23. Kafe

71 12 0
                                    

.

.

"PAGI~" William menyapa seluruh petugas polisi. Mengawali hari dengan senyum lebar sebelum mengerucut kesal kala saudarinya, Sarah mengetuk kepalanya.

"Pagi!" sahut petugas polisi lainnya. Ada yang terkekeh kecil akibat tingkah konyol mereka lalu melanjutkan pekerjaan.

William dan Sarah kemudian berjalan menuju ruang kepala kepolisian. Langkah tegas mereka bergema di lorong.

Tok! Tok!

William mengetuk pintu emas itu. Tak lama disahut dari dalam. "Masuk."

Kriett....

"Pagi, ketua~"

"To the point," ucap Kaizo datar, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya dari beberapa lembar kertas di meja.

William mendengus. Huh! Jarang-jarang dia OOC begini tahu. Tanpa berlama-lama, dia menyerahkan berkas pada Kaizo. "Mengikut beberapa kejadian, kami menemukan beberapa petunjuk tentang Geng aneh itu. Sudah kami kumpulkan menjadi satu di dalam berkas ini."

Kaizo berdeham. "Bagaimana dengan kesembilan kurcaci itu?"

"Maksudmu TNV? Well... misi mereka sudah selesai 90%, Ketua. Lancar jaya."

Kaizo terlihat berpikir sejenak. "Kalau begitu... Sarah, kau boleh melakukan tugasmu mulai dari sekarang."

"Evakuasi semua orang yang tidak ditargetkan."

"Baiklah~"

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

Cklek!

Pintu labolatorium terbuka, netra coklat milik Halilintar menelisik isi ruangan yang penuh dengan tabung reaksi. Pintunya ia tutup kembali.

Momen ketika Halilintar masuk labolatorium, takut ketahuan si bungsu :v

Bukan tanpa alasan dia berada di sini. Biar pun Halilintar rada-rada cuek, dia sadar apa yang berubah dari ruangan ini.

Tak ada bekas ledakan.

Sudah terhitung dua minggu keluarganya tidak mendengar ledakan dari labolatorium Solar. Padahal biasanya seminggu bisa lima kali. Hal ini membuat Halilintar curiga.

Apa adik bungsunya itu tidak memiliki ketertarikan terhadap ramuan aneh lagi? Atau Solar sedang melakukan uji coba?

Tapi biasanya uji coba Solar sangat di luar nalar. Terlalu pintar salah, gak pintar juga salah🗿

Fokusnya kini terletak pada buku catatan Solar. Dia pasti menuliskan semua persiapan, langkah-langkah, hasil eksperimen dan kesimpulan. Halilintar lebih memilih membaca buku itu daripada menyentuh langsung cairan warna-warni yang ada di atas meja.

Solar pernah membuat ramuan penumbuh kuku untuk katak, hasilnya sangat tidak menguntungkan manusia. Katak itu berulang kali mencakar segala sesuatu. Termasuk matanya.

Yang meresahkan bukan rasa sakitnya, melainkan respon para fansnya. Penggemar Halilintar kerap mengirim obat-obatan ke rumahnya. Bahkan menitahkan dokter terbaik untuk menyembuhkannya secara langsung.

Di situlah TTM berguna mengusir mereka semua.

Bukannya menolak bantuan, tapi jumlah obat-obatan iti abnormal. Satu orang satu kotak, isinya entahlah. Halilintar tidak mau tahu. Mereka sampai harus membagikan benda-benda itu ke sembarang orang daripada dibakar Trio Troublemaker.

Ok, ok, kembali ke topik awal. Halilintar membaca satu persatu eksperimen adiknya. Sedikit menyipitkan mata, tulisannya hampir menyerupai cacing keram otot.

Permata [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang