BAB 12

55 39 6
                                    

Entah benar atau tidak. Aku melakukan apa yang aku pikirkan. Pelangiku adalah milikku. Salahkah, jika aku ingin menjadikannya semangatku?
~Hans~

Sore ini, suasana kota Tokyo tidak jauh dari kata ramai. Dari sebuah stadiun yang awalnya sepi hanya beberapa pekerja dalam sekejap menjelma menjadi lautan manusia dari berbagai penjuru dunia. Bukan hanya dalam stadiun, melainkan di sekitarnya juga tak kalah dari tempat utama. Tenaga, waktu, dan uang mereka korbankan hanya untuk melihat tujuh pria tampan bagaikan pangeran yang akan menghiasi Stadiun Tokyo, Jepang.

Beberapa orang mondar-mandir karena berebut tiket dan tempat untuk melihat mereka bertujuh. Penjaga yang ada di situ, tampak kewalahan dan hampir menyerah. Tidak hanya satu, dua, atau tiga orang yang berjaga di sana. Tetapi jumlah keamanan di sana mencapai lima ratus keamanan. Hal itu membuktikan seberapa besar dan pengaruh mereka untuk manusia di bumi.

"Hyung, aku berasa seperti raja atau pangeran. Keamanannya sangat banyak. Bahkan, untuk bergerak saja sangat sulit."

Pria dengan rambut berwarna abu-abu hanya diam mendengar celotehan dari adiknya. Jeno melihat ke sekitarnya dan ada beberapa fansnya yang hendak menghampiri mereka bertujuh tetapi tidak bisa karena keamanan yang sangat ketat. Rasa iba menghampiri hatinya. Begitu besarnya pengaruh dia dan para hyungnya dalam hal itu.

"Sudahlah, Jeno. Aku tahu jika kau ingin menyapanya. Tetapi, kau bisa lihat sendiri keadaan kita saat ini," sahut Hans.

"Tetapi, apa yang Jeno katakan itu benar. Aku kasihan dengan mereka. Tidak bisakah kita hanya sekedar menerima hadiahnya? Kita tidak tahu berapa banyak pengorbanan yang mereka lakukan."

James yang pada dasarnya adalah pria lembut tidak tega melihat fansnya yang kesulitan untuk sekedar menyapanya. Perlahan, dia mendekat ke samping agar bisa dekat dengan gadis kecil lucu yang tengah berusaha memberikan sesuatu untuk dirinya. James berada di dekatnya dan meraih hadiahnya.

"Terima kasih, manis. Aku akan menyimpannya nanti," ucap James.

Anak berusia 5 tahun yang barusan dia ambil hadiahnya tampak senang. Dia berjingkrak dan memeluk ibunya dengan erat. James tersenyum melihatnya. Dia memberikan finger heart untuk anak dan ibunya yang tadi. Sang ibu hanya mengangguk dan berterima kasih pada James.

Memang soft boy adalah julukan yang pantas untuk seorang bernama James Liu. Tingkahnya bak malaikat samaran karena kelembutannya. Clarissa sedari tadi melihat gerak-gerik James karena posisinya yang ada di belakang James. Jika dia akui, sejujurnya dari semua member salah satu di antaranya yang paling membuat dia merasa dilindungi adalah James. Entah kenapa, dia merasa sangat nyaman jika dengannya.

"Iya, benar apa kata orang. Dia seperti malaikat." Clarissa menutup mulutnya dan tersenyum. "Aku bisa gila," lanjutnya.

"Apa kau mengatakan sesuatu?"

Setiap apa yang Clarissa lakukan tidak pernah lepas dari pandangan Hans. Pria yang saat ini menggunakan jaket hitam dengan topi bulu berwarna abu-abu akhirnya mengatakan apa yang dari tadi ia tahan kepada Clarissa. Baginya Clarissa adalah pelanginya. Adanya Clarissa membuat warna dalam hidupnya yang melangkah sebagai idola untuk semua orang.

Mata mereka bertemu satu sama lain. Rasa hangat bisa Hans rasakan dari dalam hatinya. Mata ini yang akan dia rindukan. Bahkan jika untuk berpaling ke manapun ia tidak akan bisa. Hatinya sudah perlahan masuk dalam labirin cinta yang Clarissa buat. Walaupun dia tahu, jika itu adalah untuk orang lain. Tetapi, tidak salah bukan, jika dia mengharapkan itu adalah dia sendiri?

I Need U [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now