Chapter 74 ♗

442 67 8
                                    

a/n: Caessar punya aku :D

2nd a/n: belum proofread samsek. Ngotot publish sekarang karena aku udah ngerjain chapter ini dari tiga hari lalu aku gak bisa nunda lama-lama. Udah malem dan mata aku udah berbayang ^^

(Update: udah di-proof read 👍🏼)

___________

Yang bisa visinya lihat adalah penampilan dari sebuah ruangan kosong yang memiliki suasana suram. Cahaya yang masuk begitu minim dan udara yang tercium pun memberitahunya kalau tempat dirinya tengah berada sekarang adalah sebuah ruangan yang berada di bawah tanah. Dia merasakan kelembapan dan juga perasaan tidak nyaman yang membuatnya ingin segera angkat kaki dari sana.

"Tuan Muda. Kami lupa memberitahu kalau titik yang kami gunakan adalah titik ruangan pertemuan sembunyi-sembunyi kami. Area ini kurang layak tapi kami akan segera membawa Anda pergi dari sini," pelas Vetra.

Valias menoleh padanya. "Tidak masalah. Aku tidak keberatan."

"Penampilan Anda cukup menyita perhatian jadi jika Tuan Muda tidak keberatan kami akan menyiapkan pakaian sementara agar Tuan Muda bisa lebih berbaur selama di sini." Salah satu teman Vetra dengan hati-hati berkata.

Valias mengangguk. "Aku mengerti."

Yang bernama Rodnell mengucapkan pamit lalu pergi dari ruangan itu untuk mencari seragam mage Sinfhar yang bisa mereka pinjam. Dengan satu sudah diutus untuk menjadi perwakilan mencari atribut menyamar Dylan menempatkan pandangannya pada kesetiap mage yang tersisa lalu bertanya. "Rencana seperti apa yang sudah tuan nona punya? Setelah berganti pakaian nanti kemana kita akan pergi?"

"Kami ingin menemui rekan-rekan kami yang masih ada di sini. Mencaritau lebih dalam tentang situasi yang ada sekarang. Lalu bersama mereka kami akan menunjukkan kehadiran kami di sini kepada kepala sekolah," Zalea menjawab.

"Ada yang kupertanyakan." Dylan menyuarakan pikirannya tanpa sedikitpun ragu. "Aku sudah dengar sebagian dari aku turut hadir di pertemuan kalian dengan Yang Mulia Frey kemarin hari. Tapi ada yang tidak kumengerti."

"Kenapa kalian bisa mudah sekali meninggalkan kota ini?" tanyanya. "Tidakkah kalian mempunyai hambatan kalian sendiri? Jika memang semudah itu untuk pergi lalu kenapa masih ada yang memilih untuk tetap di sini? Kalau kabar tentang adanya percobaan itu memang bersikulasi di antara kalian para mage, kenapa yang memutuskan untuk tetap di sini tidak khawatir mereka akan dijadikan subjek percobaan juga?"

Kesembilan mage itu membuat pandangan pada satu sama lain. Satu memutuskan untuk menjadi yang menjawab. "Yang membuat kami ragu untuk pergi di awal," dia berucap dengan kesulitan, "adalah karena kami tidak pernah mengenal dunia di luar Sinfhar. Kami tidak pernah tau apa yang akan menemui kami begitu kami keluar, dan bagaimana jika pada akhirnya kami ingin kembali lagi tapi kami sudah tidak lagi diakui sebagai anggotanya."

"Mungkin teman-teman kami memiliki alasan serupa, tapi kemungkinan juga ada alasan lain."

Di saat Dylan tengah menunggu, mage itu melanjutkan kalimatnya. "Sebagian mendukung ambisi yang dimiliki kepala sekolah. Mereka ingin tau apakah mereka benar bisa menjadi entitas sihir."

Alister menyimak dan lantas dibuat menaikkan kedua alis.

Apa sebenarnya yang sedang mereka bahas? Dia melirik ke arah Valias ingin melihat reaksi apa yang dimiliki remaja itu tapi sang remaja tidak menunjukkan apapun. Dia bertanya-tanya apakah Valias benar acuh atau dia sekedar minim ekspresi. Dia pasti tau apa yang sedang mereka bicarakan dan sama sekali tidak terkejut. Alister merasa dirinya ingin mencibir karena lagi-lagi remaja itu terkesan terlalu misterius baginya.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now