KENANDRA RUMI

36.3K 4.6K 270
                                    




-Andra POV-

Hal pertama yang aku ingat tentang Jazziel adalah dia yang ngasih aku permen dalgona disaat aku lagi nonton  squid game di ipad.

Iya emang gitu.

Tiap hari dijam yang sama aku selalu ke kafe kak Rachel,  kakakku. Dan kebetulan waktu itu aku lagi ngelanjutin nonton squid game sisa malemnya.
Pas banget di episod dalgona,  dia si Jazziel ngasih aku permen dalgona.

Sejujurnya aku nahan ketawa. Ya aku terima aja permennya, mana love lagi kek sengaja banget. Kak Rachel aja dapet banyak tapi motif biasa semua, aku satu tapi Love.

Sejak hari itu aku merhatiin dia terus, tiap hari dia pasti ke kafe beli minum. Satu untuknya, dua untuk temannya.

Dia sering pesen boba brown sugar atau yoghurt berry mix.  Selain dua itu,  dia gak pernah nyobain yang lain.  Aku pikir,  dia anak yang terlalu monoton diusianya.

Makin aku perhatiin,  aku makin ngerasa seperti pernah liat Jiel disuatu tempat. Tapi gimanapun aku coba mengingatnya, gak nemu.

Tiap hari kita ketemu,  tiap hari aku curi curi pandang ke dia. Sampai akhirnya dia datang dengan muka lusuh berseragam sekolah.

Mana pernah aku berfikir kalau dia masih seorang siswa. Aku hanya pernah dengar dia cerita ke kak Rachel kalau dia kerja di distro,  yang kebetulan milik mami. Aku pikir setidaknya dia sudah mahasiswa.

Kedatangan dia yang masih memakai seragam sekolahnya bikin aku inget dimana pertama kali aku ketemu dia. Dia adalah anak yang setiap pagi bagiin nasi bungkus buat anak-anak pengamen di lampu merah. Lima atau enam taun lalu.

Bahkan dulu tiap pagi, dari jauh aku menunggunya datang. dengan sepedanya, dia gak merasa kesusahan bawa bungkusan nasi yang makin hari makin banyak.

Disaat terpurukku,  kurang bersyukurku,  melihat kebaikannya, aku seperti tertampar. Dia menyadarkanku sesungguhnya aku bisa menjadi berharga buat orang lain.

Aku meniru kebaikannya.

Sampai suatu hari dia sudah tidak terlihat lagi,  beserta anak-anak pengamen yang juga tidak ada lagi di lampu merah. Setelah aku tanya sama orang sekitar situ,  anak anak sudah di tampung dipanti asuhan.

Dan setelah sekian lama, dihari itu,  Anak baik hati seperti jiel dengan wajahnya yang menahan tangis, dia cerita kalau dia dihukum dua kali lipat dari teman temannya hanya karena gak bisa mendatangkan walinya.  Dia bilang WALInya,  itu artinya orangtuanya mungkin sudah tidak ada.

Aku bahkan merayu kak Rachel untuk menutup Kafe lebih awal hanya demi kesempatan untuk mengantarnya pulang.

Tapi bodohnya Aku menyinggung perasaannya yang kala itu dia sedang menjalani hari yang berat. Aku ingin meminta maaf,  tapi dia tidak lagi ke kafe.  Aku mengawasi dia di distro,  untungnya dia masih disana.

Aku sadari,  dia pasti gak mau ketemu aku sampai gak mau lagi ke kafe seperti biasa.

Aku ingat seragam yang dia pakai,  itu adalah seragam sekolah milik kakek,  kakek dari pihak Mami.

Awalnya kakek memintaku mengelola sekolah itu bahkan sebelum aku lulus kuliah,  tapi Papi gak setuju.  Demi menghindari pertikaian Kakek dan Papi akhirnya aku memilih membantu Papi dengan bisnisnya tapi tetap diam diam mengelola sekolah.

Setelah beberapa hari dia gak ke kafe,  aku menjemputnya ke sekolah. inginku minta maaf tapi urung kulakukan. Liat lagaknya yang dibuat  sok angkuh itu bikin aku gemes. Tingkah sebelnya ke aku itu menggemaskan..

Anak baik hati jazziel, dia mentraktir teman temannya di kafe kak Rachel. Lucu, dia terlihat seneng tapi dia juga gak nyaman sama kericuhan temen temennya. Melihatnya begitu solid dengan teman temannya makin bikin aku mengehangat.

Sepertinya aku jatuh cinta padanya.

Secepat itukah??

Tidak,  mungkin lebih cepat dari itu.

Saat aku tau  dia akan berulang tahun.  Yang ke 17.
Usia yang dinanti semua remaja sepertinya.

Aku menyiapkan coklat,  biscuit,  dan snack yang mungkin dia suka. Aku minta kak Rachel membuat tart yang istimewa untuknya. Dia bilang dia tidak suka hadiah barang.

Tapi.... Dia tidak datang.  Sekali lagi dia menghilang,  tidak ada disekolah,  tidak ada di distro.

Dari Kak rachel aku tau dia izin tiga hari.Tiga hari terlalu lama kujalani tanpa melihat dia. Aku uring-uringan.

Aku sudah mengantongi nomer telephon dan akun medsosnya tapi aku tak berani menghubunginya. Aku mencari info akun medsosnya,  tidak ada pembaruan aktivitasnya.  Dia bukan sedang liburan untuk merayakan ultahnya.

Dari kak Rachel aku juga tau kapan kepulangannya, 
Aku menunggunya di basement apartment sedari sore. Tidak mau menyerah sampai aku liat wajahnya.

Jika aku bertemu dengannya,  aku janji aku akan minta maaf dan memintanya berteman denganku.

Sudah larut malam dan akhirnya aku liat dia keluar dari mobil bersama seorang om om. Aku melihatnya dipeluk dan dicium keningnya.

Aku marah,  padahal aku gak berhak.

Tapi aku tetap marah.

Aku gak nyangka dia mengejarku dan akhirnya aku menyakitinya. Beruntung saja lukanya tidak parah, 

Saat aku mengantarnya pulang,  aku dapati gak ada orang yang menyambutnya dirumah. Dia sendirian, selalu seperti ini??

Aku ingin merawatnya.
Hatiku hancur melihat dia tidur dengan luka yang aku buat dan badannya yang sedikit demam,  dia sedikit mengigau.

Aku mengecek rumahnynya termasuk dapur, bahkan beras saja tidak punya, dia mungkin sering makan diluar.

Aku meminta orang mencari informasi tentangnya.
Harusnya sudah kulakukan sejak awal.

Jazziel Yorath,  yatim piatu karna ortunya kecelakaan.  Melanjutkan hidup sendiri dengan tunjangan asuransi setiap bulan. Bekerja paruh waktu di distro. Walinya pindah ke Canada. Info yang lain aku anggap tidak penting.

Dia tidak punya siapa siapa.  Aku ingin merawatnya,  menjadi walinya.

Jiel yang rapuh menyambut perhatianku dengan hangat,  dia mudah luluh dengan kasih yang kuberikan.  Aku tau dia sangat rapuh dan kesepian.

Matanya yang berbinar dan kelegaan dalam senyumnya saat aku menyatakan akulah walinya sekarang.

Sikapnya yang mulai manja kepadaku...

Aku suka aku suka aku suka aku suka DIA.

Ada ada saja permintaannya,  ingin kelasnya dipindah ke lantai bawah.

Itu mudah,  aku menurutinya.

MY DEAR JAZZIEL YORATH







JAZZIEL  ✅Where stories live. Discover now