My Little Saint

835 58 3
                                    

.
.
.
.

Sudah tiga tahun orang tua Perth memberikan
kuasa padanya. Dia mengambil banyak tanggung jawab. Dia saat ini yang mengelola perusahaan ayahnya dan dia juga menjaga adik angkatnya. Pria berumur tujuh belas tahun yang sejak umurnya lima tahun di adopsi kedua orang tuanya.

Diantara semua tanggung jawab itu, menjaga adik angkatnya yang paling sulit. Pria itu makin dewasa, dia tumbuh menjadi pria cantik dan tampan yang polos dengan rambut hitam yang Indah.-tipe kesukaannya.

Perth memang penyuka laki-laki dan laki-laki itu hanya adiknya. Kedua orang tuanya juga tahu kalau Perth menyukai laki-laki dan tidak keberatan dengan masalah dengan itu, tapi yang masalah orang tuanya tidak tahu Perth menyukai adiknya sendiri.

Perth memang gila. Karena hampir setiap malam dia
membayangkan bersetubuh dengan adiknya itu.

Tiba-tiba pintu ruangannya terbuka. Perth terkejut
saat sosok pria manis memasuki ruangannya.

"Phiii!" Saint berlari dengan baju sekolahnya, memeluk tubuh kekar pria itu erat.

"Aku rindu! Kenapa phi tidak pulang seminggu
ini?" rengeknya dengan manja.

Beberapa kali Perth menahan ludah, berusaha
menghilangkan pikiran-pikiran kotornya saat merasakan pelukan hangat adiknya.

Perth berdehem, menjauhkan tubuh mereka.

"Baby, kamu kenapa ke kantorku?"

Saint mempout bibirnya lucu.

"Aku rindu phi." lirihnya.

Sial. Sial. Telinga Perth mendengar seolah pria itu minta dia sentuh. Dia memang gila.

"Bagaimana sekolahmu?" tanya Perth tersenyum.

Saint tersenyum manis. Lalu tampak berfikir.

"Menyenangkan. Sangat malah, tapi..."

"Tapi?"

Saint menatap Perth malu-malu.

"Hmm, ta-tadi, ada laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku. Dia bilang dia sudah menyukaiku dari lama. Dia tampan, phi, dia juga
sering mendapatkan peringkat di sekolah. Bagaimana ini, phi? Apakah aku harus menerimanya?" tanyanya dengan wajah bersemu.

Senyum Perth menghilang. Rahangnya mengeras.
Tidak. Tidak ada yang boleh memiliki adik manisnya. Pria ini masih miliknya saat ini. Tidak ada yang boleh merebut Saint darinya.

"Tidak. Tolak dia." suara Perth terdengar dingin,
membuat Saint langsung mendongak menatap phinya itu.

"Kamu masih belia untuk memikirkan masalah
percintaan."

"Ta-tapi phi-,'

'Aku bilang tidak boleh. Paham?"

Saint tidak dapat membantah lagi. Dia memberengut.

"Tapi aku ingin merasakan pacaran." gumannya.

Perth memegang bahu adiknya.

"Tidak. Tidak sekarang, mengerti?"

"Lalu, kapan?"

Kali ini tangan Perth meremas bahu Saint di
depannya.

"Mungkin, saat kamu sudah dewasa, mungkin phi akan memperbolehkan kamu pacaran."  ya, mungkin.

"Yasudah," kata Saint pelan. Perth tersenyum, mengacak rambut Saint.

"Sudah makan? Mau phi pesankan makanan?" Saint
menggeleng. Lalu wajahnya mengernyit.

OneShootWhere stories live. Discover now