Chapter 76 ♗

574 70 1
                                    

Di ruang kerjanya yang tidak akan berubah bahkan jika dia sudah berubah posisi menjadi Raja, sang putra sulung keluarga kerajaan Nardeen duduk diam di bangkunya dengan sorot mata memandang jauh ke seberang sana. Otaknya bekerja menciptakan gambaran-gambaran skenario yang dia bayangkan di benaknya. Jari kelingking dan jari manisnya bersamaan dia gerak-gerakkan secara refleks seraya dia menyusun narasi orasi di pikirannya.

Dia punya banyak hal untuk dipikirkan. Dia tidak bisa membiarkan seorangpun melihat celah yang dia punya. Dia harus berpendirian teguh, punya unsur keras kepala, dan tetap berdiri tegak di pijakannya tanpa oleng bahkan jika badai atau ombak datang menerjangnya sedemikian rupa. Dirinya haus akan kekuatan yang bisa membuatnya tak terkalahkan dan tak terbantahkan. Dia haus akan kemampuan untuk membuat orang bergerak atas kemauannya.

Dia mau ucapannya menjadi sebuah perintah mutlak. Untuk itu dia butuh posisi, kekuatan dahsyat yang menekan, dan kemampuan juga kekuatan pikiran yang dapat mendukungnya untuk menemukan sebuah solusi dalam waktu yang singkat sehingga tidak akan ada satupun orang yang bisa memandangnya remeh.

Berkat kehadiran Valias, Frey telah membawa dirinya menciptakan sebuah proyek skala besar yang menuntutnya untuk mempergunakan daya kerja otaknya sampai ke batas yang belum pernah dirinya pergunakan sebelumnya. Dalam proyek ini dia tidak bisa membuat seseorang berpikir untuknya. Dia harus memanfaatkan otaknya sendiri

Frey memproyeksikan jalan-jalan yang bisa dia tapaki untuknya bisa mencapai apa yang dia mau. Kalimat-kalimat persuasif apa yang bisa dia gunakan, dan tipu muslihat apa yang harus dia pasang untuk bisa membuat orang bergerak sesuai kemauannya.

Perang itu... Valias bilang dia yang akan memikirkannya. Fokus Frey adalah membangun kekuatannya untuk kemudian dia pun bisa mengakomodasikan Valias apa yang dia rasa perlu.

Frey harus bisa membuat bangsawan-bangsawan Hayden mau bekerja untuknya. Dia berkenan untuk menggunakan cara paksa.

Mengancam, atau,

Menjebak.

Dia menggeleng pelan pada dirinya sendiri. Yang kedua tidak perlu. Menjadi tirani bukan berarti menjadi kotor. Selain itu gerakan mengancam sudah cukup untuk menumbuhkan bibit sifat pemberontak masyarakat. Dia tidak perlu menambahkan pupuk pada bibit yang sudah tertanam dengan perbuatan menjebak yang sudah jelas-jelas memancing pergolakan.

Bola kaca komunikasi pemberian seorang mage tadi sore menunjukkan tanda-tanda adanya keinginan untuk berkomunikasi dari seseorang. Yang berdasarkan keadaan yang ada, hanya bisa berasal dari satu orang, atau dua.

Perwujudan sesuatu semacam asap di dalam bola kaca menunjukkan bagaimana benda sihir buatan mage istana rekrutan ayah dan ibunya bekerja. Perlahan Frey bisa mendengar sebuah suara jelas seseorang dari benda bulat itu.

"Yang Mulia. Apakah Yang Mulia bisa mendengar suara saya?"

"Dylan." Frey bisa langsung mengenali suara siapa itu. "Aku mendengarmu. Ada yang mau kau sampaikan?"

"Kami pergi menuju rumah seorang kenalan dari rekan Nona Vetra sesaat kami sampai. Kami semua akan menempati rumahnya selama kami di sini," lapor pemilik suara itu. "Mereka para mage sudah menyusun rencana mereka menemui petinggi Sinfhar. Semuanya akan mereka mulai esok hari."

"Valias dan saya akan berbaur di antara mage yang pergi ke tempat para petinggi yang disebut Palis," dia menambahkan. "Sampai di situ saja laporannya. Atau Yang Mulia perlu mendengar rencana mereka juga?"

"Tidak," Frey langsung mengenyahkan ide itu. "Aku yakin mereka tau bagaimana cara mengurus masalah kota mereka sendiri." Selain itu, Valias ada di sana. Jika Dylan tau rencana para mage itu berarti Valias juga pasti tau. Jika pun ada sesuatu, Valias pasti akan mengurusnya. "Di mana Valias dan pelayannya?"

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now