29

8.9K 1.1K 43
                                    

Bram benar-benar menepati kata-katanya membuka cafe untuk Aris. Mereka merancang bahkan berdiskusi bersama, walau pun Bram sudah menyerahkan semuanya pada Aris tetap saja Aris ingin Bram ikut ambil alih dalam mengembangkan bisnis kecil Aris.

Bram pun berhasil memenjarakan Daniel atas tindakan penyerangan di apartemen Aris, dia di hukum 10 tahun penjara. Hal ini membuat Aris merasa lega karena Daniel tidak akan mengganggunya selama 10 tahun ke depan dan Aris berharap Daniel mendapat pelajaran atas perbuatannya.

Terakhir yang Aris dengar, Megan pergi ke luar negeri karena merasa malu setelah berita perselingkuhan dan menikahnya tersebar luas.

Semua itu sudah cukup bagi Aris, biar lah pencipta membalas semua perbuatan mereka.

.
.

Baru 2 minggu buka, cafe Aris mulai ramai. Banyak anak muda mampir karena memang harga makanan dan minuman yang terjangkau.

Aris pun bisa menikmati hasil pertamanya sebagai pemilik cafe.
"Tya, mari telpon paman dan tanyakan apa dia mau makan bersama kita ?"

"Iya! Tya mau makan dengan paman ! Makan ayam ~"

Aris mengusap pucuk kepala putrinya, lalu mengambil ponselnya untuk menelpon Bram.

Beberapa kali Aris menelpon tapi Bram tidak juga mengangkat telpon dari Aris.

Aris menatap layar ponselnya.
"Ini aneh, dia biasanya mengangkat telpon dari ku.. apa terjadi sesuatu ?" Gumam Aris.

"Kenapa papa ? Paman tidak datang ?"

Aris tersenyum kecil.
"Mungkin paman lagi sibuk, kita makan berdua saja ya.. papa buatkan ayam goreng ~"

"Yey!" Tya terlihat senang.

Aris mencoba berpikir positif tapi beberapa kali Aris mencoba menelpon selalu tak di angkat oleh Bram.

"Kemana dia ? Sesibuknya mas Bram.. dia selalu menghubungi ku balik"

Aris mulai khawatir, besoknya Aris mencoba mendatangi rumah Bram tapi karena Aris datang seorang diri security bertanya apa dia punya janji dengan salah satu orang di rumah ?

"Aku belum membuat janji, tapi aku ingin menemui mas Bram"

Security meminta maaf.
"Maaf, tapi rumah ini sangat tertutup.. kalau tidak membuat janji, saya tidak berani memperbolehkan anda masuk"

"Oh, begitu ya pak.. terima kasih"

"Iya, maaf ya"

"Hm, tidak apa-apa" Aris menunduk singkat, tentu security tidak memperbolehkan dia masuk karena Aris selalu datang bersama Bram dan lagi mungkin security tidak tau kalau Aris dan Bram menjalin hubungan.

Saat Aris berniat pulang, mobil melintas melewatinya.
"Mas Bram.. ah, itu dia !" Aris segera berlari kearah mobil tersebut tapi gerbang langsung tertutup.

"Pak, bisakah membuka gerbangnya ?! Katakan aku ada di depan !"

"Saya coba ya" security mencoba menelpon ke rumah Bram, tapi yang mengangkat ART di rumah tersebut.

"Tolong sampaikan pada pak Bram, seseorang menunggunya di depan gerbang"

"Baik, Oh.. pak.. ini ada-"

Tut.. Tut!

"Hm ?" Security ini bingung karena telponnya langsung terputus, dia mencoba menelpon lagi tapi tidak di angkat.

"Telponnya tidak di angkat" kata security.

Aris meremas baju di bagian dadanya lalu tersenyum tipis.
"Iya pak, tidak apa-apa.. terima kasih banyak.. aku permisi"

"Iya, hati-hati di jalan"

Aris menunduk singkat, dia melangkah menjauh dari rumah keluarga Bram yang memang berdiri megah.

Sesaat Aris berpaling menatap rumah itu.
"Mas, apa aku berbuat kesalahan ?" Gumam Aris dengan tatapan sedihnya.

Karena jarak rumah yang cukup jauh, Aris tidak menyadari kalau sejak tadi Bram melihatnya dari jendela kamar.

Bram menyentuh kaca kamarnya.
"Dek, maaf.. mas minta maaf" kata Bram dengan suara bergetar.

.
.

Bersambung ...

(Tamat) Second Choice (ABO 18+)Where stories live. Discover now