7

855 218 24
                                    


"Kamu terlalu baik buat aku Mas."

Sekali lagi saat mengingatnya, Dygta berniat menjadi orang jahat saja agar Laras menarik kembali kata-katanya itu.

"Aku baik-baik saja. Kamu nggak perlu khawatir Dygta. Aku baik tanpa kamu."

Entah sejak kapan panggilan dari Laras untuknya itu kini berganti dengan menyebut namanya saja. Tanpa embel-embel Mas yang biasanya terdengar manja saat Laras ucapkan.

Mungkin sejak Laras memilih meninggalkan rumah Dygta yang sederhana ini? Rumah yang terus Dygta renovasi agar menjadi lebih sempurna hingga menjadi rumah yang nyaman untuk Laras tempati. Ya, Laras pergi tanpa pesan, meninggalkan Dygta tanpa berpikir bagaimana perasaan Dygta setelah kepergiannya.

Dygta tak menyerah, ia terus menghubungi Laras, meski panggilannya selalu ditolak dan pesannya diabaikan. Dygta masih tak percaya, Laras yang selama ini tak pernah jauh dari pandangannya, yang selalu ia jaga dengan segenap hatinya. Kini berganti menjadi sosok yang tak bisa ia sentuh. Laras begitu mudah meninggalkan dunia Dygta yang terbiasa diisi olehnya.

Bagaimana tidak, Dygta bahkan masih mengingat jelas saat pertama kali ia bertemu Laras. Waktu itu Dygta kecil pulang dari pasar bersama Ibunya, saat jalan dilanda kemacetan karena sebuah kecelakaan mengenaskan. Sebuah Mobil yang berisi satu keluarga tertimpa truk tanah, seluruh penumpang tewas kecuali seorang balita perempuan.

Tangis balita perempuan itu membuat siapapun yang berada di sana merasa miris. Ibu Dygta saat itu menggendongnya, berusaha menenangkan balita itu yang terus saja menangis keras. Tapi, tangisnya terhenti tatkala Dygta kecil mengajaknya bermain cilukba. Balita malang itu, bernama Laras.

Seperti berjodoh, keluarga Hartanto, di mana Ibu Dygta bekerja sebagai asisten rumah tangga, mengadopsi Laras menjadi putri mereka. Pasangan yang sudah menikah selama lima tahun itu, memang juga belum dikaruniai buah hati. Jadilah, Dygta dan Laras tumbuh besar bersama, dengan status sosial yang jauh berbeda.

Seiring bertambah usia, perasaan sayang Dygta pada Laras yang semula, selayaknya seorang kakak laki-laki kepada adik perempuannya, berubah. Dygta tidak dapat memungkiri kalau ia tertarik pada Laras. Namun, Dygta masih menahan diri. Apalagi Dygta sendiri menempuh pendidikan dibiayai oleh orang tua angkat Laras, jadilah Dygta berusaha untuk tahu diri dan tidak menyatakan cinta pada Laras.

Lalu keadaan berubah, dunia Laras mendadak jungkir balik. Orang tua angkatnya bangkrut dan membuat ia terlantar. Untungnya masih ada Dygta dan Ibunya yang menampung Laras. Tinggal bersama dalam satu rumah, membuat Laras dan Dygta semakin dekat saja. Dygta juga mulai percaya diri untuk menyatakan cinta pada Laras, yang tidak ia sangka Laras langsung menerimanya.

Namun, sayangnya hubungan mereka tidak bertahan lama, meski perasaan mereka masih saat ingin bersama.

***

Dygta terus menghubungi Laras untuk menemuinya dan mengancam akan datang sendiri ke tempat di mana Dygta yakini kalau Laras berada di sana. Memang Dygta tahu, kelak Laras akan pergi dan mengambil jalan yang menurut Laras baik dan benar. Namun yang Dygta tidak terima cara Laras pergi, seolah dirinya selama ini hanya teman biasa.

Aku berada di tempat yang lebih baik dari yang kamu kira Dygta. Aku berada nggak jauh dari kamu. Percayalah, Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kita pasti bertemu lagi, tapi tidak untuk sekarang. Mengertilah.

Laras menjawab pesan Dygta dengan kalimat-kalimat yang bertujuan menenangkan Dygta dan mengatakan ia baik-baik saja. Yang malah membuat Dygta semakin meradang dan terus menghubungi Laras. Hingga satu panggilan Dygta akhirna dijawab oleh Laras, tapi yang ia dengar bukanlah suara Laras, melainkan kenyataan yang selama ini ia takutkan kalau benar terjadi.

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Where stories live. Discover now