02

13K 1.3K 84
                                    

"Aku pergi dulu"

"Iya" jawab Aris yang saat ini duduk di atas kasur sembari menimang anaknya, Daniel mengambil tasnya lalu berjalan keluar dari kamar.

Aris menatap wajah putrinya yang saat ini tertidur lelap.
"Jadi anak yang baik ya sayang" gumam Aris lalu mengecup singkat dahi anaknya.

Buliran bening perlahan keluar membasahi pipi Aris tapi dia langsung menghapusnya kemudian menarik nafasnya panjang agar sesak di dadanya cepat menghilang.

"Semua akan baik-baik saja" senyum terukir di bibir Aris.

Aris memutuskan membersihkan kamar mereka setelahnya dia pergi mandi lalu sarapan dari sisa makanan adik dan ibu mertuanya.

Setelah semua selesai, tepat pukul 8 pagi Aris berpamitan pada ibu mertuanya untuk pergi bekerja.

"Kamu bawa Tya kan ? Kamu tau mamah sudah tua.. mana mungkin sanggup ngurus anak kalian" kata ibu mertuanya.

Aris tersenyum paksa.
"Iya mah, Aris bawa Tya.. Aris pergi dulu" Aris menunduk singkat lalu pergi menaiki motornya ke tempat penitipan anak yang berada tidak jauh dari tempat Aris bekerja.

"Seperti biasa, ku jemput jam 1 ya mbak"

"Iya kak, hati-hati di jalan"

"Hm, dah sayang .. nanti papa jemput ya" Aris mengecup singkat pipi putrinya kemudian kembali menaiki motor ke tempat kerja.

Sesampainya di toko buku, Aris segera merapikan buku-buku lama dan baru.

Tak hanya itu, Aris juga menjadi kasir dan bertugas mengecek data karena hanya Aris yang bekerja disini.

Kehidupannya sangat melelahkan tapi Aris tetap kuat demi putrinya, saat Aris tengah merapikan buku dia tidak sengaja menjatuhkan beberapa buku dari rak paling atas dan hampir mengenai kepalanya sendiri tapi untung lah salah satu pelanggan menolong Aris dengan cara menghalau buku tadi dengan tangannya.

Aris mendongakkan kepalanya melihat orang ini.
"Kamu tidak apa-apa ?" Tanyanya pada Aris.

Aris terdiam saat melihat wajah pria ini, dia sangat rupawan dan baunya juga wangi.

Pria ini tersenyum kaku.
"Apa ada sesuatu di wajah ku ?" Tanyanya.

"Oh!" Aris langsung tersadar, dia mundur beberapa langkah lalu menunduk berkali-kali.

"Terima kasih banyak sudah menolong ku pak! Dan maaf kalau saya sudah bersikap tidak sopan !"

"Jangan khawatir.. sudah cukup menundukkan kepala mu, kalau kamu punya darah rendah nanti kamu bisa pusing" Orang ini menahan bahu Aris.

"Te-terima kasih"

"Hm,.. ah iya, aku belum memperkenalkan nama ku.. ini untuk mu" orang tadi menarik satu kartu nama dari dompetnya.

Aris menerima kartu nama orang ini, Aris bisa melihat nama orang ini Bram Priamadja.

".. terima kasih pak Bram sudah menolong ku" kata Aris.

"Sudah.. jangan terus berterima kasih, itu hanya gerakkan refleks.." Bram tersenyum kaku karena dia tidak enak terus menerus menerima ucapan terima kasih dari Aris.

".. dan lagi jangan memanggil aku 'pak', aku baru berusia 30 tahun"

"Ta-tapi.. aku baru 22 tahun jadi agak aneh kalau ku panggil nama saja"

Bram memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Bagaimana kalau kamu memanggil aku 'mas Bram' lalu aku memanggil mu 'dek Aris'.. itu sedikit formal kan ?"

"Ah.. apa tidak apa-apa ?" Tanya Aris.

Bram tersenyum manis.
"Tentu saja.. beberapa orang juga memanggil ku begitu"

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Where stories live. Discover now