Chapter 59 ♗

469 86 5
                                    

Tap, tap, tap, tap,

Tapak pantofel kedua orang yang berada di urutan belakang membuat gema setiap penggunanya membuat langkah baru menuruni anak tangga balok semen yang tidak bisa dijanjikan kekokohannya. Berbeda dengan pengguna sepatu bot yang ada di paling depan yang tidak membuat suara sama sekali di setiap langkah menurun seolah sedari awal dirinya sudah terlatih untuk itu.

Mareen di paling belakang secara tiba-tiba berhenti menggerakkan kaki dan diam membeku. Menyadari yang terjadi pada orang di belakangnya Valias ikut diam di kedua anak tangga yang sedang dia injak seraya menoleh. "Ada apa?"

Ruang antar alis Mareen nampak berkerut. "Saya merasakan sesuatu yang berbeda dari sebuah energi sihir. Sesuatu yang magis terasa semakin kuat semakin kita mendekat ke bawah. Yang tidak memiliki afinitas dengan energi gaib mungkin tidak akan merasakan ini. Tapi saya merasa seperti kesadaran saya tersedot oleh sesuatu yang gelap. Dan jika tidak melepaskan diri tepat waktu saya pikir saya tidak akan bisa kembali."

Valias dan Kei sama-sama memandangi Mareen yang nampak kesulitan. Keduanya sama-sama mengerti apa arti terbenam dari keluhan itu.

"Kau kembalilah ke tempat tadi. Kami berdua akan ke bawah dan menemuimu lagi tidak lama setelah ini."

Raut Mareen gelisah. Kecemasan menyelimutinya dan dia menggeleng. "S- Saya khawatir saya juga harus menjadi lonceng tanda bahaya Anda. Energi ini, saya bisa merasakannya tapi besar kemungkinan Tuan Muda Valias dan Tuan Kei tidak. Kalau terlambat bertindak saya khawatir apa yang belum dapat saya mengerti ini akan berdampak pada tuan-tuan sekalian juga."

Kei diam tak mengucap membiarkan sang putra bangsawan menjadi pengambil keputusan tunggal. Baik sang mage kembali atau ikut dengan Valias ke bawah keduanya tak memberikan efek padanya. Putra bangsawan itu akan tetap memenuhi misi pribadinya bahkan jika dia harus ke bawah sendirian. Dan Kei tidak akan membiarkannya.

Akal sehat Kei tiba-tiba kusut. Sejak kapan dia peduli pada nasib seseorang? Kalaupun sesuatu akan terjadi pada anak itu lalu kenapa?

Tapi hanya untuk anak satu ini. Kei akan bersedia untuk memainkan sosok ksatria untuknya.

Atensi Kei terpatut pada wajah yang dimiliki oleh Valias. Remaja itu tak begitu memiliki ekspresi. Tidak cemas tidak juga bingung. Kei bertanya-tanya apakah dia akan melihat Valias memiliki ekspresi lain dari yang sudah dia lihat lalu-lalu.

Valias memikirkan pilihan terbaik yang sebaiknya dia ambil.

Akan ada rasa bersalah dalam diri Mareen jika dia tidak bisa mendampingi Valias sampai akhir sebagaimana tugasnya. Tapi akan buruk jika yang Mareen ucapkan benar. Valias tidak punya pengetahuan yang diperlukan untuk menyelamatkan orang yang terjebak di kondisi yang Mareen sebutkan. Lebih baik Mareen tidak ikut serta ke bawah menemui benda yang dicarinya itu.

Maka pilihan inilah yang harus dia ambil.

"Kembalilah, Nona Mareen. Jika aku dan Tuan Kei belum kembali hingga matahari terbit jangan mencari kami tapi temuilah Yang Mulia Frey. Kami akan baik-baik saja."

Pegangan kedua tangan Mareen pada tongkat sihirnya mengerat. Di satu sisi ingin mengelak tapi di sisi yang lain tau dengan kondisinya dia hanya akan membawa dirinya sendiri pada bahaya yang kemudian akan merepotkan sang putra bangsawan. Yang seharusnya merepotkannya dan bukannya sebaliknya.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang