1

2K 301 28
                                    

Suara dering ponselnya dari dalam tas membuat langkahnya terhenti. Mengambil ponselnya dari dalam tas, ia kembali berjalan seraya menyeret kopernya. Melihat nama si penelpon, tak menunggu lama ia pun langsung menjawabnya.

"Iya Mas, masih di Airport."

"Nggak apa-apa Mas, Anye sudah Mau naik taksi kok."

"Iya Mas. Nanti kalau sudah sampai Anye kabari ya." Gadis berusia dua puluh delapan tahun bernama Anye itu tanpa sadar tersenyum seraya mematikan ponselnya dan menyimpannya ke dalam tas.

Brukkk

"Arrghhh." Gadis bertubuh mungil itu mengerang pelan saat menahan keseimbangan tubuhnya sendiri agar tidak terjerembab ke lantai. Sedangkan seorang perempuan muda yang menabraknya tadi terjatuh sempurna di bawah kakinya.

"Mbak---"

"Ayas!"

Seorang pria datang seraya memekik kencang menyebut nama wanita yang bersimpuh di kaki Anye, membuat Anye yang tadi ingin menanyakan keadaan perempuan itu, urung ia lakukan.

"Kamu nggak apa-apa, Yas? Ada yang luka?"

Anye refleks menyeringai tak percaya setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir pria itu. Menggeleng pelan, ia mengamati wajah khawatir pria itu. Wajah ovalnya bersih tak bercela, hidung mancungnya membuat kacamata hitam yang dipakainya bertengger dengan indah. Potongan rambut belah tengah menambah kesan keren pria yang ia perkirakan sebaya dengannya itu.

"Mbak tolong ya, lain kali lebih hati-hati ya kalau jalan."

Anye dibuat menganga di tempatnya. Semua penilaiannya akan ketampanan pria itu hilang seketika. Pria itu bahkan tak lebih dulu bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Siapa yang salah, dan bahkan tidak mau peduli pada Anye yang juga hampir saja ikut terjatuh jika tidak menahan keseimbangan. Malah si perempuan yang menabraknya tidak meminta maaf sama sekali dan pergi begitu saja bersama pacarnya yang sok tahu itu.

"Pasangan aneh!"

***

Dua kali mengucap salam tapi tak kunjung mendapat sahutan, Anye berjalan menuju dapur. Dilihatnya Bi Tatik tengah mencuci piring, sedangkan sang Oma tengah tertidur di kursi meja makan. Di samping Oma ada puluhan dus pesanan nasi kotak bertuliskan Kamelia Katering, yang sepertinya baru mereka selesaikan. Nenek Anye--Oma Krisan itu memang memiliki usaha katering yang ia rintis sejak dua puluh delapan tahun yang lalu, Kamelia Katering namanya. Diambil dari nama putri semata wayangnya yang tak lain adalah ibu dari Anyelir.

Anye ingin menghampiri Oma, tapi urung karena ia baru saja tiba dan belum membersihkan diri. Anye menaiki tangga menuju kamarnya, sampai di kamar ia mengambil ponsel dan menghubungi seseorang yang tadi ia janjikan untuk mengabari jika ia sudah tiba di rumah. Galih namanya.

Anye bertemu Galih pertama kali saat melamar kerja di perusahaan tempat mereka bekerja sekarang. Playtime, sebuah perusahaan yang mengelola wahana permainan anak dan keluarga berkonsep indoor dan memiliki banyak cabang di setiap kota besar di Indonesia. Saat itu keduanya sama-sama melamar untuk divisi HRD, hingga empat tahun berselang, kini Galih masih bergabung dalam tim Training and development sedangkan Anye dalam tim recruitment.

Anye hanya mengirim pesan pada Galih lalu menyimpan ponselnya di atas nakas. Namun suara dering ponselnya membuatnya urung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Dilihatnya sebentar deretan angka pada layar ponselnya yang menyala, lalu mengabaikan panggilan dari seseorang yang bahkan nomornya tidak ia simpan itu. Anye hanya mendesah malas lalu mengambil handuk dan benar-benar tak menjawab panggilan itu.

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Where stories live. Discover now