22. Ledakan

82 12 1
                                    


Tamak.

Satu kata yang dibenci oleh semua orang. Yang bahkan orang tamak sendiri tidak menyadarinya. Kadang parah, kadang tidak. Tetap saja tidak boleh dipelihara.

Adudu menghela napas untuk kesekian kalinya. Muak yang menggebu-gebu tertutup dengan gugup yang semakin tinggi. Tengah ada di rooftop sekolah di mana suasana sedang sepi. Di tangannya sudah ada tali.

Nekad. Ia bisa saja melakukan itu. Beribu-ribu kali Adudu berusaha mengembalikan suasana hangat di rumah namun sia-sia. Ya, masalah keluarga.

Keluarganya hanya terisi 3 orang. Dia, ibunya dan ayahnya. Tiada satupun yang bersikap layaknya keluarga. Ayahnya yang paling parah. Selalu kasar dan ingin mengambil hal milik orang lain.

Ejojo, ayahnya, orang yang biaa dibilang cukup berbahaya. Sang tangan kanan dari GOT. Yang bekerja sama dengan Borara untuk merebut permata.

Sejak dulu, sikap Ejojo yang selalu mencari 'sesuatu' membuat Adudu curiga. Ejojo membentuk kelompok Geng Of Treats di bumi untuk meracuni manusia dengan narkoba. Tak hanya itu, mereka juga mengambil sejumlah emas untuk buat sesuatu. Padahal mereka sudah kaya.

Namun beberapa bulan ini GOT jadi sering mengincar permata. Permata yang selama ini terdiam cantik rupanya menyimpan sesuatu yang istimewa. Yang bahkan ilmuan pun tidak dapat mempercayainya.

Pantas saja banyak yang ingin merebut benda itu, termasuk GOT dan TNV. Tapi, mengapa baru sekarang?

Ah, lupakan pertanyaan yang satu itu.

Menyebut TNV, Adudu jadi berpikir ulang. 9 remaja yang merupakan adik kelasnya ialah pelakunya. Ingat chapter 18? Hari di mana Adudu memutuskan untuk ikut campur merebut aquamarine. Orang yang rela memanjat 4 lantai hanya untuk mencari tahu siapa mereka sebenarnya. Adudu sudah terjebak diantara GOT dan TNV, ia harus tahu yang sebenarnya terjadi.

Dengan kata lain, Adudu lah si jubah hijau itu.

___________________________________

Ying menghela napas, memandang seluruh perkarangan sekolah yang lumayan bersih. Ya, mereka dihukum membersihkan sekolah, lebih tepatnya lapangan dan taman. Sudah pukul 3 sore dan masih banyak yang perlu dibereskan. Kawan-kawannya malah sibuk mengejar Trio Troublemaker yang kembali berulah.

Sudahlah, biarkan saha anak-anak kekurangan masa kecil itu.

Ying menoleh sana sini. Bagus, tiada orang di sekitarnya. Ying menarik salah satu batu bata putih yang dipijaknya. Kemudian mengorek tanah di samping lapangan basket. Ia menggunakan tubuhnya untuk menutup pandangan orang agar tidak ada yang nelihat apa yang ia lakukan.

Setelah dikorek 10 cm, nampaklah sebuah kardus. Di dalam kardus itu ada sebuah lock sandi yang terhubung ke ruangan bawah tanah. Ying menekan angka '201422' lalu  lempeng lock sandi itu ditarik.

Ying mengintip ke bawah. Ok, barang itu aman. Ia kemudian memasang kembali semua pengaman tadi. Menutupnya dengan tanah.

"Aman," tanya Frostfire memastikan, berdiri di samping Ying. Ia selesai menerebut chiki dari Trio Troublemaker.

Ying mengangguk. "Aman, Bro."

Taufan memandang langit. Dia dan dua adik sengkleknya duduk damai di ujung taman. Hanya mencermati yang lain melaksanakan hukuman tanpa berniat membantu. Tiba-tiba matanya salfok pada sebuah objek yang melesat cepat menubruk gedung sekolah. Tepat di lantai 3.

Awalnya Taufan mengira itu adalah bola nyasar, nambun saat mendengar bunyi 'BOOMM!' Barulah dia panik.

Setengah bagian gedung sekolah rusak parah. Sebagian batu dan semen bahkan jatuh menimpa wilayah lapangan. Para guru dan staff serentak mengevakuasi murid-murid. Di dalam maupun di luar gedung.

Permata [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang