Bab 10 - Bulan Madu

21.5K 2.1K 75
                                    

BACA SETELAH BUKA PUASA!!! hahhahahahahha 

Bab 10 - Bulan Madu


Saat ini, Alana sudah berada di dalam pesawat jet pribadi milik Sean. Dia duduk berhadapan dengan Sean. Pria itu seolah-olah tak berhenti menatapnya. Membuat Alana tak nyaman dan salah tingkah dibuatnya.

"Bisakah kamu berhenti menatapku seperti itu?" tanya Alana dengan nada kesal.

"Kenapa? Aku hanya ingin menatap pengantinku. Salah?" tanya Sean kemudian.

Baiklah. Alana menjadi semakin salah tingkah dibuatnya setelah mendengar Sean menyebutnya sebagai 'pengantinku'. Sial! Hanya dengan kata itu saja kamu salah tingkah, Alana? benar-benar tak punya harga diri!

Alana tak menanggapi pertanyaan Sean. Dia memilih memalingkan wajahnya ke arah jendela di sebelahnya. Pada saat itu, seorang pramugari datang, menyuguhkan makanan di hadapan Alana.

Alana mengalihkan pandangannya ke arah makanan yang disuguhkan si pramugari. Ada kue red velvet kesukaannya, minumannya ada jus alpukat dan juga susu coklat panas. Terdapat juga buah strawberry segar dan juga buah kiwi yang sudah di potong-potong.

Alana menatap ke arah Sean seketika. Pria itu tersenyum sembari mengangkat gelas wine-nya. Alana tahu bahwa semua ini Sean yang mempersiapkannya. Pria itu masih mengingat makanan dan minuman apa saja yang dia sukai, dan Alana tidak percaya bahwa Sean masih mengingat semua itu.

"Masih suka makanan itu, 'kan?" tanya Sean setelah si pramuragi pergi.

Alana tak menjawab. Dia hanya mengamati makanan tersebut. Jantungnya berdebar seketika.

Dulu sekali, hubungannya dengan Sean memang sangat dekat. Mereka saling mencinta, saling menyayangi, bahkan seolah-olah tak terpisahkan. Sean mengetahui apa saja yang disukai Alana, dibenci Alana dan ditakuti Alana. Alanapun demikian, dia mengenal Sean seperti Sean mengenalnya. Lalu semuanya berubah karena tragedi lima tahun yang lalu. Alana mencoba melupakan Sean sekuat tenaga, dan dia benar-benar bisa melakukannya.

Kini, Alana dihadapkan bahwa dia harus hidup bersama lagi dengan pria ini. Alana merasa asing, Alana merasa bahwa dia harus memulai lagi dari awal, mengenal Sean lagi dari awal, sedangkan pria ini memperlakukannya sama seperti dulu.

Dengan spontan, Alana meraih sendok kuenya, lalu mulai memotongnya sedikit dan menikmati rasanya. Sasana hati Alana yang tadinya sendu, kesal, marah, kini berubah seketika.

Mungkin, Sean memang kejam, tapi satu hal yang tak bisa diabaikan Alana, bahwa pria ini peduli dengannya, dan entah kenapa fakta itu membuat Alana kembali merasa bimbang. Haruskah dia memberi Sean kesempatan sekali lagi untuk mendapatkan hatinya?

*****

Akhinya, Sean dan Alana sampai juga di sebuah cottage yang sudah disewa oleh Sean. Letaknya di atas laut. Pemandangannya sangat indah, dan suasananya sangat romantis.

Alana mengamati sepanjang penjuru kamar tersebut. Ada sebuah ucapan selamat datang yang bertuliskan untuk Mr. & Mrs. Wiratmaja. Alana menelan ludahnya dengan susah payah setelah kembali disadarkan bahwa dia kini sudah menjadi Nyonya Wiratmaja, istri Sean. Astaga...

Mata Alana lalu menangkap ke arah ranjang. Di sana juga sudah ada handuk yang dibentuk dengan indah, lengkap dengan kelopak mawar merah. Kaki Alana menuju ke arah samping ranjangnya, dimana di sana terdapat pintu kaca besar yang ketika dibuka, dia akan bisa keluar, lalu dihadapkan dengan hamparan laut Maladewa yang tampak sangat indah.

Alana keluar, menghirup aroma laut, memejamkan matanya, dan menikmati betapa tenang hidupnya saat ini. Andai saja tak ada tragedi yang pernah terjadi diantara dirinya dan Sean, andai saja masalalu kelam mereka tidak pernah terjadi, mungkin kini Alana menjadi perempuan yang paling bahagia karena telah menikah dengan Sean, pria yang begitu dia cintai.

Tiba-tiba, Alana merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang oleh seseorang. Alana memekik seketika. Dia membuka matanyaa dan baru menyadari bahwa Sean yang telah memeluk tubuhnya dari belakang. Sean bahkan sudah mendaratkan bibirnya pada tengkuk Alana, membuat Alana merasa tak nyaman.

"Senang dengan tempat ini?" tanya Sean dengan suara seraknya.

Ya, Alana senang. Dulu, saat mereka masih berpacaran, Alana memang beberapa kali sempat mengatakan bahwa dia ingin berlibur ke pantai seperti Maldives. Dan kini, Sean menurutinya sebagai tempat bulan madu mereka.

Meski begitu, Alana tidak menjawab. Tubuhnya masih beku apalagi ketika dia merasakan jemari Sean mulai merayapi perutnya.

"Temani aku berendam," bisik Sean dengan suara seraknya.

"Uuum, aku..." Alana tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi, dia tidak ingin melakukan hal ini dengan Sean. Alana masih ingat dengan jelas bagaimana sikap kejam Sean di masalalu maupun kemarin. Namun di sisi lain, Alana tahu bahwa dia tidak bisa lari lagi dari Sean. Sean telah menjadi suaminya, dn pria ini sedang menuntut haknya.

Bibir Sean mendarat pada leher Alana, menghisapnya, meninggalkan jejak basah di sana. Sedangkan jemarinya sudah melepaskan kancing blouse yang sedang dikenakan Alana. Alana bahkan tak sadar jika Sean sudah melakukan hal itu. Dia hanya fokus dengan bibr Sean yang terasa menggelitik lehernya, membuat Alana memejamkan matanya bahkan menggigit bibir bawahnya.

Alana baru sadar bahwa tubuh bagian depannya terbuka ketika dia merasakan angin laut menerpa tubuhnya. Mata Alana membuka seketika, dan rupanya, Sean sudah melepaskan semua kancing blouse yang sedang dia kenakan.

"Sean..." Alana mencoba melepaskan diri, menutup tubuh bagian depannya. Tapi dengan posesif, Sean tidak membiarkannya. Sean tidak melepaskan Alana dan terus saja melakukan apa yang dia suka.

Pada akhrinya, Alana tak bisa melawan Sean. Dia mengikuti saja apa yang dilakukan Sean terhadap tubuhnya. Alana tahu bahwa dia tidak bisa menolak Sean sekarang.

Sedikit demi sedikit, Sean membawa tubuh Alana menuju ke arah jacuzzi yang rupanya berada di teras belakang kamar mereka. Jacuzzi itu menatap ke arah laut lepas, meski begitu privasinya terjaga dengan baik. Tak akan ada orang yang bisa melihat apa yang sedang mereka lakukan di sana.

Jacuzzi rupanya sudah disiapkan sedemikian rupa, bahkan di dalamnya sudah disiapkan air dengan taburan kelopak mawar merah. Sean menghentikan aksinya saat berada di dekat jacuzzi tersebut. Dia lalu melepaskan pakaiannya satu persatu seolah-olah hal itu sama sekali tak mengganggunya.

Sean akhirnya sudah berdiri polos tanpa busana. Alana yang melihatnya sempat mengalihkan pandangannnya ke arah lain. Asataga... Sean tampak begit bergairah, dan Alana benar-benar tidak bisa melihatnya.

Alana merasakan Sean meraih telapak tangannya, membuat Alana menatap ke arah Sean seketika. Pria itu tak berekspresi, tampak tenang dan menatapnya dengan tatapan mata tajamnya. Lalu, Sean membawa telapak tangan Alana menyentuh bukti gairahnya yang sudah menegang.

"Sentuh aku," ucap Sean yang sarat akan sebuah perintah. "Di masalalu, kamu bisa menolaknya. Tapi kini, hal seperti ini sudah menjadi kewajibanmu," ucap Sean dengan sungguh-sungguh. "Sentuh aku, buat aku puas, buat aku senang, Alana..." ucap Sean lain dengan nada penuh penekanan.

Perintah Sean tersebut sudah seperti mantra, membuat Alana dengan spontan mematuhi apa yang telah diperintahkan oleh Sean. Alana mulai menyentuh bukti gairah Sean, menggodanya, membuat Sean meloloskan erangannya karena ulah Alana tersebut.

Sean bahkan sudah menangkup kedua pipi Alana, kemudian meraih bibir Alana, mencumbunya dengan panas dan penuh dengan gairah. Rasanya, Alana masih semanis dulu, perempuan ini terasa sangat nikmat seperti dulu, membuat Sean menyadari satu fakta, bahwa selama lima tahun terakhir, dirinya belum bisa mencari perempuan yang cocok untuk menggantikan posisi Alana di hatinya...

-TBC-

WAkakakakakak maaf yaa... puasa2 Update ginian hahhahahhaha Kabooorrrrr

Mr. POSSESSIVE & ME (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang