1

108 17 0
                                    


Vote dan komen ya..😊

Selamat membaca...

Aditi menghalau air mata yang kembali ingin keluar, ia mendongak ke atas untuk membatalkan air matanya yang siap meluncur.

Pagi sekali sebelum ibunya, Aulia terbangun. Aditi sudah bergegas ke pemakaman yang tidak jauh dari pemukiman kumuh tempat ia tinggal.

Di hadapannya ada tiga gundukan tanah, dua di antara gundukan itu lah yang membuat Aditi selalu menangis setiap ia berkunjung. 

Sudah lima tahun berlalu, namun rasa sakitnya masih sama.

Dari banyak rasa sakit yang ia terima, kehilangan dua putra kembarnya adalah kejadian yang paling menyedihkan untuknya.

Meski bayi-bayi itu ada karena pemerkosaan, Aditi menerima dengan lapang dada anugerah yang di beri tuhan dengan cara yang tak biasa. 

Bayi-bayinya itu meninggal sebelum di lahirkan ke dunia, seolah mereka tak sudi punya ibu hina seperti Aditi.

Meski sekuat hati menahannya, air mata itu tetap mengalir. Pemikiran negatif itu membuatnya tak sanggup membendung air matanya.

Orang-orang memandang hina padanya, jika dulu sebelum kejadian pemerkosaan itu. Orang menatap kasihan padanya karena setiap hari mendapat perlakuan buruk dari Aulia. 

Tatapan itu berubah menjadi celaan bagi Aditi saat kabar kehamilannya terendus tetangga.

Belum lagi Aditi yang harus menerima siksaan dari Aulia yang menuduh Aditi menggoda kekasihnya.

Padahal Aditi sudah bersumpah tidak merayu kekasih ibunya saat itu.

Tapi Aulia tidak percaya dan tetap menuduh putrinya sendiri sebagai orang ke tiga dalam hubungannya.

Mulai saat itu, Aulia lebih kejam pada putrinya. Jika biasanya Aulia akan memukul Aditi dalam keadaan mabuk. Tapi saat itu dalam keadaan sadar pun Aulia tetap bertindak kasar pada putrinya. Bahkan dua kali lebih kejam pada saat sadar.

Aditi bertahan semampunya, ia juga selalu mencoba menyembunyikan perutnya yang mulai membesar kala itu.

Tapi Aulia yang munuduh kehamilan Aditi hasil dari perselingkuhan dengan kekasihnya selalu menargetkan perut Aditi.

Hingga saat kandungan Aditi memasuki usia delapan bulan, Aditi tidak bisa melindungi anaknya.

Aulia dengan kejam mendorong putrinya hingga tersungkur ke lantai bersemen kasar dengan perut di bawah.

Untungnya masih ada beberapa tetangga yang berhati baik dan mau menolongnya, Aditi di bawa ke salah satu bidan di lingkungan tempat tinggal mereka. Meninggalkan Aulia yang memberontak ingin di lepaskan.

Na'as, Bayi Aditi yang ternyata kembar tidak bisa di selamatkan. Hari itu dunia Aditi benar-benar runtuh, ia tidak punya hasrat  untuk tetap hidup. Jiwanya telah mati, meninggalkan raga yang kurus tak terurus.

Bayi kembar yang berjenis kelamin laki-laki itu meninggalkannya tanpa sempat bertemu.

Ia hanya mengetahui informasi itu dari warga, karena saat itu Aditi tak sadarkan diri hingga dua hari.

Setelah semua itu, Aditi tetap harus bekerja agar dapat membayar biaya persalinan.

Terlebih ibunya yang selalu meminta uang untuk membeli minuman, di saat semua tetangga yang kembali menatapnya iba. Aulia satu-satunya orang yang bahagia saat mengetahui anak dalam kandungan Aditi meninggal.

Pada hal Aditi sudah berulang kali mengatakan kalau anaknya bukanlah hasil dari perselingkuhan, melainkan pemerkosaan yang pelakunya bukan kekasih ibunya.

Luka AditiWhere stories live. Discover now