Home?

169 43 24
                                    

Raiya menghempaskan tubuhnya ke kasur sesaat setelah ia tiba di hotel. Perjalanan udara yang memakan waktu hampir tujuh belas jam membuat tubuhnya luar biasa pegal. Belum lagi kepalanya yang masih pening atas apa yang terjadi sebelum ia berangkat ke Indonesia.

Raiya menghembuskan napas panjang, tidak pernah membayangkan semua hal itu akan terjadi secepat ini. Setelah pengaruh alkohol perlahan memudar dari tubuhnya, Raiya bisa mengingat detail kejadian antara dirinya dan Saka.

Perjalanan pulang tadi adalah perjalanan paling menyiksa bagi Raiya. Bukan hanya karena tubuhnya yang pegal-pegal tapi juga karena bayang-bayang memalukan yang membuat kepalanya pening.

Bagaimana bisa ia tersenyum lebar ketika semalam Saka menciumnya? Astaga, pasti Raiya sudah benar-benar hilang akal. Ia tidak bisa menyalahkan Saka sepenuhnya karena Raiya lah yang memperburuk keadaan.

Raiya menggeleng, menghentikan semua kilas balik kejadian semalam di kepalanya. Ia bangkit dan bergegas untuk mandi lalu pergi tidur atau memesan makanan.

Ketika mengecek ponselnya, ada beberapa pesan dari Saka yang belum ia buka. Ini sedikit aneh, karena selama dua tahun Raiya tidak pernah menerima pesan dari orang lain yang menanyakan kabarnya seperti yang Saka lakukan sekarang.

Saka
Rayray, udah landing?
What u doin, Pal
Text me once u see this message

Tanpa sadar, bibir Raiya tersenyum tipis. Ia mengetikan pesan balasan untuk Saka agar lelaki itu berhenti mengkhawatirkannya.

Raiya
Baru sampai
Thank u for asking :)

Tidak butuh waktu lama hingga ponsel Raiya kembali bergetar, Saka membalas pesannya dengan cepat.

Saka
Good then
Take a rest my brokenhearted girl ;)

Raiya melihat jam yang tertera di ponselnya, menerka-nerka kenapa Saka sudah terbangun saat di Paris sekarang menunjukkan pukul enam pagi.

Raiya
Kamu bangun jam berapa?

Saka
Belum tidur :)

Raiya
Dasar,
Aku istirahat dl ya, km jg. Oke!

Saka
Oke, cap!

Raiya
See you later :)

Harus Raiya akui Saka adalah teman yang baik. Terlepas apa yang sudah terjadi diantara mereka, Raiya yakin hal itu benar-benar di luar kendalinya. Jika Saka memang ingin melakukan sesuatu yang merugikan Raiya, pasti sudah ia lakukan sejak awal lelaki itu mengantarnya pulang pertama kali.

Dan melihat bagaimana Saka menyikapi keadaan mereka sekarang, Raiya semakin tidak ingin pertemanan mereka berakhir.

***

Tidak peduli seindah apapun Paris, tempat ini tetap yang paling Raiya sukai. Tempat ini tetap satu-satunya yang Raiya tuju kala ia kehilangan arah.

Makam Ibu.

Peristirahatan terakhir wanita yang paling Raiya sayangi lebih dari apapun di dunia. Wanita yang semasa hidupnya selalu mempercayai apapun keputusan Raiya meski Raiya sendiri juga belum yakin dengan dirinya.

Raiya menghela napas, menyentuh gundukan rumput makam ibu dengan pelan. Seandainya ia bisa memeluk ibu sekali lagi, Raiya pasti akan sangat bersyukur.

Crescent MoonWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu