30. Penggosip Malam

986 228 1
                                    

Lagi-lagi Drizella terbangun tengah malam. Sudah tidak mengejutkan Kiki yang berjaga di atas kursinya. Mereka berdua berjalan menuju dapur, mencuri roti dan membuat segelas susu serta kopi, lalu membawanya ke meja kerja Kiki. Berbeda dengan penjaga sore yang pernah Drizella temui, Kiki ini sungguh tak peduli dengan tanggung jawabnya sebagai penjaga.

"Kau punya catur?" tanya Drizella.

"Kau bisa memainkannya?" Kiki balas bertanya.

Drizella angkat bahu. "Lumayan," jawabnya.

Mereka duduk berhadapan ditemani catur dan camilan. Drizella memang sering begadang untuk bekerja, tetapi sekarang tak ada yang bisa dilakukannya dan itu terasa membosankan. Dia juga tidak punya kesempatan untuk bersinar dengan menjadi superhero pemberantas sisi gelap istana, tidak ada yang mau dimanfaatkan atau memanfaatkannya.

"Sekakmat!"

Kiki memekik kegirangan, menghadirkan kekesalan dalam diri Drizella.

"Lagi," pintanya.

Keduanya kembali fokus pada permainan. Drizella menggunakan buah catur putih, sementara Kiki berwarna hitam. Di saat mereka sibuk berpikir, tiba-tiba kedatangan seseorang mengejutkan keduanya hingga Kiki hampir menyemburkan kopinya.

"Apa kalian memang suka berduaan malam-malam begini?"

"Pangeran Kite!" Drizella dan Kiki bangkit dari duduk mereka, kemudian segera membungkuk. "Selamat malam. Semoga kesejahteraan menerangi jalan Anda dan seluruh keluarga kerajaan."

"Kau sungguh selalu bangun tengah malam?"

Drizella tersentak, menganggukkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Kite. "Maafkan saya jika membuat kegaduhan."

"Hm. Lanjutkan saja permainan kalian."

Ham hem ham hem. Drizella geram dalam hati, pikirnya ... sok keren sekali.

Masalahnya ketika Drizella dan Kiki melanjutkan permainan mereka, Kite berakhir berdiri memperhatikan keduanya hingga membuat suasana canggung sungguh terasa.

"Silakan duduk, Pangeran."

Pada akhirnya Drizella menawarkan kursinya lebih dulu setelah adu melotot bersama Kiki. Tetapi Kite menolak dan mengatakan agar Kiki saja yang angkat pantat.

Kiki pun berdiri memainkan caturnya, sementara Drizella duduk bersebelahan dengan Kite.

"Maaf kalau permainannya membosankan, Pangeran. Saya tidak ahli."

"Aku juga tidak berharap seorang gadis bakal menang melawan laki-laki."

Itu terdengar seolah-olah Drizella direndahkan. Gadis tersebut mengulum bibirnya, mendongak memandang Kiki di depannya yang membalas tatapannya. Kau harus mengalah, pintanya melalui pelototan.

Namun Kiki tidak mengerti dan malah bertanya, "Apa?" ujarnya polos.

Kite lantas ikut mendongak. "Giliranmu jalan," beritahunya.

AAAH! Bukan itu maksud Drizella, tapi sudahlah.

Lagi pula, pangeran yang satu ini kurang kerjaan sekali. Kalau tidak asik mencari cinta, pasti mencari masalah dengan mereka berdua. Seolah-olah tidak punya kawan main saja!

Drizella menjalankan kudanya sembarangan, sudah tak berminat meskipun Kiki terus melahap buah caturnya. Pikirnya, semakin buruk sebuah permainan, maka semakin cepat pangeran Kite menjauh dari mereka.

Setelah Kiki melihat kesempatan besar untuk memakan bidak terakhir milik Drizella, pemuda itu berdeham kikuk. "Apa Anastasia sudah punya kekasih?" tanyanya.

Cinderella's Stepsister [√]Where stories live. Discover now