5

83 9 0
                                    


Aditi bangun sedikit lebih lama dari biasanya, ia mendapati keheningan begitu ia membuka mata. Tapi tak masalah, Aditi menyukainya.

Karena biasanya, paginya selalu di mulai dengan makian yang di lontarkan Aulia.

Untuk beberapa hari ke depan Aditi berencana tidak melakukan apa pun, ia ingin benar-benar mengistirahatkan tubuhnya.

Terlebih lutut dan sikunya masih sangat terasa sakit karena kecelakaan kemarin.

Aditi meraih selembar handuk dan juga pakaian yang akan ia gunakan setelah mandi.

Setelah semuanya siap, Aditi berjalan pelan menujuh kamar mandi.

Setengah jam kemudian Aditi telah selesai mandi.

'tok tok tok'

Aditi segera menghela nafas begitu mendengar ketukan pintu. Itu pasti Gilang, hari ini terhitung seminggu sudah pria itu terus mengganggu nya.

Pria itu berdalih dengan tanggung jawab karena telah menabraknya, padahal ia sudah baik-baik saja.

Dengan perasaan kesal, Aditi membuka pintu rumah lalu segera berbalik tanpa menyuruh pria itu masuk.

Karena tanpa di suruh pun Gilang sudah melenggang masuk lengkap dengan cengiran khasnya.

"kali ini aku membawa bubur"seru Gilang semangat sambil mengangkat plastik berwarna putih.

"ini satu untuk mu dan satu untuk ku, makan lah dulu. Aku akan mengambilkan minum untuk kita berdua"Gilang segera berdiri menuju dapur, mengambil dua gelas ukuran sedang lalu mengisinya dengan air putih.

Lalu setelahnya mereka makan dalam diam.

"ku rasa kita perlu memasang Ac di sini"

"jangan melakukan apa pun,
atau aku tidak akan pernah mengizinkan mu menginjakan kaki di rumah ini lagi"jawab Aditi tenang tanpa ekspresi apa pun.

Begitu tegang seperti permukaan air, namun tidak ada yang tau bagaimana ngerinya arus di dalam air tersubut.

"kau benar-benar sulit di mengerti"

"aku tidak meminta mu untuk mengerti"

"baiklah, aku mengalah. Aku yang salah"ucap Gilang pada akhirnya.

"bagus lah jika kau sudah sadar. Setelah hari tidak usah datang lagi. Kaki ku sudah pulih. Kau tidak perlu melakukan apa pun lagi sebagai pertanggung jawaban"bersama dengan kalimat panjang yang di utarakan Aditi, mereka selesai sarapan.

"apa kau memang se'kaku ini, kenapa kau tidak mengerti kalau aku sedang mencoba berteman dengan mu"kali ini wajah Gilang tidak lagi menampilkan wajah jenaka seperti biasa.

Wajah serius pria itu menatap lurus pada mata Aditi yang tak pernah menampilkan emosi apa pun.

"aku mengerti, aku hanya tidak ingin memulai pertemanan dengan siapa pun"

Gilang menggelengkan kepala tak habis pikir dengan perkataan Aditi.

Wanita di hadapannya ini begitu tertutup dalam hal apa pun, berbanding terbalik dengan karakter Gilang begitu ekspresif dan ceria.

Sepertinya Gilang keliru karena sempat menduga mereka berdua memiliki hubungan darah karena kemiripan wajah mereka. Tapi ternyata hanya dugaan tak berarti Gilang.

Karena sifat mereka benar-benar berbeda.

Oleh karena itu lah Gilang tak mengambil hasil tes DNA yang ia lakukan, meski Dokter sudah mengabarinya tentang tes DNA yang sudah selesai di lakukan dan tinggal mengambil hasilnya saja.

Luka AditiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang