33

9.2K 1.1K 97
                                    

Perlahan Bram membuka matanya, dia baru sadar dari operasi besar yang membuat Bram harus kehilangan kedua ginjalnya dan hanya hidup dengan satu ginjal dari pendonornya yaitu Aris.

Bram belum mengetahui hal ini terutama kedua orang tua Bram, mereka bergembira saat melihat putra mereka pulih secara perlahan.

Setelah satu minggu, Bram sudah bisa duduk dan makan sendiri tapi dia belum bisa berjalan karena tubuhnya masih menyesuaikan organ asing yang masuk ke dalam tubuh Bram.

Saat Bram selesai makan, sekretaris Bram masuk ke dalam ruangan Bram.
"Pak, ada seseorang ingin bertemu dengan anda"

Bram mengangguk pelan.
"Suruh dia masuk"

Sekretaris Bram mengepalkan tangan kirinya, perlahan dia membuka pintu ruangan Bram.

Dia keluar dari ruangan tersebut.
Bram bingung kemana sekretarisnya pergi tapi beberapa detik kemudian, pertanyaan Bram terjawab.

Sekretaris Bram mendorong pelan kursi roda masuk ke dalam ruangan alpha ini.

Bram dan ibunya terkejut saat melihat Aris masuk membawa guci kecil.

"A-apa yang dek Aris lakukan disini ?!" Tanya Bram, dia sangat terkejut melihat Aris memakai pakaian rumah sakit yang sama dengan Bram kenakan saat ini.

Kursi roda Aris berhenti di dekat ranjang Bram, dia tersenyum kecil.
"Bagaimana keadaan mas ?" Tanya Aris.

"Cu-cukup baik.. dek !" Bram menyentuh tangan Aris.
"Kenapa kamu ada disini ?! Kamu sakit apa ?!"

Aris masih saja tersenyum tapi perlahan air matanya berjatuhan.
"Mas.. syukurlah, aku bisa melihat mu lagi.. ku pikir mas sengaja pergi karena tidak menyukai ku lagi"

Bram mengengam erat tangan Aris.
"Mas sudah berjanji tidak akan meniggalkan mu, selama ini mas sakit dek.. mas tidak mau membuat kamu khawatir kalau tau keadaan mas"

Aris menatap Bram.
"Kita pasangan mas, apapun yang terjadi.. jangan di pendam sendiri, aku akan membantu apapun masalah mas selama aku masih mampu"

"Dek.. " Bram akhirnya sadar kalau pendonor ginjal itu adalah Aris.
".. kamu tidak perlu melakukan ini, mas bisa mencari orang lain.. kamu tidak perlu melakukan ini semua dek" Bram mengengam erat tangan kanan Aris, matanya sudah berkaca-kaca.

"Aku hanya punya diri ku mas, aku bahkan tidak mampu membalas kebaikan mas Bram dan keluarga mas.. tolong jangan jadikan semua ini beban"

Bram menghela nafasnya berat.
"Apa itu anak kita ?" Tanya Bram dengan tatapan lirih saat melihat guci di tangan Aris.

Aris menaruh guci tadi di dekat Bram.
"Iya, aku meminta dia di kremasi .. maaf aku memutuskan sepihak tapi aku hanya ingin dia hadir di antara kita setiap hari, dia anak yang hebat sama seperti daddy-nya" Aris tersenyum kecil melihat wajah Bram.

Perlahan Bram mengambil guci tadi lalu memeluknya erat.
"Maafkan Daddy mu ini sayang, Daddy janji... Daddy akan menjaga ginjal pemberian papa mu dan kamu.. saat kamu sudah siap kembali lah pada kami kapan pun kamu mau" buliran bening keluar membasahi mata Bram.

Aris memaksa dirinya untuk berdiri lalu memeluk Bram erat.
"Dia belum punya nama, aku mau mas yang memberi bayi kecil kita nama... hm ?"

Bram memeluk Aris balik.
"Maafkan mas dek, maaf!"

Aris mengangguk pelan sembari mengusap-usap punggung Bram.

Ibu Bram tak kuasa menahan tangisnya, dia menangis sesenggukan di pojok ruangan sementara sekretaris Bram memilih keluar ruangan, dadanya terasa sangat sesak.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang