PROLOG

48.6K 3.5K 46
                                    

PROLOG

Alana masih sibuk dengan pekerjaannya, yakni melayani nasabah yang sedang melakukan transaksi di counternya. Ya, Alana bekerja menjadi seorang teller di sebuah bank swasta sejak beberapa bulan yang lalu. Alana menyukai pekerjaannya, setidaknya, dia telah bekerja saat ini, dan berusaha hidup lebih mandiri dan untuk membantu ibunya agar sang ibu tak perlu bekerja lagi.

Ayahnya telah meninggal, enam tahun yang lalu, dan Alana tidak ingin mengingat bagaimana cara ayahnya meninggal saat itu.

Kini, Masa lalu bukan lagi menjadi hal yang ingin dipikirkan Alana. Meski dia tahu bahwa masa lalunya sangat suram, bahkan membuatnya merasa terauma hingga sekarang, namun Alana hanya ingin memikirkan masa depannya dengan ibunya saja.

"Transaksi sudah selesai, Bu. Terima kasih... Mohon dicek kembali..." ucap Alana dengan ramah pada perempuan paruh baya di hadapannya. Si perempuan tersenyum dan mengangguk sebelum kemudian mengecek buku tabungannya dan kembali tersenyum pada Alana.

"Terima kasih, Mbak... mari..." si perempuan paruh baya itu akhirnya meninggalkan counter Alana.

"Sama-sama, Ibu..." jawab Alana dengan ramah.

Alana akan memencet antrian selanjutnya, tapi di belakangnya, seorang teman tengah memanggil namanya, membuatnya menghentikan aksinya seketika.

"Al! Shhtttt... sini sebentar," suruhnya sembari sedikit melonggokkan kepala di pintu belakang Alana.

Alana menolehkan kepalanya ke belakang, menatap temannya itu. Dia adalah Sukma. Salah seorang teman baiknya di kantor.

"Ada apa? Nasabah lagi banyak ini," ucap Alana kemudian. Alana akan kesal jika Sukma hanya main-main dengannya pada saat seperti ini, misalkan, temannya itu meminta dirinya mengomentari postingan giveaway yang sering diikuti oleh temannya itu.

"Penting! Nasabah Prio," ucap Sukma kemudian.

Alana menghela napas panjang. Dia akhirnya bangkit dan mendekat ke arah Sukma. "Kenapa memangnya?"

"Haduh, perutku sakit nih! Tolong ya! Kamu gantiin aku... please..."

"Terus itu counter aku gimana?"

"Kamu tutup sebentar. Ini Nasabah Prio loh... masa iya dia yang nunggu," Sukma menggerutu sembari terlihat menahan rasa sakitnya.

"Ya udah, mana sini. Memangnya dia mau apa?" tanya Alana kemudian.

"Udah! Pokoknya temuin saja dia... oke... transaksinya sudah selesai sih tadi, cuma dia lagi belum mau pergi, jadi aku suruh kamu buat nemenin dia."

"Ya sudah kalau gitu," Alana menghela napas panjang. Dia kembali ke mejanya, memberi tanda bahwa dirinya belum bisa melanjutkan nomor antrian. Lalu, Alana kembali pada Sukma. Sukma sendiri segera menuju ke toilet, hingga Alana akhirnya menuju ke sebuah lounge tempat si nasabah prioritas menunggu.

"Mohon maaf, Pak... kali ini saya yang akan menemani Bapak untuk..." Alana tidak mampu melanjutkan kalimatnya ketika dia melihat si nasabah bangkit dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Alana.

Alana ternganga, dia bahkan dengan spontan mundur seketika, wajahnya pucat pasi, tubunya gemetar, dan keringat dingin mulai keluar. Pria itu... adalah pria terakhir yang ingin ditemui oleh Alana di muka bumi ini. Pria itu adalah masalalu kelam Alana yang ingin Alana lupakan. Pria itu... adalah pria yang meninggalkan luka yang sampai kapanpun akan berbekas di dalam jiwa dan raga Alana. Pria itu, Sean Alexander Wiratmaja, mantan kekasihnya yang berengsek dan tak bertanggung jawab.

Bagaimana mungkin mereka bisa bertemu lagi sekarang?

-TBC-

-TBC-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mr. POSSESSIVE & ME (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang