EMPAT PULUH EMPAT

4.4K 283 14
                                    

Reza menatap curiga Vivi. "Apa yang membuatmu berubah pikiran? Sebelumnya aku pernah cerita mengenai Rosaline dan kamu tetap ingin memikirkannya."

Dahi Vivi bersandar di bahu kanan Reza. "Karena aku melihat sendiri, makanya aku setuju."

"Kamu tidak percaya padaku?"

"Aku percaya." Tangan  Vivi mulai aktif bergerak menurunkan resleting celana Reza.

Kedua tangan Reza memeluk dan bertanya dengan nada rendah di telinga Vivi. "Sudah mulai nakal ya, mau dihukum lagi?"

Vivi mencium bibir Reza. "Aku belajar darimu."

Reza tersenyum dan melumat bibir Vivi.

Tiba-tiba Reza merasakan sesuatu, ia menangkap tangan Vivi. "Vi?"

"Hm?" Vivi menatap dalam Reza sambil memasukan milik Reza ke dalam tubuhnya.

"Vivi." Reza memberikan peringatan tapi sudah terlambat.

Setelah mereka bersatu, Vivi merasakan sakit sekaligus nyeri tapi jika dibandingkan dengan perbuatan oran-orang itu, hal ini tidak seberapa.

Reza memeluk Vivi dengan erat dan membenamkan wajahnya di leher Vivi. "Sakit?" tanyanya.

"Tidak," bohong Vivi. Jika ia berkata jujur, Reza pasti akan menghentikannya.

"Jangan bohong."

Vivi mulai bergerak naik turun. "Ah!"

Reza tidak berani bergerak, dia bersandar dan membiarkan Vivi bergerak, kedua tangan memegang pipi Vivi, melihat wajahnya yang kesakitan.

"Hentikan, kamu belum siap." Reza hendak mengeluarkannya dari Vivi.

Vivi tidak mau, ia memeluk erat leher Reza sambil terisak. "Biarkan aku menjadi dewasa."

Akhirnya Reza menyerah dan menurut permintaan Vivi.

"Ah... ah..." erang Vivi, dicampur dengan isakan menyakitkan.

Reza merasa dirinya terlalu kejam, melakukan seks kali pertama di tempat 'itu' pasti sangat menyakitkan tapi melihat inisiatif, suara tangisan menahan sakit membuat dirinya merasa nyaman.

"Aku sudah bilangkan, kita harus menghubunginya dulu sebelum datang kemari."

"Kamu kira, aku tidak bisa diam saja?"

Tidak lama, pintu ruang kerja Reza terbuka. Sepasang suami-istri membeku ketika melihat pemandangan yang tidak pernah mereka sangka.

Reza melirik sekilas ke arah pintu, menyeringai lalu mulai bergerak menggantikan Vivi yang mulai lelah.

Vivi yang tidak siap, berseru. "Ah! Jangan!"

Reza yang tidak tahan, bangkit dari kursi lalu mendorong Vivi hingga punggungnya menempel di tembok.

Vivi yang awalnya kesakitan berangsur menikmatinya, kepala mendongak ke atas. "Lagi! Lebih keras!"

Reza menuruti permintaan Vivi.

Arka dan Nina yang mendengar dari luar hanya bisa diam membeku di depan pintu.

Arka yang masih berpikir menikah menjauhkan dosa, bertanya ke Nina. "Mereka berdua belum menikah, kan?"

Nina menggosok hidung dengan canggung. "Vivi dilamar tapi belum berikam jawaban, aku tidak tahu kalau temanku lebih memilih hubungan seperti itu daripada menikah."

"Menurut kamu, mereka masih lama?"

"Ini rumahnya, tentu saja mereka akan melakukannya sampai pagi. Akukan sudah bilang buat telepon dulu!" kesal Nina.

Off Course, I can't get you! But, I Can Get Your Dad! : Sweet Girl Version [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora