17. Egois dan Manja

1.5K 295 2
                                    

[JANGAN LUPA BINTANGNYA, Teman]

"Omong-omong, Adrian, mengenai masalah kemarin ...," Drizella memberi kode pada Adrian untuk menundukkan kepala agar dapat berbisik di telinga sang pria, "ada yang menutup mulutmu, ya?" tebaknya.

Tampang Adrian masih datar, tetapi tubuhnya yang menegang selama beberapa detik sudah dapat Drizella baca kelanjutan dari konflik penculikan yang dilarang ibu peri Chelsea untuk ditelusuri.

"Tidak perlu dijawab. Lagi pula, kita memang tidak punya jaminan apa-apa kalau hendak ikut campur."

Drizella kembali menyenderi bahu Adrian, merasa tidak berguna karena tidak dapat memberikan bantuan apa pun pada orang-orang yang kehilangan teman, kerabat, atau keluarga mereka. Ditelusuri lebih lanjut malah kena ancaman hingga disuruh tutup mulut. Sudah pasti berhubungan erat dengan pihak kerajaan.

Yah, ini 'kan cerita dengan alur romansa dari dongeng anak-anak. Drizella juga sayang nyawa, sedikitnya.

"Maaf."

"Tidak masalah. Aku memang kasihan, tapi tetap saja kesulitan karena tak punya kekuatan apa-apa menjadi penghambat utamanya." Drizella menatap ke depan, berbisik dengan lirih. "Kecuali berniat melakukan pemberontakan sampai habis ...."

Dan Adrian yang mendengar gumaman itu hanya bisa menatap lurus pada pupil hitam Drizella, mencari keseriusan dalam ucapannya. Tetapi kedatangan Anastasia yang mengomel karena terlalu lama ditinggal membuat keduanya tersadar dari lamunan masing-masing.

"Kalian masih mengobrol? Aku ingin masuk tahuuu!"

Drizella dan Adrian melempar senyum, lekas berdiri dengan tangan saling bertaut.

"Memangnya kau sudah bisa diizinkan masuk?" tanya Drizella, baru ingat kalau adiknya masih butuh izin dari orang berstatus tinggi untuk menginjak istana. Sementara dia dan Lily sonder berpikir dua kali segera berlari menemui Anastasia tanpa membawa cap istana maupun orang penting tersebut.

Anastasia mendelik, memamerkan kertas lamaran kerjanya ke muka Drizella dan Adrian. "Tentu saja sudah! Salah satu anak buah dari kepala koki membawa tanda tangan atasannya di atas surat lamaranku!" pekiknya marah.

"Syukurlah." Drizella angkat bahu, melepaskan tautannya dengan Adrian, mulai berjalan lebih dahulu ke pos penjaga gerbang.

"Caranya bicara masih sangat menyebalkan!" gerutu Anastasia, berlari meninggalkan Adrian di belakang yang berjalan santai.

Pada akhirnya para gadis dan lelaki berpisah di gerbang. Richie menunggu dengan sabar sang atasan yang berbincang bersama Drizella, sedangkan Anastasia sibuk mengomel oleh sebab terhenti kembali karena pasangan di depannya benar-benar tak tahu tempat. Lily hanya bisa menenangkannya sambil berucap sabar, meskipun matanya memperhatikan bagaimana Adrian mulai meletakkan telapak tangan di pipi kiri Drizella sebelum mengecup pipi kanan dari teman barunya dengan singkat.

"A-a ...."

"Apa yang kalian lakukan?!" Anastasia dan Richie berteriak bersamaan, mengabaikan Lily yang sudah berjongkok di tanah sembari memegangi pipinya sendiri.

Masing-masing dari mereka menarik salah satu pelaku bermesraan di depan umum. Drizella diam saja ketika ditarik mundur oleh Anastasia, sementara Adrian berusaha menghindari pukulan Richie di tubuhnya.

"Ya, ya. Kita kembali sekarang." Adrian mendengkus, melambaikan tangannya pada Drizella yang berdiri kikuk membalasnya. "Sampai jumpa, Drizella."

Drizella mengangguk, menatap kepergian Adrian dengan bingung sebelum kena senggol di pinggang. "Apalagi, sih?" sewotnya, menarik kedua pipi Anastasia yang menggembung.

Cinderella's Stepsister [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang