11

773 221 19
                                    

Dygta menyampirkan jaketnya ke pundak kanannya seraya berjalan keluar dari ruangan yang kini tak berpenghuni itu. Jelas saja, karena sekarang sudah pukul sembilan, pasti Anye sudah masuk ke ruang operasi satu jam lalu. Dan, Dygta baru bangun dari tidurnya setengah jam lalu.

Bilangnya numpang tidur karena kemalaman, tapi tidur begitu pulas sampai bangun jam sembilan pagi. Seperti menginap di rumah nenek saja kalau begini.

Sebelum benar-benar melewati pintu, Dygta kembali melihat ke arah brankar Anye yang kosong. Padahal ia ingin sekali mengantar Anye sampai ke ruang operasi lalu memberinya semangat kalau semua akan berjalan lancar dan baik-baik saja. Walau seingatnya, Anye sama sekali tak mengeluh masalah operasi mendadak pagi ini. Gadis itu kuat dan mandiri sekali, pikir Dygta.

Sudah waktunya Dygta pulang, yang bisa ia lakukan sekarang cukup mendoakan saja. Sungguh ia berharap Anye akan baik-baik saja. Sampai di basement ia baru ingat kalau mobilnya tidak berada di sana. Semalam ia meminta seseorang untuk mengurus mobilnya yang dimuntahi oleh Anye kemarin. Ia merogoh ponsel dari saku celana jeansnya, lalu berdecak mendapati ponsel itu mati total. Ia kemudian memeriksa saku jaketnya mengambil pengisi daya ponsel yang selalu ia bawa kemana-mana, namun tidak ia temukan, sedangkan ia perlu menghubungi seseorang untuk kembali mengantarkan mobilnya ke sini.

Ia berbalik arah, berniat kembali ke kamar rawat Anye untuk mengambil pengisi daya ponsel miliknya yang sepertinya tertinggal di sofa panjang yang ia tiduri semalam. Namun, langkah Dygta harus terhenti tatkala ada empat orang bertubuh besar menghadangnya. Dygta yang tak siap itu, diseret oleh salah satu dari mereka ke sudut basement yang sepi, lalu Dygta didorong hingga punggungnya menabrak dinding dengan keras.

Entah apa yang menjadi tujuan mereka, hanya saja Dygta tahu kalau ia sedang berada dalam situasi yang buruk. Ia lantas melepaskan diri dari salah seorang yang kembali berusaha memegangi dirinya, juga terus menghindari pukulan sebisa mungkin. Namun, dari segi jumlah pun ia jelas kalah, karena dari sekian usahanya ia tak berhasil melepaskan diri dari mereka sedikitpun.

Pukulan demi pukulan ia terima tanpa ampun. Jangankan membalas, menghindar pun ia tak bisa karena kedua tangannya dipegangi oleh dua orang di kanan dan kirinya, lalu dua orang lagi memukul wajah dan perutnya bergantian.

Hingga sebuah suara sirine meraung-raung kencang di basement yang tampak sepi itu. Bersamaan dengan teriakan seorang wanita tua yang meminta tolong. Tak hanya meminta tolong, tapi wanita tua itu dengan berani memukuli mereka dengan payung panjang yang ia bawa.

"Beraninya main keroyokan! Kalau berani lawan saya juga! Ayo!" Kata wanita tua itu. "Sebentar lagi polisi datang!" Katanya lagi dengan memasang gerakan kaki kuda-kuda.

Keempat orang itu melepaskan Dygta hingga tersungkur di lantai basement itu. "Pergi dari hidup Laras, atau lo bakal ngerasain yang jauh lebih parah dari ini."

Dygta mendengkus seraya mengusap ujung bibirnya yang berdarah. "Jadi lo dari tadi keroyok gua cuma gara-gara Laras? Sedangkan satu Minggu ini gua nggak ketemu Laras sama sekali dan gua nggak tau di mana dia!"

"Lo yang minta laras buat pergi untuk ketemu sama lo kan! Dia nggak pulang semalam. Lo jangan macam-macam dengan calon istri orang atau nyawa lo bisa melayang!"

Baru Dygta akan menyahut omong kosong yang diucapkan salah satu dari mereka, namun Nenek tua tadi kembali melayangkan payungnya ke punggung orang yang mengancam Dygta tadi. "Hey, kalau bicara jangan sembarangan. Dia ini calon suami cucu saya. Semalaman dia di rumah sakit ini temani cucu saya yang sakit. Kalian jangan mengada-ada!"

Dygta dibuat terkejut atas pernyataan wanita tua itu, sementara keempat orang tadi sudah berlari menuju mobil mereka yang ia pakirkan dekat dari sana. Mobil yang seperti familiar bagi Dygta, karena ternyata itu adalah mobil yang sama dengan mobil yang hampir membuatnya celaka satu bulan yang lalu.

Carnation & Cactus | TAMAT (Tersedia Cetak & Ebook)Where stories live. Discover now