MY SAVAGE BOY - 11

304 23 3
                                    

📖 Selamat Membaca 📖

Komennya jgn lupa ya, dukung terus kalau suka cerita ini.

Pertanyaan kemarin malam membuat Naura tidak bisa tidur nyenyak. Sungguh, gadis itu masih kepikiran sampai sekarang.

Sehabis makan malam itu mereka berbincang cukup lama, sampai Sinta mengatakan harus pulang. Karena Nako tidak mengijinkan dirinya menginap disana.

Hal itu melegakan Naura tanpa sadar. Belum sempat pula ia memberi jawaban dalam beberapa saat terdiam. Aksa kemudian datang, entah itu keberuntungan atau apa tapi Naura sangat bersyukur.

Ia jadi tidak harus menjawabnya.

Lagian kenapa Sinta menanyakan hal itu. Dari kecil pun Naura menganggap pertemanan antara dirinya dengan Aksa murni teman.

Bahkan Naura sendiri masih samar samar dengan sikap yang jelas jelas Aksa berikan. Entah itu bisa dikatakan lugu atau polos tentang hubungan.

Naura belum pernah berpacaran. Tetapi jika menyukai seseorang itu ada, sebatas suka tidak lebih itu pun sudah berlalu. Saat bertemu pun kini Naura sudah biasa saja.

"Aku tidak terus-menerus disini. Aku mau sekolah, mau lulus!" cetus Naura tekad. Gadis itu bersiap untuk menemui Aksa.

Matahari cukup terik kali ini. Lalu langkahnya terhenti. "Dia kan di kantor, huh." Gadis itu menepuk kepalanya.

"Kantornya jauh tidak ya? Boleh tidaknya aku keluar? Mana boleh sih?!" gerutunya akhir.

Berjalan mendekati meja rias, Naura duduk menatap wajahnya di depan cermin.

Ia menatap wajahnya sendiri, menggembungkan pipinya yang sedikit gembul. "Pipi makin berisi, apa aku kebanyakan makan?" gumamnya.

"Hah, biar saja aku gendut. Biar Aksa itu menjauh dari aku!" ucapnya sendiri.

Naura menegakkan tubuhnya setelah setengah menelungkup wajahnya. Ia teringat dengan Radit, mungkin laki laki itu bisa membantunya.

***

"Oka, Nina!" seru gadis itu semangat.

Dua maid itu datang tergesa-gesa mendengar suara Naura. "Ada hal penting apa Nona?" Tidak biasanya siang-siang begini Nona-nya memanggil mereka.

"Telfon rumah disini bisa tidak ya, untuk menelfon Aksa. Atau kantornya?"

"Memangnya kenapa, Nona? Nona perlu apa?"

Naura menggeleng pelan,"Aku mau datang ke kantor Aksa. Bisa tidak ya? Apa Aksa nanti akan marah denganku?" cecarnya.

"Kami tahu alamat kantornya, Nona benar ingin berkunjung?"

"Iya, ada hal penting sangat penting!" ucap Naura meyakinkan keduanya. Nina dan Oka saling berpandangan.

"Kami bisa saja memberitahu, tapi tanpa ijin Tuan muda, Nona tidak boleh pergi. Jadi, Nona harus ijin dulu,"

"Huh, yasudah kalau begitu telfonkan aku dengan dia!" pintanya tegas. Gadis itu berjalan ke arah sofa.

Nina beranjak ke telfon rumah, ia menekan angka yang terhubung pada Tuan muda.

"Siang, Tuan."

"Ada apa?" sahutnya dingin.

"Em, Tuan, Nona mau berkunjung ke kantor anda. Apa boleh?" tanya Nina diikuti Oka di sebelahnya ikut mendengarnya.

Hening beberapa detik.

"Suruh supir mengantarnya,"

Kedua gadis dengan perbedaan tinggi itu tak bisa menahan senyumnya. "Baik, Tuan. Maaf menganggu waktunya,"

MY SAVAGE BOYحيث تعيش القصص. اكتشف الآن