14

10.4K 1.3K 70
                                    

Aris terkejut mendengar lamaran dadakan dari Bram, dia tidak menduga selama ini Bram menaruh perasaan lebih pada Aris padahal mereka hanya bertemu di toko buku.

Aris meremas selimutnya.
"Mas aku-"

Bram mengengam tangan Aris.
"Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang karena ku tau kamu akan menolak lamaran ku, terlebih hati mu masih terluka.. tapi kamu bisa menjawabnya nanti saat hati mu sudah meyakini memang bukan aku yang akan mengisi hidup mu berikutnya"

Aris bisa melihat senyuman tulus dari  Bram, dia mengangguk pelan.
"Terima kasih mas"

"Iya, sekarang.. apa yang akan kamu lakukan ? Katakan dek Aris.. mas akan bantu"

Aris menatap langit-langit ruangan tempat dia di rawat.
"Setelah keluar dari rumah sakit, aku berniat mengurus surat cerai sesuai yang suami dan mertua ku mau"

"Tenang saja, mas akan mengu-"

"Tidak apa-apa mas, aku bisa melakukannya sendiri" potong Aris.

"Kamu yakin ?" Tanya Bram.

"Iya, aku yakin mas.. mas menolong ku sekarang pun rasanya aku punya hutang budi yang teramat sangat besar"

Bram mengelengkan kepalanya.
"Kamu tidak punya hutang apapun, mas ikhlas menolong mu"

"Sekali lagi terima kasih" Aris tersenyum tipis.

"Iya dek, sekarang istirahat ya" Bram melepas genggaman tangannya lalu menarik selimut Aris.

Beberapa menit kemudian, makanan Aris datang. Bram dengan sabar menemani dan membantu Aris makan.

Seminggu kemudian, Aris sudah boleh pulang dan sialnya Bram lupa menganti mobilnya. Aris bertanya kenapa Bram bisa punya mobil sport mewah yang pada akhirnya membuat Bram harus jujur tentang kehidupannya dan syukurlah Aris masih mau memaklumi kenapa Bram merahasiakan hal ini dari Aris.

Selama Aris di rawat hingga kontrol, Bram setia menemani Aris. Bram bahkan diam-diam membeli apartemen untuk Aris dan Tya tinggal.

Aris awalnya menolak tapi Bram mengatakan kalau apartemen ini tidak terpakai karena dia tinggal bersama orang tuanya jadi dia meminta Aris untuk tinggal di tempat itu dari pada kosong.

Sebulan setelah kejadian itu.
Aris belum memberitahu orang tuanya terkait masalah ini bahkan berkas perceraiannya dengan Daniel pun sudah masuk pengadilan, rasa takut Aris membuat dia ragu untuk menemui orang tuanya.

Aris takut orang tuanya kecewa karena selama ini pernikahan Aris terlihat baik-baik saja.

.
.

Aris keluar dari kamar Tya setelah putrinya tidur nyenyak, dia melihat Bram masih duduk menonton TV di ruang tamu.

"Mas belum pulang ?" Tanya Aris yang ikut duduk di dekat Bram.

"Hm sebentar lagi, Tya sudah tidur ?" Tanya Bram.

"Iya mas, Hah.. jujur aku masih kesal melihat wajahnya saat aku datang meminta tanda tangan untuk berkas perceraian kami tapi aku lega berkasnya sudah masuk" senyum terukir di bibir Aris.

Perlahan tangan Bram terangkat menyentuh luka jahitan di dahi Aris yang sudah mengering.

Deg.
Aris menatap wajah Bram.

"Maaf.. lukanya membekas di wajah manis mu"

Aris terkekeh pelan, Aris menarik tangan Bram dari dahinya.
"Ini bukan salah mas Bram, jadi mas Bram tidak perlu meminta maaf"

Bram mengepalkan tangannya.
"Andai aku ada di tempat itu saat dia melukai mu, mungkin dia yang akan babak belur"

Aris tertawa.
"Itu alasannya mas tidak boleh ada disana saat itu.. Oh, mas Bram.. mari minum kopi sebelum pu-"

Deg!
Aris menyentuh dadanya.

"Kenapa ? Dada mu sakit ?" Tanya Bram.

Grep.
Aris meremas baju Bram.

"Hah.. hah... Mas Bram.."

Deg! Deg! Deg!
Mata Bram membulat saat melihat kedua pipi Aris memerah juga feromon Aris menusuk penciumannya.

Bram menutup hidungnya.
'Woah.. apa ini heat omega ?! Ba-baunya sangat manis!'

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Where stories live. Discover now