07. Sebatas Baron

2K 401 3
                                    

[JANGAN LUPA BINTANGNYA, Teman]

Drizella telah melakukan pencarian Cinderella ke jalur kedua dan ketiga, tetapi masih tidak mendapatkan informasi mengenai gadis berambut pirang bermata biru. Dia menanyakan hal tidak spesifik tersebut mengingat ciri-ciri Cinderella yang seorang tokoh utama, memangnya ada gadis cantik lain dengan karakter serupa?

Dan ternyata ada. Drizella menganga ketika dirinya yang sedang berdiri di tengah air mancur dengan payung kuningnya bertemu rombongan kesatria tengah mengawal seorang perempuan cantik. Di bawah payung kelabu, rambutnya terlihat berwarna cokelat muda, iris birunya sedalam lautan. Tampilannya luar biasa mewah, seperti seorang selebriti menggunakan mekap drakula di wajah.

Rombongan itu berhenti tak jauh dari Drizella.

Para kesatria panas-panasan menghadapi terik matahari secara langsung, sementara gadis yang Drizella anggap sebagai rival kecantikan dari tokoh utama mendapat angin dari dua pelayan perempuan di kanan dan kirinya.

Sumpah, Drizella akan mengeluarkan liurnya jika setiap bangun tidur menatap wajah cantik perempuan itu. Menurutnya, yang menambah poin plus dari si cantik tersebut adalah gerakan angunnya. Seolah-olah darah bangsawan sengaja menjejalkan diri ke tubuhnya. Meski menunduk, mata sayunya yang sedang menatap konblok buruk di bawah membuat jantung Drizella berdebar.

Lebih baik kau tatap aku daripada semen kotor yang kauinjak itu sayangku, Drizella menggigiti kuku jarinya. Memelototi seorang bangsawan kelas atas seakan-akan hendak melakukan rencana pembunuhan padanya.

Namun seorang kesatria menghalangi pandangannya secara sengaja, lebih konyolnya lagi mengedipkan sebelah mata padanya. Drizella merinding, segera mengalihkan pupilnya ke arah lain.

"Drizella."

"Ah!" Drizella tersentak, terkejut atas keberadaan seorang pria di samping kirinya. "Kau mengejutkanku!" ucapnya, tanpa lupa memukul bahu Adrian.

Adrian menggumamkan kata maaf, lalu melepaskan kacamata monokelnya sebentar sebelum dipasang kembali. "Aku menemukan adikmu di jalur lima. Dia bersama seorang pria."

Tanpa basa-basi Adrian mengatakan apa yang dilihatnya pada Drizella yang menaikkan sebelah alis. Gadis itu kemudian menutupi mulut menggunakan kipas, mendekati kekasihnya untuk berbisik.

"Siapa?" tanyanya.

"Pangeran."

"Sudah kuduga dia baik-baik saja!" Drizella berdecak, memijat keningnya gemas. Dan tidak mungkin juga dia ngotot ikut hanya untuk melihat-lihat!

Adrian diam, Drizella juga diam demi menahan emosinya. Dia sudah menduga kalau Cinderella palsu tak akan mungkin berdiam diri menunggu hari pesta dansa istana tiba. Terlalu lama dan merugikan.

"Mereka datang."

"Ha?" Drizella mendongak, menatap mata Adrian yang memandang ke belakang. Dia pun mengikuti arah tersebut, dan terkejut kala menemukan Cinderella bergandengan tangan bersama seorang pria.

Dua orang itu berlarian menggunakan baju masyarakat kelas bawah. Kalau pakaian Cinderella sedari awal memang terlalu merakyat, sementara pangeran Kite yang Adrian maksud sungguh tidak dapat Drizella kenali.

Kite memakai topi, kemeja putihnya kusut, celananya cokelat bertali yang dikaitkan di bahu.

"Apa-apaan tampilan itu?!"

"Beliau menyamar, Drizella." Adrian melepaskan sarung tangan putihnya, mulai merasa gerah. "Padahal tunangannya ada di sini," lirihnya, memasukkan kain tersebut kembali ke jari tangannya.

Mata Drizella membola, menatap Adrian yang berada di bawah payung yang sama dengan penasaran. "Tunangan? Siapa?!"

Adrian mengambil alih payung kekasihnya, melirik ke arah rombongan kesatria yang mengawal seorang gadis bangsawan kelas atas.

"Yang kaupandangi sedari tadi. Julia, putri Duke Vermillion."

Drizella tentu semakin terkejut, menoleh pada tunangan yang dimaksud. Julia Vermillion yang sudah menyaksikan kekasihnya sedang bermain dengan gadis lain. Pada akhirnya Julia membuang muka, meminta pelayan dan kesatrianya untuk pergi dari sana.

Rasanya jantung Drizella terbelah, menyaksikan seorang gadis cantik mengalami patah hati. Ketika rombongan itu lewat lagi di depannya, Julia melirik ke arah mereka hingga membuat keduanya membungkuk penuh hormat usai Adrian menutup payungnya.

Tak lama kemudian Drizella mengintip kepergian Julia Vermillion yang sudah menjauh, lalu bernapas lega. Tetapi ia yang menyadari kehadiran Adrian mulai merasakan kecanggungan.

Drizella menoleh ke kiri, saling bertukar pandang dengan Adrian tanpa ekspresi.

"Karena sudah menemukan Cinderella." Adrian berucap, membuka kembali payungnya. "Bisakah kencan kita dilanjutkan?" tawarnya sambil menyodorkan tangan.

Drizella menatap tangan itu lama, lantas menggeleng. Sepertinya pria ini mulai mengerti segala macam maksud dari perkataannya.

"Terima kasih," Drizella membalas sebelum tersenyum tipis, "tapi kali ini giliran Anastasia yang dicari, Tuan Baik Hati."

Adrian mendorong kacamata monokelnya ke atas, menatap jalur utama yang penuh oleh gaun-gaun berwarna milik para bangsawan perempuan. "Anastasia sedang menikmati waktunya di kafe."

"Kau juga mencarinya, ya?!"

"Antisipasi. Kebetulan Richie juga ingin bersantai, jadi kusuruh dia mengawasi adikmu."

"Memangnya mengawasi bisa disebut bersantai?!"

Tangan Adrian kini kembali terulur untuknya, Drizella pun lekas menerima dan membiarkan dirinya dituntun memasuki jalur lima, tempat di mana kekasihnya menemukan Cinderella dan Pangeran Kite.

Itu sebuah jalan menuju istana.

Sembari menyusuri jalan, mereka menaiki jembatan, kemudian berhenti dan memutuskan memandang arus sungai yang ada di bawah. Keduanya dilindungi pohon berdaun rimbun, sehingga payung pun berakhir ditutup.

Lama berdiam-diaman, Drizella berbalik, menyenderi pembatas jembatan. Adrian mengikutinya, membuat beberapa orang yang berlalu-lalang menjadi akward karena merasa dipandang.

"Setelah menjadi Baron, apalagi yang kau inginkan?"

Tiba-tiba Drizella memulai topik sensitif, Adrian mau tak mau menoleh padanya.

"Pokoknya menjadi yang terkaya."

Mendengar jawaban yang terasa tidak serius, Drizella kurang puas dan balas menatap Adrian setelah matanya takut-takut melirik manusia lain. Dia lantas berjinjit untuk berbisik, "Kalau begitu rebut saja tunangan pangeran," usulnya. "Kan anak Duke, tuh?"

Adrian menggaruk belakang lehernya kikuk. "Tidak pantas," balasnya.

Drizella jadi tertawa. "Kalau boleh tahu, kenapa kau ingin kaya?"

"Kau sendiri tidak mau?"

"Tentu saja mau! Setelah melihat gaun-gaun yang luar biasa mewah itu, mana mungkin aku bisa membuka mulut tanpa menyemburkan liur?!"

Baru kali ini Adrian berhasil dibuat tertawa oleh Drizella. Pria itu mengusap kumis tipisnya, menatap aliran sungai di ujung mata. "Hanya ingin melindungi orang-orang berharga," lirihnya, tentu dapat didengar gadis di sampingnya.

Drizella menatap kagum Adrian, seakan baru kali ini menemukan alasan seindah itu untuk menjadi orang berada. Selama ini yang ada di pikirannya hanya memuaskan nafsu belaka, menjadi cantik salah satunya. Karena kecantikan akan membuatmu mudah mendapatkan segalanya.

Tetapi ketika menyaksikan Julia Vermillion yang barusan dicampakkan, Drizella jadi berpikir dua kali: Apakah benar adanya jika kecantikan dapat membuat semua orang bertekuk lutut padanya?

Drizella berbalik lagi, menatap bayangannya di atas air sungai yang mengalir bersih. Entah mengapa, masih ada yang mengganjal dalam hati. Ada yang kurang, dan tidak bisa dibantah.

"Masalahnya, Adrian. Sebatas Baron tetap tidak bisa melawan perintah istana." []

29/12/21, Sanskara Drew.

Cinderella's Stepsister [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang