🌸 PART 56 🌸

258 28 12
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Hana ngga ke pengadilan, Sayang?" tanya Ayah membuatku menoleh. Aku segera mematikan handphone yang sedaritadi menjadi temanku saat Ayah sedang tidur. Dan Hafiz juga beberapa waktu lalu pamit sebentar, katanya ada urusan di luar.

"Enggak, Ayah. Alhamdulillah seminggu ini Hana tidak ada tugas di pengadilan."

Ayah mengangguk paham. Bagaimanapun sedikit banyaknya Ayah tahu tentang pengadilan di mana seorang hakim tidak mempunyai jam kerja secara formal. Melainkan jam kerja hakim disesuaikan dengan court calendar.

"Kalau gitu Hana bisa dong nemenin Ayah jalan-jalan di taman rumah sakit?" tanya Ayah yang langsung kubalas anggukan.

"Bisa, Yah, Ayah maunya kapan? Sekarang atau besok pagi aja? Menurut Hana sih besok pagi aja, Yah, soalnya 'kan udara pagi itu sehat banget. Tapi kalau Ayah maunya sekarang, Hana juga ngga masalah kok, bakal Hana temenin," jawabku panjang lebar.

"Besok pagi aja, Sayang."

Aku mengangguk mengiyakan. "Oh iya, Yah, Mama di mana sih? Kok ngga balik-balik daritadi. Urusan Mama banyak banget ya, Yah?" tanyaku mencari keberadaan Mama. Aku sudah berada di sini kurang lebih lima jam. Dan selama itu Mama belum juga kembali.

"Tunggu aja, sebentar lagi juga mereka akan pulang, Sayang."

Klek!

Barusaja Ayah menyelesaikan kalimatnya, detik itu pula pintu ruangan Ayah terbuka. Aku menoleh dan mendapati Mama, Bang Yusuf, Dhila dan Hafiz berada di ambang pintu. Mereka menatapku dengan tatapan yang sedikit aneh. Sebentar, mengapa Hafiz bisa bersama mereka?

"Ngapain di sini?" tanya Bang Yusuf membuat jantungku berdebar.

'Apa Abang masih marah padaku?'

"Jagain Ayah, Bang," jawabku gugup.

"Ngapain kamu jagain Ayah, kamu pikir kami tidak bisa menjaganya?" tanya Bang Yusuf kembali. Ia menatapku begitu tajam membuat nyaliku juga seketika menciut. Bang Yusuf masih marah, apakah hal yang sama juga terjadi pada Mama dan Dhila? Apa mereka juga masih belum memaafkan ku?

"Ha-hana 'kan juga anak Ayah, jadi Hana memiliki tanggungjawab buat menjaga dan merawat Ayah," jawabku sambil menundukkan pandangan.

"Ternyata kamu masih menganggap keberadaan kami di sini." Bang Yusuf menjeda perkataannya membuat jantungku semakin berdebar kencang. "Abang kira semenjak kejadian itu Hana membenci kami dan melupakan kami," lanjut Bang Yusuf membuatku mendongak menatapnya.

"B--

"Abang minta maaf ya udah jahat sama kamu, udah kasar sama kamu, udah nyakitin kamu. Abang tau sikap Abang ke kamu sudah keterlaluan dan sulit untuk dimaafkan. Tetapi Abang janji Hana, Abang akan melakukan apapun agar Hana bisa maafin Abang. Hana sebutin aja Hana mau apa?"

Our Story (SELESAI ✅)Where stories live. Discover now