3

87 10 0
                                    

Aditi terbangun saat merasakan pukulan yang cukup kuat di lengannya.

"bangun anak sialan, berani-beraninya kau berhenti bekerja tanpa sepengetahuan ku" Aulia kembali memukuli Aditi.

"sa..kit"Aditi meringis.

"sakit kau bilang, sini ku berikan yang lebih sakit"Aulia menjambak rambut Aditi dengan kedua tangannya.

"hentikan bu, i..ini sakit"rintih Aditi.

"aku bukan ibu, aku tak sudi di panggil ibu oleh mu"Aulia semakin membabi buta menghajar Aditi.

"ku bilang berhenti"teriak Aditi mendorong Aulia kuat. Hingga Aulia tersungkur dan kepalanya membentur lemari kayu yang sudah tua.

Perkataan ibu nya sungguh sangat menyakitinya, Aulia perlu tau kalau Aditi pun tak sudi punya ibu gila seperti Aulia.

"kau..! Beraninya kau mendoron..-"

"APA..? Apa yang akan kau lakukan.? Aku pun sama tak sudinya. Kau pikir aku ingin punya orang tua seperti mu. Kau wanita bodoh yang mau saja di manfaatkan pria, kau wanita bodoh yang di perdaya cinta. Itu kebodohan mu yang membuat kau di usir oleh keluarga mu, tapi kau melampiaskan semuanya pada ku. Kau tidak tau malu dan menyedihkan. Harusnya kau berterima kasih pada ku karena masih menampung dan menghidupi wanita tak berguna seperti mu"Aditi menekan setiap perkataanya, sorot matanya penuh kebencian.

"diam kau.! Kau harusnya tidak ku lahirkan"Aulia menjerit kuat.

"kau yang diam wanita menyedihkan.!"balas Aditi tak kalah histeris."aku pun tak ingin di lahirkan oleh wanita bodoh dan gila seperti mu"lanjut Aditi melangkah mendekati Aulia.

Hingga membuat Aulia mundur ketakutan semakin merapatkan tubuhnya pada lemari.

"cukup, mari kita lihat sampai kapan kau bertahan hidup tanpa ku"Aditi melangka dan berjongkok di depan Aulia.

"selamat menunggu kematian mu, nikmati hari-hari mu sebelum hari kematian mu tiba"Aditi mengapit dagu Aulia kuat, di bibirnya tersungging senyum sinis. Lalu ia tertawa keras, ternyata menjadi jahat sangat menyenangkan. Ia menyesal tak melakukannya dari dulu.

Aditi masih tertawa, ia semakin mengeratkan cengkramannya pada dagu Aulia dan mengoyang-goyangkannya.

Tepat di hadapan wajahnya, Aulia meringis kesakitan. Rasa takut menjalar keseluruh tubuhnya.

"kau tau jelas, bahwa di sini aku lah yang paling sial karena punya orang tua seperti mu. Jadi berhenti berlagak seperti korban"Aditi menghempas dagu ibunya kuat, sehingga kepala Aulia kembali terbentur ke lemari.

Aditi berdiri sambil menepuk-menepuk ke dua tangannya, menghapus jejak Aulia di tangannya.

Kemudia ia bergegas mengambil sebuah ransel berukuran sedang, lalu ia memasukan beberapa baju. Ia juga mengambil uang simpananya di atas lemari.

Aulia memperhatikan semua pergerakan Aditi dalam diam, ia seperti tak punya keberanian untuk melawan Aditi.

Setelah di rasa semua siap, Aditi kembali menatap Aulia. Perasaan nya tak bisa ia jabarkan sendiri.

Ia menggelengkan kepalanya guna mengusir keraguan, lalu dengan mantap ia melangkahkan kaki keluar rumah. Tanpa menoleh kebelakang, mengabaikan terikan Aulia yang memakinya.

"Berhenti anak sialan! Kau pikir akan ada yang menampung mu! Kau itu anak pembawa sial! Tidak ada yang akan menampung wanita rusak seperti mu"Maki Aulia terdengar oleh beberapa tetangga, Aditi menutup matanya menahan air mata.

Ini buka kali pertamanya Aulia mempermalukannya seperti ini, tapi rasanya tetap sama seperti saat pertama kali.

Ia malu luar biasa, berbagai tatapan penghinaan, tuduhan, kasihan dan cibiran Aditi dapatkan.

Luka AditiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz