4

417 29 0
                                    

Pagi pun tiba, Noelle menyiapkan makanan untuk mereka berempat. Draken sudah bangun daritadi dan sekarang sedang membantu Noelle untuk menyiapkan makanan. Setelah selesai, Noelle menyiapkan piring di meja makan dan membersihkan bekas alat masak yang tadi digunakan.

Izana baru masuk ke dalam karena dia baru saja melakukan rutinitasnya sama seperti kemarin, yaitu minum teh di pagi hari :v

Izana dan Draken memutuskan untuk makan duluan karena Mikey belum keluar kamar samasekali. Noelle memilih untuk menyiapkan makanan Mikey di nampan dan membawanya ke kamar Mikey.

Perlahan ia membuka pintu kamar Mikey dan dia bingung kenapa lampunya dimatikan. Padahal Mikey sendiri takut kalau gelap. Bukan takut sih tapi jadi gelisah. Ia meraba saklar lampu dan menghidupkannya. Dan..

PRANG

AAAAAAAAAAHHHHHHH!!!!

Noelle menjatuhkan semua makanan dan berteriak histeris. Draken yang mendengar juga kaget bukan main. Ia segera menyusul ke kamar Mikey. Izana hanya terkekeh kecil dan sepertinya tidak kedengaran, ia juga berlari menuju kamar Mikey agar tidak dicurigai.

Tanpa bertanya, Draken langsung masuk dan betapa terkejutnya dia melihat keadaan Mikey sekarang. Wajahnya dilapisi dengan darah yang sudah mengering, darah itu menetes ke lantai. Darah yang dilantai juga sudah mengering.

Izana pura-pura terkejut. Noelle yang masih bergetar dan menangis mendekat dan membuka selimut Mikey. Dan ya, perutnya mual melihat luka Mikey yang terbuka. Tapi ia menahannya. Draken yang melihat Noelle tidak nyaman, mendekat dan berinisiatif menggendong Mikey. Noelle tersenyum sedikit ke arah Draken dan meraih ponsel di meja samping tempat tidur. Ia ingin melapor ke orangtua Mikey.

Sudah berapa kali dia menelepon tapi tidak dijawab. Mungkin sedang berada di pesawat. Noelle memilih untuk membawa Mikey ke rumah sakit, Izana melihat wajah Mikey yang sangat pucat dan darah yang belum berhenti menetes dari mulutnya. Entah kenapa dia merasa sedikit bersalah.

.

Mikey sedang dalam masa kritis. Ia kehabisan banyak darah dan ususnya infeksi. Noelle sangat setia pada tuannya itu. Ia memegang tangan Mikey seperti anaknya sendiri, dari tadi wajahnya masih dibanjiri oleh air mata. Draken duduk di sofa yang tidak terlalu jauh dari ranjang rumah sakit. Ia bingung, bingung sekali. Apa dia pembawa sial? Disaat dia datang, Mikey selalu terluka. Entah hal apa yang ada di dalam dirinya. Jadi, ia mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Izana agak berubah sedikit. Daritadi dia mondar-mandir di depan Draken. Entah apa tapi perasaan seperti.. mengancam. Izana merasa terancam tapi dia sendiri tidak tau apa itu.

Mereka bertiga berada didalam diam dan ketegangan sampai suara telepon milik Izana menghancurkannya.

"Kakucho.. sebentar ya, aku keluar dulu" izana permisi agar tidak membuat keributan dan hanya di balas dengan anggukan.

.

Dalam keheningan, akhirnya Draken angkat bicara.

"Bibi" panggil draken pelan.

"Ya? Ada apa?" -noelle

"Apa aku pembawa sial? Mikey selalu sakit sejak aku datang" draken bertanya dan sekalian menuangkan segala pikiran yang mengganggunya.

"Tidak kok.. entah kenapa hatiku mencurigai Izana" kata Noelle agak pelan. Percakapan mereka terhenti saat mendengar langkah kaki mendekat.

Izana memasuki ruangan dan duduk disamping Draken.

.

"Biarkan aku mengambil alih tubuhmu"

"Jangan, aku masih bisa menahannya"

Mental IllnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang