35

9.6K 1K 34
                                    

Setelah mengobrol dan makan malam bersama, orang tua Aris bertanya apakah keduanya mau menginap di rumah ?

"Iya ma, aku dan mas Bram tidur disini" jawab Aris.

"Bagus lah, kalau begitu.. pakai saja kamar Aris di lantai dua" kata mama Aris.

"Eh... Ma-maksud mama kami tidur satu kamar ?!" Kedua pipi Aris memerah.

"Kalian sudah lama mengenal, bahkan sudah punya anak yang tidak selamat karena kamu sudah mendonorkan ginjal mu untuk nak Bram, kalian juga berencana menikah dalam waktu dekat.. bagaimana bisa kami melarang kalian tidur berdua ?" Celetuk ayah Aris.

Blush!
Wajah Bram dan Aris memerah, keduanya lupa kalau sudah bercerita hal itu pada orang tua Aris.

Mama Aris terkekeh pelan.
"Itu benar, jadi pergi lah.. bawa nak Bram istirahat" dia mendorong Aris dan Bram untuk naik ke lantai dua.

"Ka-kami istirahat dulu, selamat malam" kata Bram.

"Selamat malam~" mama Aris melambaikan tangannya.

.
.

Aris membuka pintu kamar lamanya sebelum dia menikah dulu, saat pintu terbuka Aris bisa melihat kamarnya tertata rapi dan bersih berkat tangan terampil mamanya.

"Masuk lah mas Bram.. maaf kamarnya sedikit sempit"

"Tidak apa-apa, mas masuk ya" Bram melangkah masuk ke dalam kamar Aris.

Aris menaruh tas mereka di dekat meja belajar, mata Aris tidak sengaja melihat foto masa mudanya saat bersama Daniel.

Masa-masa indah sebelum Daniel akhirnya melukai fisik mau pun hati Aris.

Hug.

Deg!
Aris terkejut saat Bram memeluknya dari belakang.

"M-mas Bram.. aku hampir jantungan!" Aris berusaha menutup bingkai foto tadi tapi Bram sudah lebih dulu melihatnya.

Bram menyentuh tangan Aris.
"Jujur saja Mas merasa iri karena orang itu lebih dulu bertemu dengan mu.. mas ingin pergi ke masa itu lalu merebut kamu darinya"

Aris terkekeh pelan.
"Ku rasa mas tidak akan setega itu merusak hubungan percintaan orang lain.. mas bahkan pernah terlihat menyerah saat ku katakan aku sudah menikah waktu itu"

"Ah, kamu benar.. tapi tetap saja! Mas kesal !" Bram mengusap-usap wajahnya di bahu Aris.

"Hehe.. mas geli"

Chu.
Kecupan singkat Bram berikan di leher Aris.

"Dek, mas memang tidak sempurna tapi mas mau terus bersama mu.. menua bersama, kalau anak-anak kita pergi jauh.. mas hanya ingin bersama mu di penghujung senja"

Aris menyentuh lehernya.
"Tempat ini milik mu mas, mas mau memberi ku tanda ?"

Kedua mata Bram membuat.
"Kamu yakin ? Kita akan terikat satu sama lain...maksud ku, kita tidak bisa bebas karena aku bisa merasakan perasaan mu dan sebaliknya, kamu mau hidup dalam kekangan seperti itu ?"

Aris berbalik lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Bram.
"Dokter bilang aku sudah pulih, sudah dua bulan sejak operasi.. apa tenaga mas sudah cukup kuat ?" Goda Aris.

Seringai terlihat di bibir Bram, dia langsung menarik pinggang Aris agar lebih dekat dengannya.

Bram melihat tepat di mata Aris.
"Kamu menantang ku, hm ?"

Aris menarik leher Bram.
"Mas pikir ?" Tanya Aris balik.

"Ku pikir iya" jawab Bram.
Bram langsung melumat bibir omeganya ini lalu menuntun tubuh Aris ke atas kasur.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Where stories live. Discover now