[Tiga]

1K 65 0
                                    

Pukul 12 tengah malam, Jaeden terbangun dari tidurnya. Berkali kali ia mencoba untuk tidur lagi, tapi berkali kali pula ia gagal. Dan akhirnya Jaeden memilih untuk bangun dan duduk bersandar di kepala ranjang nya.

Ia menatap surat yang sudah sedikit kusut karena ia bawa tidur, dan masker oksigen yang terpasang di mulutnya.

"Tadi malem gua kambuh lagi? Pasti daddy yang pasangin." Perlahan Jaeden melepas masker oksigen itu dan mengembalikan nya ke tempat semula.

Tepat setelah ia meletakan itu, dering notifikasi chat di handphone Jaeden berbunyi. Dan saat di cek, tertera nama grup yang berisikan dirinya, Awan, dan Langit tengah ramai membahas sesuatu.

In room chat.

Into the UNKNOWN!

Putih2 Terbang.
|Woy woy woy!

|Gua ada kabar bagus nih!
00.03 WIB.

Langit Bisakah Kau..
|Hmm.
00.04 WIB.

Putih2 Terbang.
|Jae Jae! Gua udah nemuin anak anak yang suka gangguin Zayden!
00.04 WIB.

Langit Bisakah Kau..
|Hmm.
00.04 WIB.

Putih2 Terbang.
|Ham hem mulu lo! Sariawan?
00.05 WIB.

Dimana?|
00.06 WIB.

Putih2 Terbang.
|Akhirnya lo on juga! Emosi gua tau ga! Setiap chat, pasti si copyan yang jawab.

|mana cuma hmm hmm doang.
00.06 WIB.

Lo ga jawab pertanyaan gua.|
Mereka dimana sekarang? Gua ga butuh curhatan lo sekarang.
00.07 WIB.

Langit Bisakah Kau..
|Mampus kau di marahin Jaeden.
00.07 WIB.

Putih2 Terbang.
|Ouh iya. Mereka lagi ada di bar deket rumah gua.

|Sekarang gua sama Langit juga lagi ada di sekitar situ. Lo kesini ga?
00.08 WIB.

Ok gua otw.|

Jangan kemana mana.|
Terus pantau mereka sampai gua dateng.
00.09 WIB.

Putih2 Terbang.
|Ok.
00.10 WIB

Langit Bisakah Kau..
|Ok.
00.10 WIB.

Jaeden turun dari ranjangnya. Ia mengambil jaket Arion yang ia minta secara paksa dulu agar menjadi hak miliknya, dari lemari.

Lalu ia mengambil kunci, dompet, serta pisau lipat pemberian Arion dulu.

Setelah yakin semua yang ia butuhkan telah terkumpul, barulah ia pergi keluar kamar dan melakukan rencana kabur untuk sementara.

Namun, saat ia sampai di depan pintu kamar Zayden, yang berarti ruangan tepat di samping kiri kamarnya, Jaeden mendengar suara tangisan dari dalam sana.

"Zayden jelek ya? Atau Zayden bodoh? Kenapa mereka suka banget ganggu Zayden? Padahal Zayden kenal mereka aja enggak..." gerutu Zayden yang bisa di dengar jelas oleh Jaeden, karena kalimat selanjutnya terdengar tidak jelas.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang