EMPAT BELAS

3.8K 258 0
                                    

Vivi sudah berkorban banyak untuk keluarga ini bahkan sakit kepala sering menyerang saat ibu dan adik tunangannya membuat ulah.

"Selama ini kamu digaji?" tanya Reza.

"Tidak."

"Kenapa?"

Vivi menatap Reza. "Karena saya hidup menumpang di rumah jadi harus tahu diri."

"Itukah yang mereka katakan?"

"Tidak, ya... ah... entahlah."

"Mana yang benar?"

"Mungkin keduanya?"

"Vivi," tegur Reza dengan suara rendah.

"Saya tidak ingin membahasnya," tolak Vivi.

Reza mengetuk jarinya di meja dan besandar di kursi. "Saya anggap sebagai ya."

Vivi tidak membantah.

"Mengenai laporan ini serahkan kepada saya," kata Putra.

"Tidak perlu. Biarkan saja dicatat sebagai pengeluaran," kata Reza.

"Tapi, pajak..." Putra ingin mengutarakan ketidak setujuannya. Kalau pajak mengetahui hal ini lagi, bisa-bisa gosip tersebar luas di kalangan pengusaha.

"Kenapa memangnya dengan pajak?" tanya Reza. "Kita rajin membayar pajak bulanan dan tahunan bahkan tidak ada data yang disembunyikan."

Akhirnya Putra memahami perasaan Manajer accounting pusat.

"Ah, kalau pihak pajak mengetahui semua pengeluaran ini, akan menjadi teguran kedua kalinya. Dulu kita bisa berdalih kalau pihak accounting masih awam karena berkali-kali accounting ganti. Sebelum saya ambil alih, memang orang accounting paham accounting hotel tapi tidak sempat membuat laporan pajak. Karena di pesta ulang tahun Erika juga bisa diartikan pengumuman tunangan saya kembali menangani hotel maka..." Vivi tidak melanjutkan perkataannya.

"Sebagai gantinya reputasi tuan muda yang akan kena." Angguk kepala pelayan yang ikut menyimak.

Vivi mengerutkan kening. "Tapi dia itu putra kandung anda."

Reza memainkan gelas wine di tangannya. "Biar ini menjadi pelajarannya."

Tetap saja Vivi merasa tidak setuju. Ini terlalu keras, Krisna dan ibunya sudah susah payah membangun reputasi di dunia politik bahkan Krisna ingin mencapai ibu kota.

Hotel di kota ini memang di dominasi keluarga Aditama, tapi itu tidak cukup kalau ingin membangun reputasi.

Choky berbisik di telinga Putra, seolah bisa membaca pikiran Vivi. "Apa nona Vivi tidak tahu kalau grup hospitality tebesar di Indonesia itu milik keluarga Aditama?"

Putra mengangkat kedua bahunya.

"Masalah accounting?" tanya Vivi.

Putra menatap Choky dengan tanda tanya.

Choky berdehem. Ia tidak mau menjelaskan karena takut salah.

"Itu bisa saya urus. Putra, bantu Vivi carikan accounting terpercaya lalu berikan dokumen yang kamu pegang ke Manajer accounting pusat, dia belum kembali ke ibukotakan?"

Lebih tepatnya Manajer accounting menyibukan diri untuk meredam emosi begitu membaca laporan keuangan tidak masuk akal yang pernah dibuat Krisna dan ibunya. Tapi...

Putra menoleh ke Vivi. "Mencari rekomendasi dari pusat apakah itu ide nona?"

Vivi tersenyum sedih ke Putra. "Harusnya saya melakukan ini dari awal."

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang