[Dua Puluh Delapan]

344 28 1
                                    

Sorry for typo, and Enjoy!!


"Selamat siang tuan Jaeden, tuan Langit, tuan Awan."

"Selamat siang mbak Jeni yang cantik! Om Arion ada?" Tanya Awan mewakili ketiganya.

"Ada tuan, tapi beliau sedang ada rapat dengan tamunya." Jawab Jeni, seorang resepsionis terpercaya Arion.

"Yasudah kalau begitu kita langsung keruangan om Arion aja. Ga apa apa kan?" Ujar Langit.

"Ouh, tidak apa apa tuan. Kebetulan rapat beliau diadakan di ruang meeting. Apa mau saya antar?"

"Enggak usah mbak Jeni, kita bisa sendiri. Lagian kita juga lagi buru buru. Soalnya ini ada anak yang lagi kangen sama bapaknya, jadi harus segera ditangani sebelum dia bergerak dan berakhir menghancurkan bumi." Celetuk Awan.

"Ouh baiklah kalau begitu. Hati hati di jalan tuan."

"He'em, makasih. Kami duluan." Pamit Langit.

"Silahkan tuan."

"Siapa tuh bocil? Kok lo bolehin masuk sih."

"Sst, pegawai baru diam. Dia itu anaknya tuan Arion, gausah macam macam kalau ga mau di kick dari sini."

.

"Nah, karena daddy lo belum dateng, mending sekarang lo makan siang dulu. Gua pesenin di kantin." Ucap Langit setelah ketiganya sampai di ruangan Arion.

"Jaeden ga mau makan makanan kantin, Langit."

"Terus mau apa?" Tanya Awan.

"Mau nasi tumis kangkung di rumah makan padang deket kantor daddy. Kalian mau ga beliin Jaeden makan disana?"

"Jaeden traktir deh."

"Ga perlu lo traktir, kita dengan senang hati bakal beliin lo makan disana. Kebetulan kita juga suka sama rendang disana." Tutur Langit.

"Iya Den, tapi kalau lo tetep mau traktir kita, kita ga nolak juga sih." Celetuk Awan.

"Yaudah kalau gitu Jaeden minta tolong beliin nasi tumis kangkung, pakai ayam goreng nya 2. Terus minum nya es jeruk— Beuh, es jeruk disana enak banget!" Ujar Jaeden penuh semangat.

"Haha, oke oke. Udah itu aja?" Kekeh Langit.

"Udah. Pakai uang kalian dulu ya, habis ini Jaeden bakal transfer ke kalian berdua. Karena Jaeden ga bawa uang ternyata, cuma ada lima ribu rupiah. Hehehe..."

"It's oke. Kalau gitu kita tinggal dulu ya. Baik baik di sini. Kalau ada apa apa telfon kita." Pesan Langit.

"Okey!"

"Bye bye!" Jaeden terus melambaikan tanganya sampai Robert's twins tak lagi tampak. Dan seketika ruangan itu terasa sangat sepi.

Sangat sepi sampai ada suara beberapa derap langkah kaki mendekati ruangan.

Kriieett....

"Daddy!!" Pekik Jaeden ketika ada seseorang memasuki ruangan ayahnya.

"Jaeden?"

"Nono? Kok Nono sih? Mana daddy?" Heran Jaeden ketika mendapati Reno lah yang memasuki ruangan, dan bukan Arion.

"Kenapa No?— Loh ada tuan muda ternyata. Siang Den." Sapa Juna yang melongokan kepalanya dari pintu.

"Nana, mana daddy Jaeden? Kenapa kalian berdua yang kesini?"

"Daddy mu masih rapat Jaeden, kita kesini cuma buat ambil berkas yang ketinggalan." Jelas Reno sambil mengambil beberapa map di atas meja Arion.

My Priorities [ JAZ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang