15. BENCI

686 83 18
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT!

SEMOGA SELALU SUKA.

***

15. BENCI

Tak peduli tatapan jijik dan hujatan pada dirinya, Intan berlari menerobos kerumunan pengunjung Cafe setelah mengambil barang milik nya. Dia berlari menuju parkiran, mengambil sepeda scoopy butut nya yang terparkir di tempat khusus pegawai.

Namun, saat ia ingin menstater sepeda nya. Ada yang aneh dengan ban nya, ia pun melihat kearah ban belakang nya dan ternyata kempes. Yang tak lain juga, kempes nya ban karena ulah Putu yang baru saja pergi bersama yang lainnya.

"ARRRGGGHH--" teriak Intan putus asa. "Kenapa hidup gue semenderita ini!"

Intan menunduk, menelungkupkan kepala nya diatas stir sepeda nya. Mata nya memejam, menahan sesak karena penderitaan yang ia rasakan silih berganti. "Kenapa juga, kau tidak mengambil nyawaku tuhan! Apa aku hidup didunia ini memang untuk disiksa." lirihnya tercekat.

Hidup sebatang kara, miskin, tidak ada yang mau menerima dirinya. Hanya di cap pembawa beban dan sial nya ternyata dirinya hasil anak haram. Benar-benar tragis sekali hidupnya. Sering kali protes pada tuhan tapi sampai saat kini pun tidak ada yang berubah sama sekali di hidupnya.

Meskipun begitu tuhan juga sedikit berbaik hati karena memiliki Salma, Trisya, Teratai juga Baron yang sangat menyayanginya.

"Turun, pulang bareng gue." suara bass itu membuat Intan menegang. Ia masih menelungkupkan kepala nya takut ia hanya berhalusinasi.

"Lo mendadak tuli?" tanya nya, kali ini dengan suara penuh tekanan. "Cepetan, Gersang. Kali ini gue udah berbaik hati sama lo!" kesal nya.

Dengan gerakan pelan, ia sedikit mendongak kan kepala nya namun matanya masih terpejam, perlahan namun pasti kelopak mata nya melihat keasal suara yang membuatnya penasaran.

"Setan!" pekik Intan terkejut melihat ternyata wajah Wafi tepat berada di depan nya.

"L-lo kenapa lo disini hah. Belum puas lo ngehina gue? Dan ini, pasti ulah lo sama temen brengsek lo itu kan." tunjuk nya pada ban nya yang kempes.

Wafi mendengus kesal melihat wajah terkejut Intan. Tak tahan dengan tingkah Intan, telunjuk Wafi menekan dahi Intan hingga Intan sedikit terjungkal. "Ulah temen gue, belum tentu ulah gue juga." balas nya datar. Seakan tak terjadi apapun.

"Itu temen lo, berati lo juga ikut andil!" amuk Intan. Intan tidak peduli ajakan pulang Wafi, ia memilih mendorong sepeda scoopy nya, mencoba peruntungan mungkin tambal ban didekat perempatan masih buka.

Wafi bersedekap dada sambil memandang tajam kepergian Intan. "Bunda suruh lo pulang bareng gue!"

Intan berhenti, membalas tatapan tajam Wafi. "Gue gak sudi pulang bareng sama orang brengsek kayak lo!"

WAFISKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang