29. kebenaran yg terkubur

1.6K 139 42
                                    

Pusing ga di semangatin ayang

Lanjut..

Vote dulu deh..

Ehh sya jualan tissu, silahkan dibeli.

Ngefeel enggal nya bab ini, tergantung gimana kalian baca nya. Kalau kalian diskip- skip ga bakalan dapet feel nya.

(Baca bener bener, diresapi, bayangin dan dicermati)

Vando mendorong kursi roda nya jalan jalan ke perkomplekan rumah nya niat hati ingin merefresh otak agar lebih baik malah melihat pemandangan yg membuat nya iri.

Disana di depan indomaret ada sebuah keluarga yg nampak bahagia sekali. Membeli es cream dan memakan nya penuh  dengan tawa.

Vando melajukan kursi roda nya untuk menyebrangi jalan, namun sebelum itu ia di datangi oleh pria berjas rapi.

Vero!

Orang itu adalah Vero, ''mau apa lagi sih!," guma Vando.

''Hai, Vando'' sapa nya dengan wajah yg meremeh kan.

''Loh, kok pakai kursi roda sih? Kaki nya kenapa?'' Tanya nya sambil pura pura terlihat khawatir.

''Apaan sih!"

Vando menangapi nya dengan berdecak sebal.

''Heum, kamu itu sama saja ya! Ga pernah berubah.'' Ujar Vero sambil memegang pegangan kursi roda nya Vando.

''Ehh mau ngapain ini," pekik Vando panik. Kala Vero dengan sengaja nya mendorong kuat kursi rodanya dan di berhentikan secara mendadak.
Membuat Vando terjungkal kedepan dibuat nya.


''Akhhh..'' Ringisan Vando terdengar, Vero bersedekap dada.

''Wah nampak nya kamu sekarang menjadi beban banget ya? Sudah ga guna, ehh sekarang lumpuh lagi. Beban banget sih hidup kamu Van!" Ujar nya di akhiri dengan kekehan.

''Lebih baik kamu ga usah hidup ga sih, saya berdoa semoga kamu cepat cepat mati, biar beban di dunia berkurang.''

Vando hanya ingin pergi dari sini, ia sudah hancur dengan kenyataan yg ada. Ditambah dengan caci maki orang yg ad disekitar nya.

Berusaha mengapai kursi roda nya namun harapan nya pupus kala melihat Vero melempar kan kursi nya jauh dari nya. Yg membuat Vando harus mengesot untuk mengambil nya.

Jahat, dan tega itu kah pemikiran Vando akan sikap Vero.

''Hahaha, kesusahan kan kamu! Makan nya jadi bocil ga usah songong deh.'' Ujar Vero langsung melengang pergi dari tempat itu.

Vando mengusap air mata yg sedari tadi ia tahan, ia tak menyangka bahwa Vero akan seperti itu. Ia merutuki kaki nya yg kenapa harus lumpuh.

Vando melihat Vero yg berjalan kembali mendekat kearah nya dengan sebuah kotak makan berwarna oren digengaman nya.

''Masih belum bisa naik ke situ ya?" Ujar Vero sambil menunjuk kursi roda yg berada sedikit jauh dari mereka.

''Saya akan bantu kamu tapi ada syarat nya.''

Vando tak menghiraukan nya, ia tetap berusahaa untuk mengapai kursi roda. Orang orang disana hanya melihat nya sedih, tanpa minat membantu.

''Ah sudah lah saya capek. Disini sangat panas.'' Ujar Vero lalu mengkibas kibas kan tangan nya.

Arvando Bramasta (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang