan dua perempuan yang saling tatap saat ini.

Liana dengan cepat menutup pintu ruangannya setelah memastikan Liam pergi jauh, ia juga langsung mengunci pintu tersebut.

"Salsa" Liana memegang dadanya, debaran jantungnya kini begitu cepat setelah perlakuan Liam.

Salsa hanya menganggukkan kepalanya, ia paham maksud sahabatnya itu. Tapi otaknya masih memproses semua hal yang terjadi pagi ini.

"Kau.. dan dia?" Salsa berusaha menanyakan suatu hal yang ada di otaknya saat ini.

"Tidak!" Liana menyenangkan tangannya, ia menggeleng dengan cepat. Jangan sampai Salsa salah paham dengan kejadian pagi ini.

"Aku tak tahu dia mengapa tiba-tiba bisa baik seperti pagi ini, kemarin juga ia berusaha akrab denganku. Semuanya tiba-tiba berbeda 180 derajat" Liana berusaha menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

Salsa menatap heran kepada Liana, ia ikut bingung dengan kejadian itu. Semuanya begitu rumit bagi Salsa, ia tak pernah mendapatkan kejadian serumit ini selama hidupnya.

"Kau tahu Liana, Liam mengajukan kerjasama dengan bisnis suamiku. Itu cukup heran bagiku, karena beberapa bulan lalu pria itu menolak bekerja sama dengan bisnis kami" Liana menatap Salsa, kedua wanita itu tahu ada suatu hal yang pria itu rencanakan.

"Ini semua terlihat janggal bagiku, pria itu cukup licik. Entah apa yang ia rencanakan untuk kau Liana" Salsa hanya bisa menguatkan sahabatnya, ia tak bisa membantu banyak saat ini. Wanita itu curiga jika Liam akan menggunakan kerja sama bisnisnya untuk mengancam Salsa agar tidak membantu Liana nantinya.

Aku harap Liana bisa keluar dari permainan gila ini. Tidak henti-hentinya Salsa berdoa agar sahabatnya itu bisa bahagia dengan lepas dari jeratan Liam.

LIAM ADITAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang