7

114 9 2
                                    

Gilang terus menatap Aditi yang terbaring di ranjang rumah sakit, matanya tak pernah bergeser dari wajah Aditi yang tertidur dengan damai.

Dokter bilang, tidak ada yang mengkhawatirkan, Aditi hanya kekurangan Darah.

Adiknya akan baik-baik saja setelah di lakukan pendonoran darah.

"aku minta maaf, aku gagal menjadi abang untuk mu"ucap Gilang terdengar parau, ia sudah berusaha untuk tak menangis lagi tapi air matanya selalu turun tanpa di ia sadari.

"aku minta maaf, dek. Aku akan terus mengatakan itu sampai aku mendapatkan maaf mu"pria itu semakin terisak.

Rasa bersalah semakin menebal di hatinya saat dokter wanita yang menangani adiknya itu mengatakan terdapat banyak bekas luka di sekujur tubuh Aditi.

Sungguh Gilang sangat kalut saat mendapati Aditi yang tergeletak tak sadarkan diri dengan darah yang keluar dari pergelangan tangannya.

Bahkan hingga saat ini ia terus memaki dirinya tak menepati janjinya sendiri untuk lebih sering mengunjungi adiknya.

Sungguh ia sangat penasaran dari mana bekas luka itu berasal dan bagaimana Aditi menjalani hidup selama ini.

"permisi pak Gilang"seorang perawat dan seorang Dokter wanita yang berbeda masuk ke dalam runganan Aditi.

"begini pak, ibu Santi ingin memeriksa ibu Aditi lebih lanjut lagi"

"tapi tadi bukannya sudah"jawab Gilang dengan ekspresi bingung.

"saya sengaja datang ke sini, karena dokter sebelum saya mengatakan ibu Aditi memiliki gejala hamil. Oleh karena itulah saya di sini"

Gilang jelas saja terkejut mendengarkan penuturan dokter wanita di hadapannya.

Dengan terbata Gilang mempersalahkan sang Dokter dan ia bergerak mundur beberapa langka ke belakang.

"ibu Aditi hamil empat minggu pak, saya harap bapak lebih menjaga kesehatan adik bapak, wanita hamil tidak boleh stres. Dan ibu Aditi juga harus menjaga pola makannya"

Gilang tidak dapat menangkap lebih panjang lagi perkataan Dokter Santi.

Ia seperti di hantam bertubi-tubi sejak kemarin. Dan kali ini seperti klimaks dari segala kejadian yang terjadi.

"sayang, katakan siapa pria berengsek itu. Abang akan membunuhnya untuk mu, apa dia yang memberi luka di sekujur tubuh mu. Beritahu abang, agar abang mu ini bisa mengurangi rasa bersalah dengan membunuhnya untuk mu"Gilang mengecup tangan Aditi terus menerus.

Ia tak tau harus bersikap seperti apa saat Aditi membuka matanya nanti.

💜

Aditi mengusap perutnya yang semakin membesar setiap hari, meski terasa nyeri. Ia tetap tersenyum hangat saat merasakan pergerakan yang di lakukan bayinya dari dalam perut. 
 

Dua bulan lagi ia akan segera bertemu dengan bayinya yang lucu-lucu.

Memikirkan itu, perasaan tak sabar segera memenuhi rongga dadanya.

"aku akan menjaga kalian hingga waktu itu tiba"ucap Aditi masih tetap mengelus perutnya.

"kali ini tidak ada lagi yang menghalangi kita bertemu sayang ku"senyum di wajah Aditi kian melebar.

Ia terkekeh kecil saat merasakan tendangan dari dalam perutnya.

"wah..ternyata kalian sama tak sabarnya dengan bunda"Aditi mengusap bekas tendangan yang di lakukan anak-anaknya.

Luka AditiWhere stories live. Discover now