"Monyet, gue lupa bawa payung!" Lisa balik-balik dari klub debat heboh sendiri. Teman-temannya cuma menatap malas.
"Kemarin bukannya lo udah kehujanan?" tanya Jiho.
Lisa meringis. Kemarin dia juga lupa membawa jas hujan atau payung. Karena nekat, Lisa memberanikan diri menerobos sampai halte. Untung tidak sampai demam. "Kok gue lupa, ya, kalo bisa hujan lagi."
"Suara lo tuh, udah kayak knalpot Jaehyun," kata Bambam. "Dikit lagi masuk RS gua rasa."
"Mulut lo," delik Lisa. Tapi memang suaranya sudah serak. Ditambah pelatihan untuk lomba debat minggu depan. "Apa gue ngundurin diri aja, ya?" Kebetulan sebentar lagi juga mereka ada banyak ujian.
"Alah, kayak lo berani izin sama Kak Rowoon aja," sahut Jihyo, teman sesama anggota klub debatnya.
"Hee? Kak Rowoon 'kan gak galak."
"Ke elu, ke gue kayak mau nagih tupperware maknya," Lisa bergidik.
"Ngawur. Lo yang aneh-aneh pasti, Kak Rowoon gak mungkin sepet sama lu tanpa sebab," kilah Yuju. "Gue kemarin nunggu si Jungkook basket lama banget, Kak Rowoon kebetulan lewat. Dia ngasih gue susu sama nemenin sampe si Jeka dateng bawa motornya. Anjir, gue agak baper."
"Baper-baper, noh pacar lo kemarin motoran sambil ngamuk, gue jadi kebasahan pas dia lewat!" Lisa masih emosi. Soalnya waktu lari ke halte kemarin, motor Jungkook lewat dan membuat Lisa kecipratan sebadan. "Kurang ajar! Untung bannya hari ini bolong!"
Yuju menyipitkan mata, masih tidak percaya. "Bukan lo yang ngelakuin? Beneran?"
"Dih, sepengen-pengennya gue liat Jeka jatoh dari mogenya, gue ada alibi ya seharian," Lisa menyikut Jihyo. "Ya, kan? Gue tadi gantiin Kak Rowoon mimpin debat."
"Kata gua mending sekarang lo ke rapat OSIS," Jihyo melihat jam tangannya. "Lo udah telat."
Lisa menghela napas keras-keras. Kalau begini, udah pulang sore, tambah mendung, tidak bawa payung lagi.
Triple sial.
•••
Lapangan sudah gelap waktu Lisa keluar dari gedung. Sepi juga kecuali anak-anak organisasi. Anehnya, Lisa melihat Rowoon di sana. Seperti tengah menunggu seseorang. Lisa pernah mendengar Rowoon punya pacar di angkatan kelas tiga. Tapi dia tidak tahu apakah mereka masih bersama.
"Sore, Kak," tegur Lisa sopan. Sebatas formalitas. Tidak mengharapkan balasan dari artefak berjalan itu karena memang Rowoon sedang menunduk memainkan ponselnya.
Namun ternyata, laki-laki itu mendongak. "Udah malem."
Di luar jam debat ternyata masih bisa sewot, noted, batin Lisa. "Malem, Kak," koreksinya patuh. Tapi waktu Lisa berjalan melewati Rowoon, tangannya ditahan.
"Mau pulang?"
Lisa menggeleng. "Mau ke Ragunan, Kak."
Alis Rowoon terangkat. "Emang masih buka?"
"Buka, Kak. Malah dapet diskon kalo malem, 20% off."
Rowoon terdiam sebentar. Lisa juga akhirnya diam. Sampai akhirnya Rowoon menyadari sesuatu, dahinya berkedut. "Lo nggak serius, ya."
Ya, ngapain gue mau ke Ragunan begooooo, Lisa dalam hati berteriak. Tapi tentu saja di kehidupan nyata ia hanya tersenyum manis. "Sori, iya Kak, mau pulang. Kalau mau ngajak ke Ragunan besok-besok aja kalau udah nggak malam."
"Oke, Sabtu ya." Rowoon menyerahkan helm.
Lisa menerima dengan cengo. "Sabtu—eh, ini helm? Buat dipake?"
"Iya, biar otak lo gak terbang di jalan."
Lisa baru akan mengumpat jika dia tidak segera menyadari apa yang sebenarnya terjadi di sini. "Eh, ini lo ngajak gue pulang bareng, Kak? Lo tau rumah gue?"
"Tau."
"Ha? Dari mana?"
"Kita satu jurusan di bus."
"Kok gue gak lihat lo kemarin?"
"Lo sibuk meresin rok." Rowoon meletakkan punggung tangannya di dahi Lisa. "Lo tadi ke UKS gak? Agak anget."
Lisa langsung mundur, kaget. "Lo kembaran Kak Rowoon? Lo mau nyulik gue ya?"
Rowoon mendengus. Dia kemudian membuka tasnya dan menyerahkan seplastik jas hujan pada Lisa. "Kayaknya nanti di tengah jalan hujan."
"Oh, oke. Tenang aja nanti gue—"
"Simpen aja," putus Rowoon. Tidak ingin didebat.
"Ha?" Otak Lisa benar-benar tidak dapat memproses semua ini. "Bentar-bentar, lo mau nganter pulang gue dan ngasih jas hujan secara cuma-cuma? Kak, lo ada maunya, ya? Gue greget kalo gak bisa balas utang budi!"
Rowoon memasang helmnya, "Mau tau cara balesnya?"
"Apa?"
"Dateng sama gue ke Ragunan besok."
Nanti, di tengah-tengah gerimis perjalanan, sembari Lisa memasangkan potongan-potongan informasi, ia akhirnya membuka mulut.
"... Kak, lo bukan orang yang bolongin ban motor Jeka, kan?"
Rowoon, Lisa melihat dari spion, tersenyum tipis. "Nggak, tuh."
Rowoon adalah pembohong yang buruk.
•••
kemarin ada yang request rowoon 😙
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEETENER
Fanfiction(n.) A sugar substitute. This work may not provide glucose or fructose, but I hope it'll still boost you an extra bit of serotonin.