You are different

176 39 14
                                    

Sudah lama Raiya tidak berkunjung ke toko buku pertiwi. Selain mencari buku terbaru Arsya yang lagi-lagi tidak ada, Raiya juga merindukan Eliza. Ia rindu mendengar celotehan wanita berambut merah itu.

"Kenapa selalu buku Arsya sih, yang dicari?" Tanya Eliza. Raiya mengedikan bahu, "karena aku suka sama dia."

Eliza mengangguk setuju. "Aku juga. Selain karena karyanya ya, aku lihat dia orangnya gak pernah neko-neko. Definisi lelaki idaman orang tua."

Memang begitu nyatanya. Ucap Raiya dalam hati.

Arsya bukan hanya idaman calon mertua, tapi idaman banyak wanita termasuk Raiya. Selama tiga tahun Raiya berusaha melupakan lelaki itu tapi hasilnya masih nihil. Mungkin Raiya memang sudah tidak menangisi keadaan, tapi terkadang digelapnya malam ia masih memikirkan Arsya.

"Udah punya istri dia," ucap Raiya sambil memasang senyum tipis. Senyum yang Eliza tidak tahu bahwa itu dipaksakan.

"Udah punya anak juga. But its okay, kalaupun jomblo dia belum tentu mau sama gue." Kata Eliza lalu tertawa.

Eliza kembali bersuara, ia berjalan mendekat lalu mendudukkan diri di samping Saka. "Ngomong-ngomong, kamu ada hubungan apa sama Saka?"

Raiya terkejut, kenapa Eliza tiba-tiba menanyakan hal itu?

"Gak ada. Emang kenapa?"

"Yakin?" Tanya Eliza penuh telisik.

Raiya mengangguk, berusaha memasang wajah dengan ekspresi yang meyakinkan.

"Temen aku kan ada yang teman dia, mereka bilang Saka sering ajak kamu kemana-mana."

Kali ini Raiya tidak menyangkal. Saka memang sering mengajaknya pergi ke acara teman-temannya dan Raiya juga tidak menolak. Semua itu hal normal yang biasanya teman lakukan, kan?

"Iya. Emang aku sering pergi sama Saka."

"He pick you up?"

Raiya mengangguk.

"He drive you home?"

Lagi-lagi Raiya mengangguk.

Eliza langsung memasang senyum menyebalkan. Ia menatap Raiya penuh makna di tatapan isengnya.

"Dia tuh, naksir kamu, Ra!" Ucap Eliza heboh.

Raiya menggeleng. Mencoba melupakan kejadian di malam ulang tahun Saka ketika lelaki itu mengucapkan kalimat yang menghantui Raiya.

Malam itu Raiya berharap maksud di balik ucapan Saka adalah lelaki itu ingin mereka mengulang kembali apa yang terjadi tiga tahun lalu. Raiya mengira Saka akan membawanya ke kamarnya dan mereka berakhir disana. Namun, sialnya semua dugaan Raiya salah.

Saka berhenti menciumnya, bahkan lelaki itu mengambilkan air mineral untuk Raiya sebelum mengantarnya pulang.

Raiya ingin melupakan ucapan Saka, ia pun berharap Saka tidak sungguh-sungguh. Tapi setelah malam itu, Saka malah semakin gencar menunjukkan usahanya meyakinkan Raiya.

"Kita cuman temenan, El." Kata Raiya tenang. Eliza menggeleng tidak setuju, "gak mungkin. I know him."

"Me too."

"Dia gak pernah anter jemput perempuan. He drive them home, yes ofcoure and he did on purpose. But you, is different." Ujar Eliza serius.

Raiya menghela napas, menyandarkan kepalanya di sofa. "Aku gak tau. Tapi selama tiga tahun kenal, ya kita memang hanya teman."

"Yaudah kalau kamu berpikir demikian, fine. Minggu depan Nat ulang tahun, biasanya dia ajak kita liburan. She's very private person, and if he ask you to go with him you are not just friend for him."

Crescent MoonWhere stories live. Discover now