02.

65 9 18
                                    

Note ; Gambar di atas adalah penampakan penginapan punya Gintara ^^.



Selama beberapa hari, Gintara sama sekali tidak berangkat dari nyamannya tempat tidur yg matrasnya baru saja ia ganti.

Gintara merasa apa yg terjadi empat hari lalu di rumah keluarga Owen cukup membuatnya merasa lelah, secara batin. Gintara selalu merasa seperti ini ketika sesuatu yg membuatnya sangat tidak nyaman mulai mengambil semua tempat di dalam kepalanya. Ia bukanlah tipe overthinker. Namun sesuatu yg menyangkut mutan dan anti-mutan benar-benar menguras semua pikiran, juga tenaganya. Meski Gintara tidak menggerakkan satu jari pun.

Jadi Gintara memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri di kala ia terlalu letih, yaitu; bergelung dalam selimut tebal di atas tempat tidurnya. Ditambah lagi cuaca yg nampaknya ikut mendukung kegiatan Gintara karena beberapa hari ini, titik-titik air hujan seperti tidak akan berhenti untuk jatuh ke planet Bumi.

Pagi ini, Gintara terbangun seperti biasa oleh dering jam weker kuno yg ia temukan di gudang bawah tanah. Gintara tetap terbangun pada pukul enam, walaupun ia tidak berniat untuk bangun sepagi itu. Gintara memiliki kebiasaan bangun pagi sejak ia pergi dari rumah, sehingga hal tersebut cukup sulit untuk dihilangkan.

Setelah bangun pagi, Gintara akan menoleh ke jendela kaca kamar tidurnya dan melihat bahwa gerimis masih terus menutupi distrik North Anemoi, dan nampaknya tak akan berhenti dalam waktu dekat. Suhu sedikit menurun sehingga ketika Gintara bangkit, ia ikut menarik selimut tebalnya untuk mengusir rasa dingin yg menyergapnya.

Gintara melakukan rutinitas seperti biasa. Ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi, lalu menuju ke meja segi empat minimalis di sudut kamar tidurnya, dimana terdapat sebuah mangkuk berukuran sedang, sendok kayu, setoples sereal dan sebotol susu. Di sebelah meja tersebut terdapat mesin kopi otomatis dan beberapa gelas keramik. Gintara sengaja meletakkan benda-benda tersebut karena ia terlalu malas untuk turun dua lantai ke bawah menuju dapur untuk membuat sarapan. Namun dalam beberapa waktu, Gintara terkadang sengaja turun ke lantai pertama untuk membuat sarapan memulai hari. Namun, bukan sekarang.

Gintara mengunyah sereal dengan perlahan selagi menunggu kopinya. Ia melirik ponselnya yg tergeletak di atas nakas—nampaknya kehabisan baterai. Gintara bangkit mengambil ponselnya dan kemudian mengisi ulang baterai. Ia tidak bersusah payah untuk mengecek isi ponselnya karena ia tahu tidak akan ada hal yg menarik disana. Gintara tidak memiliki siapa pun untuk berkirim pesan. Ia tidak memiliki teman dan Gintara sudah lama melupakan semua kerabat dari orang tuanya.

Dan adiknya, Gintara sudah lama menyerah pada adiknya yg tidak kunjung menggapai atau membalas apa pun yg Gintara coba berikan. Ponsel bagi Gintara terkadang hanya wadah tempat ia mencari berita. Gintara bahkan tidak mengunduh permainan.

Selesai sarapan dan mencuci pecah belah, Gintara akhirnya turun ke lantai pertama karena ia ingat bahwa ia harus membeli bahan makanan. Ia baru saja teringat ketika ponselnya berdenting menunjukkan notifikasi pengingat bahwa ia hari ini harus berbelanja bahan makanan.

Gintara yg sudah mengantongi kunci mobil, ponsel dan dompet, akhirnya turun ke lantai paling dasar untuk memanaskan mobil sedan bututnya. Gintara terduduk berselonjor pada pangkal tangga ruang bawah tanah. Ia merasa seluruh badannya pegal hanya karena ia menuruni tangga dari lantai ketiga dan bawah tanah.

Stamina dan tubuh Gintara memang cukup luar biasa, namun untuk tipe tangga seperti ini ... Gintara kadang berharap ia memiliki kekuatan melompat seperti katak atau berteleportasi. Menuruni tangga macam ini seolah mengingatkan Gintara bahwa ia memang tidak muda lagi, meski tubuhnya berhenti pada usia awal dua puluhan. Gintara bahkan menyadari keringat yg membanjiri lehernya. Ia bersumpah ia akan mengganti semua tangga terkutuk tersebut dengan eskalator.

METAHUMAN [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang