04.

44 6 13
                                    

Note; ⚠️ a little bit gore.




"Apa kau sudah gila?!"

Gintara memejamkan kedua matanya dan kembali membukanya, menatap ke arah seorang pria yg berusia pada akhir empat puluhan di hadapannya. Pria yg terlihat marah, jika dilihat-lihat.

"Nik, aku mohon, aku berjanji ini terakhir kalinya aku meminta bantuanmu," suara Gintara terdengar tegas bercampur dengan suara rintik hujan yg menjatuhi atap rumah Nikola—pria yg terlihat marah di depan Gintara.

"Kau benar-benar sudah gila." Nikola menggeleng kepalanya dan memijat pelipisnya.  Ia terlihat sangat lelah dan terlihat jauh lebih tua lima tahun dari umur aslinya. Rambutnya yg sudah beruban terlihat semakin putih, dan antara merasa tidak enak karena dialah penyebab temannya ini terlihat seperti itu.

"Nik, aku benar-benar tidak memiliki pilihan lain. Instingku terus mengatakan ada sesuatu yg salah dan ternyata itu adalah benar," jelas Gintara—untuk yg ketiga kalinya, ngomong-ngomong.

"Tentu saja instingmu benar! Instingmu tidak pernah meleset sekali pun semenjak aku mengenalmu. Kau adalah seorang radar, demi Tuhan!" Nikola mendesah kesal dan ia menatap Gintara dengan tajam.

"Nik, kumohon, ini adalah terakhir kalinya—"

"Kau sudah mengatakan ini enam tahun lalu dan kemudian kau lakukan lagi-lagi," Nikola memutar bolamatanya. "Kenapa kau tidak mendatangi orang lain saja dan biarkan aku hidup tenang!"

"Nik, kau tahu aku tidak mempercayai siapa pun selain kau. Dan terlebih, anak-anak itu adalah mutan! Aku tidak mungkin membawa mereka pada dokter atau rumah sakit biasa!" Gintara berbisik pada kalimat akhirnya, takut terdengar oleh orang-orang yg tinggal di sekitar Nikola.

"Aku tidak tahu, Tara—"

"Oh, ayolah!" Suara sopran menginterupsi kalimat Nikola. Dan kemudian seorang wanita dengan rambut pirang stroberi bergelombang mendorong Nikola ke samping. Ini adalah Rosa, istri Nikola.

"Sayang, kenapa kau keluar?" Suara Nikola melembut menatap istrinya.

Rosa hanya memutar bolamata pada suaminya. "Oh, diamlah kau. Kau sengaja menyuruhku untuk tidak keluar kamar karena Tara-lah yg berkunjung!" Semprot Rosa dengan kedua tangannya berkacak pinggang.

"Aku tidak—"

"Yes, you!" Sambar Rosa. "Kau pasti ingin menolak apa pun permintaan Tara, bukan? Dan kau tahu aku pasti akan mengijinkan Tara untuk masuk kerumah!"

Nikola menghela napasnya. "Tidak seperti itu, sayang. Hanya saja permintaan Tara kali ini membuatku sulit. Aku tidak bisa menolongnya," Nikola menggeleng. Gintara masih diam di tempatnya.

"Oh, permintaan apa yg Tara inginkan darimu sehingga kau sesulit itu untuk membantunya?" Tanya Rosa, mata hijaunya berpendar dan bolak-balik menatap antara suaminya dan Gintara. Dan bukan, Rosa bukanlah seorang mutan.

Nikola menghela napas dan dengan enggan menunjuk mobil sedan butut Gintara di bawah atap garasi sebelah mobilnya sendiri. Rosa melongokkan kepalanya dengan bingung menatap ke arah mobil Gintara.

"Ada apa dengan mobilnya? Apa kau ingin menjualnya pada kami? Kukira kau menyayangi mobilmu," ujar Rosa pada Gintara.

Gintara terkekeh malu. "Bukan mobilnya, Rose, tapi apa yg di dalam mobil. Siapa." Gintara berujar.

Rosa menaikkan alisnya. "Siapa...? Maksudnya— oh! Oh, My God! Apa mataku melihat dengan benar?!" Pekik Rosa seketika setelah ia kembali memerhatikan ke dalam mobil Gintara.

METAHUMAN [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang